Sebanyak 16 pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) ditetapkan sebagai tersangka terkait pembukaan blokir situs judi online. Salah satu tersangka mengklaim meraup keuntungan milyaran rupiah dari melindungi situs-situs tersebut.
Penangkapan ini menunjukkan bahwa sejumlah oknum pegawai tidak menjalankan tugasnya secara profesional, malah mendukung praktik perjudian, yang berkontribusi pada menurunnya kepercayaan publik terhadap institusi negara.
Kasus ini seharusnya menjadi kesempatan bagi penegak hukum untuk menyelidiki lebih jauh siapa saja yang terlibat dalam masalah judi online yang merusak. Dengan ekosistem judi online yang rumit, adanya praktik suap kepada pejabat untuk melindungi operasional judi seharusnya mudah dideteksi.
Jika pemerintah serius, mereka seharusnya mampu memberantas sumber kemaksiatan digital ini dengan infrastruktur dan kewenangan yang ada.
Namun, penangkapan 16 pegawai ini hanyalah puncak gunung es. Aktivitas judi online di Indonesia masih marak, dengan banyak situs luar negeri yang menargetkan pemain di dalam negeri.
Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 3,2 juta pemain judi online, sebagian besar dari kelas menengah ke bawah.
Meskipun upaya pemblokiran telah dilakukan—dengan 1.158 tersangka ditangkap dan hampir 2 juta akun judi diblokir—masalah tetap kompleks dan metode penegakan hukum tidak sepenuhnya efektif.
Situs judi online terus bermunculan, didukung oleh kemudahan akses dan promosi dari oknum influencer. Penanganan pemerintah terkesan sporadis, dan penangkapan ini menimbulkan pertanyaan apakah tindakan tersebut hanya simbolis, sementara jaringan judi lainnya masih beroperasi.
Penangkapan oknum pegawai yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam memerangi judi online justru merusak kepercayaan publik lebih jauh.
Jika pemerintah tidak mengambil langkah tegas, maka judi online akan terus berkembang dan mengancam stabilitas sosial.
Penangkapan ini seharusnya menjadi titik awal untuk merancang strategi yang lebih komprehensif, meliputi edukasi dan penegakan hukum yang lebih kuat. Kesadaran masyarakat, penegakan hukum, dan pengawasan transaksi keuangan harus menjadi pilar utama dalam upaya ini.
Belajar dari kasus ini, pemerintah perlu melakukan introspeksi. Judi online bukan sekadar masalah individu; ini adalah isu sistemik yang memerlukan pendekatan holistik.
Edukasi masyarakat tentang dampak negatif judi perlu ditingkatkan, begitu pula pengawasan terhadap transaksi keuangan dan koordinasi lintas sektor untuk menutup celah yang ada.
Hanya dengan komitmen pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik, jauh dari pengaruh perjudian.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Menimbang Peran Artificial Intelligence dalam Kontestasi Pemilu Masa Depan
-
Femisida dan Tantangan Penegakan Hukum yang Responsif Gender di Indonesia
-
Sirine Bahaya Krisis Iklim Berbunyi Keras: Saatnya Pendidikan Jadi Garda Terdepan!
-
Menyongsong Transformasi Perpustakaan Berbasis Kecerdasan Buatan
-
Menakar Ulang Peran Militer dalam Demokrasi Pascareformasi
Artikel Terkait
-
Beda Harta Kekayaan Meutya Hafid vs Budi Arie, Kinerja Berantas Judi Online Dibandingkan
-
Didukung Meutya, Kapolri Janji Tangkap Bandar Judol yang Libatkan 10 Pegawai Kementerian Komdigi
-
Riwayat Pendidikan Meutya Hafid: Menkomdigi Baru 10 Hari Dilantik Langsung Usut Judi Online
-
Nama Budi Arie Trending, Jejak Digital Foto Bareng Tentara Wamil Israel Jadi Viral
-
Daftar 7 Artis Indonesia dan Selebgram Terseret Kasus Judi Online: Dari Wulan Guritno hingga Gunawan Sadbor
Kolom
-
Budaya Cicil Bahagia: Ketika Gen Z Menaruh Harapan pada PayLater
-
Gubernur Jawa Barat Hapus PR: Solusi Pendidikan atau Tantangan Baru?
-
Bukan Sekadar Hiburan: Membaca Novel Bisa Asah Daya Ingat dan Sehatkan Otak
-
Pertambangan Nikel di Raja Ampat: Kronologi dan Bayangan Jangka Panjang
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
Terkini
-
Chocolate oleh Baekhyun: Ungkapan Manis Pahitnya Perasaan Cinta Bak Cokelat
-
Review Film Julie Keeps Quiet: Yang Memilih Nggak Terlalu Banyak Bicara
-
Ulasan Novel Saksi Mata: Kebenaran yang Tak Bisa Dibungkam Oleh Kekuasaan
-
Review Film Tak Ingin Usai di Sini: Saat Cinta Diam-Diam Harus Rela Pergi
-
Review Film Big World dari Sudut Pandang Disabilitas, Apakah Relate?