Kematian seorang ibu hamil di Papua pada Senin (17/11/2025) kembali membuka luka lama tentang akses kesehatan di wilayah timur Indonesia.
Peristiwa itu terjadi saat korban tidak mendapatkan penanganan cepat, meski kondisinya sudah gawat.
Kasus ini kemudian mendapat sorotan nasional setelah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan penyesalannya atas kejadian tersebut.
"Saya pribadi mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya ibu Sokoy dan calon bayi. ini kejadian yang harusnya tidak terjadi dan sangat memprihatinkan. Justru kemenkes ingin menghapuskan kematian bayi. Saya menyesal sekali hal ini terjadi," kata Budi, dikutip dari Suara.com pada Jumat (28/11/2025).
Pernyataannya menandai bahwa di balik penyesalan publik, ada pekerjaan rumah (PR) besar yang selama ini belum terselesaikan, yakni memastikan layanan kesehatan di Papua benar-benar bisa diakses, kapan pun dan oleh siapa pun.
Kisah seperti ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Jarak layanan kesehatan yang berjauhan, fasilitas yang terbatas, hingga keterbatasan tenaga medis kerap menjadi penghalang utama penanganan darurat.
Dalam sejumlah kasus di Papua, keluarga pasien harus berpacu dengan waktu melewati rute yang sulit hanya untuk menemukan rumah sakit yang mampu menerima mereka.
Kasus terbaru ini menyadarkan bahwa persoalan yang dihadapi Papua bukan melulu soal infrastruktur.
Hal ini juga menyentuh aspek kepercayaan masyarakat terhadap layanan publik, koordinasi antar fasilitas kesehatan, dan kesiapan tenaga medis menghadapi situasi darurat.
Pemerintah memang telah menyalurkan berbagai program pemerataan layanan, tetapi pelaksanaannya sering kali berbenturan dengan kondisi geografis dan minimnya sumber daya.
Di tengah situasi ini, publik berharap pemerintah tidak berhenti pada penyesalan dan penyelidikan.
Apa yang terjadi di Papua menjadi pengingat bahwa layanan kesehatan tidak hanya soal bangunan rumah sakit yang berdiri megah, tetapi juga berdampak langsung untuk masyarakat.
Kasus ini bisa menjadi salah satu momentum untuk memastikan bahwa setiap kelahiran di Papua dan di mana pun di Indonesia tidak lagi bergantung pada keberuntungan.
Kemenkes telah menurunkan tim investigasi setelah kabar kematian Irene mencuat. Tim yang kini sudah kembali ke Jakarta itu ditugaskan menelusuri penyebab kejadian sekaligus memastikan perbaikan segera dilakukan di Papua.
Laporan mereka akan menjadi dasar langkah korektif bagi pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan terkait.
Baca Juga
-
Sampai Jumpa: Lagu Baru Afgan yang Diam-Diam Menarik Nostalgia Refrain
-
Tanpa Kalkun pun Bisa, Ini 5 Cara Kamu Merayakan Thanksgiving Versi Lokal
-
Disebut Ketuaan, Irfan Hakim Nekat Debut Dangdut
-
Keadilan atau Intervensi? Prerogatif Presiden dalam Kasus Korupsi ASDP
-
Mudy Taylor Meninggal Dunia, Sosok Komika yang Dikenal dengan Gaya Uniknya
Artikel Terkait
-
Menkes Sesalkan Kematian Ibu Hamil di Papua, Janji Perbaikan Layanan Kesehatan Agar Tak Terulang
-
Stop Jilat Bibir! Ini 6 Rahasia Ampuh Atasi Bibir Kering Menurut Dokter
-
Waspada! Bahaya Tersembunyi Chatbot AI yang Dipakai Anak Muda untuk 'Mendiagnosis' Kesehatan Mental
-
Jaga Kesehatan Otak dan Memori dengan 7 Aktivitas Sederhana Ini
-
DPR Desak Kemenkes Sanksi Tegas 4 RS di Papua yang Tolak Pasien Ibu Hamil
Kolom
-
Viral Kasus Tumbler Tuku: Benarkah Ini Gara-Gara Tren Hydration Culture?
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
-
Menghilang Demi Waras: Fenomena Anak Muda di Tengah Riuhnya Dunia Modern
-
Mengenal Fenomena Pink Tax: Kenapa Produk Perempuan Selalu Lebih Mahal?
Terkini
-
Tak Terduga! SBY Spontan Hentikan Mobil dan Melukis di Pinggir Jalan Wonogiri
-
Kembali Bermusik, Mahalini Akui Dibayangi Tekanan Ekspektasi Publik?
-
Ibu Virgoun Kejang-Kejang Tahu Kabar Inara Rusli Dinikahi Suami Orang
-
Simu Liu Soroti Minimnya Peran Aktor Asia di Hollywood, Ada Standar Ganda?
-
Sampai Jumpa: Lagu Baru Afgan yang Diam-Diam Menarik Nostalgia Refrain