Tradisi Rewang masyarakat Jawa sudah dilakukan puluhan tahun secara turun-temurun sampai saat ini khususnya di daerah pedesaan. Kata “rewang” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya “pembantu”.
Di desa tempat saya tinggal, rewang merupakan sebuah tradisi gotong-royong yang dilakukan untuk membantu tetangga yang sedang menggelar acara pernikahan maupun hajatan lain.
Misalkan ada tetangga yang hari itu melaksanakan acara pernikahan, tetangga yang lain berbondong-bondong membantu mulai dari persiapan sebelum acara sampai selesai acara.
Ibu-ibu sibuk menyiapkan bumbu dapur dan bahan masakan lain, sedangkan bapak-bapak mempersiapan alat dan perlengkapan acara seperti kursi, terop dan lainnya. Muda-mudi juga ikut andil saat acara dilaksanakan. Mereka bertugas sebagai “peladen” untuk mengantarkan makanan ke meja tamu.
Uniknya mereka secara sukarela membantu tanpa diberi upah. Padahal zaman sekarang banyak orang beranggapan kalau tidak ada uang, tenaga mereka akan sia-sia saja. ini membuktikan bahwa kepedulian antarsesama masih mengakar kuat di kalangan masyarakat.
Namun biasanya tuan rumah akan memberikan hantaran berupa makanan atau bisa juga sembako untuk setiap orang yang ikut membantu di hajatan tersebut dengan porsi yang sama.
Tradisi Rewang memberikan dampak positif khususnya di lingkungan setempat karena dapat menumbuhkan sikap saling tolong-menolong di era egosentrisme yang semakin membludak.
Dikutip dari Jurnal Tradisi Rewang sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Gunungkidul Yogyakarta oleh Romli dan Wibowo (2020), tradisi rewang berkaitan erat dengan pengetahuan lokal yang telah mengakar kuat pada masyarakat, yakni nilai gotong-royong.
Masih jarang sekali warga desa yang menggunakan jasa catering maupun wedding organizer karena mereka menganggap bahwa tradisi rewang lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan ikatan sosial.
Tradisi rewang bisa menjadi sarana untuk berkomunikasi dan saling menyapa antarwarga. Mereka yang biasanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, kini bisa bertemu dan saling melontarkan candaan khas warga desa.
Kita sudah sepatutnya perlu melestarikan tradisi rewang ini agar tidak tergerus oleh egosentrime. Karena ciri khas kita sebagai bangsa Indonesia adalah suka bergotong-royong. Jadi, kalau ada tetangga yang sedang hajatan, jangan ragu untuk memberikan bantuan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Butterfly Era di Balik Lagu Tunggu Apa Lagi Karya Nyoman Paul
-
Belajar dari Dasar, Berikut 2 Rekomendasi Buku Matematika bagi Mahasiswa Baru
-
Anak Polah Bapa Kepradah: Perilaku Anak Memengaruhi Reputasi Keluarga
-
3 Varian Salsa Hair Serum Harga 20 Ribuan, Rambut Jadi Sehat dan Bervolume
-
Lagu Apa Mungkin dari Bernadya, Potret Miris Self Blaming yang Hancurkan Hubungan Asmara
Artikel Terkait
-
Destinasi Liburan Akhir Tahun, Menikmati Tradisi Natal di 3 Negara Asia
-
Menggali Tradisi Sosial dengan Dinamika Tak Terduga Melalui Arisan
-
Usai Ikut Pembekalan di Akmil, Gibran Blusukan ke Pasar Gotong Royong Magelang
-
Langkah Bijak Menolak Perjodohan dari Orangtua
-
Ulasan Novel 7 Prajurit Bapak, Perjalanan Mencari Identitas dan Impian
Kolom
-
Tersesat di Dunia Maya: Literasi Digital yang Masih Jadi PR Besar
-
Tolak PPN 12% Viral di X, Apakah Seruan Praktik Frugal Living Efektif?
-
Refleksi kasus 'Sadbor': Mengapa Influencer Rentan Promosikan Judi Online?
-
Harap Bijak! Stop Menormalisasi Fenomena Pemerasan di Balik Mental Gratisan
-
Bahasa Gaul di Era Digital: Perubahan atau Kerusakan?
Terkini
-
Mengintip TPA Tamangapa, TPA Terbesar di Pulau Sulawesi
-
GERKATIN: Ruang Berkarya bagi Teman Tuli
-
4 Tisu Penghapus Makeup yang Praktis dan Travel Friendly, Dijamin Bersih!
-
Belajar Pentingnya Memahami Perbedaan dan Keragaman Melalui Film Elemental
-
Lezatnya Olahan Menu di Skuydieat, Cabe Ijonya Menggugah Selera