Suporter bola dan Kpopers adalah dua kubu komunitas yang sering ramai di media sosial. Dua kubu besar dari fans olahraga atau musik ini sering menyuarakan antusias, harapan, dan euforianya saat mendukug idola masing-masing.
Jadi tak hanya di stadion saat pertandingan atau konser berlangsung, semua orang dimana pun berada bebas berkumpul di dunia maya untuk merayakan hiburan bersama.
Setelah semua hal melelahkan yang terjadi seharian, fangirling atau fanboying memang hal yang menyenangkan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, semuanya bisa berkumpul di wadah yang sama untuk melepas penat.
Namun di balik semua euforia dan kesenangan yang ditawarkan, para suporter bola dan Kpopers ini sering kali ribut. Entah sesama suporter bola atau sesama Kpopers, maupun antara suporter bola dan Kpopers.
Sesuatu yang awalnya menyajikan kesenangan dan tawa setelah hari yang berat ini kini tidak lagi 100% menyenangkan bagi sebagian orang.
Ada yang sedih dan marah karena ketidakadilan yang terjadi, baik di lapangan maupun industri hiburan. Ada yang selalu merasa lebih baik sehingga menyakiti yang lain.
Ada yang tidak menerima kekalahan. Ada yang ingin ekspektasinya selalu dituruti. Ada fans fomo. Hingga ada juga yang terlalu tidak ada kerjaan sehingga menganggap fangirling atau fanboying ini sebagai "dunianya".
Alasannya beragam. Tapi entah karena logis maupun tidak logis, terkadang hal yang kita sebut hobi ini terasa melelahkan. Bahkan sudah tidak bisa mengobati rasa jenuh setelah capek belajar atau bekerja.
Ada yang terlalu serius, tapi di sisi berseberangan juga ada yang sangking nggak seriusnya hanya bisa asbun (asal bunyi), lalu menghilang setelah menciptakan kegaduhan.
Setelah dipikir lagi, hal ini seharusnya tidak terjadi. Sesuatu yang kita sebut hobi ini tidak harus dilakukan setiap hari atau setiap waktu.
Kamu berhak kok untuk menjauh sebentar. Entah fokus memperbaiki kehidupan atau mencoba hobi yang lain.
Tidak ada aturan baku dalam menjadi suporter bola atau menjadi Kpopers. Selama kamu masih bahagia, tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain, nggak apa-apa kok.
Bahkan fomo pun nggak apa-apa. Karena banyak yang berawal dari "ikut-ikutan" justru menjadi yang paling loyal. Meski banyak juga sebagian orang yang seperti ini sering kali hanya membuat kekacauan bagi mereka yang menginginkan ketenangan dari hobi yang dijalani ini.
Baca Juga
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
-
Bukan Cuma Guru Honorer, Freelancer Nyatanya Juga Tak Kalah Ngenes
-
Dijadwalkan 2026, Pernikahan Azriel Hermansyah dan Sarah Menzel Usung Konsep Tiga Budaya
-
Ulasan Film The Shadow's Edge: Pertarungan 2 Aktor Veteran di Kejahatan Cyber
-
Chat Makin Seru dan Gaul, Cara Bikin Stiker WhatsApp Bergerak dari Video
Artikel Terkait
-
Di Balik Hobi Rizwan Main Game, Sule Melihat Sisi Positif yang Tak Terduga
-
Hobi atau Pencitraan? Fenomena Anak Muda yang Gonta-Ganti Hobi Demi Validasi
-
Uang Digital Terus Berkembang Pesat di Indonesia
-
Ubah Hobi Jadi Cuan, Saatnya Perempuan Jadi Penggerak Ekonomi Digital
-
Minta Maaf Sambil Bersimpuh, Komika Hari Otong Bikin Ibunda Badru Menangis!
Kolom
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
-
Menghilang Demi Waras: Fenomena Anak Muda di Tengah Riuhnya Dunia Modern
-
Mengenal Fenomena Pink Tax: Kenapa Produk Perempuan Selalu Lebih Mahal?
-
Mengenal Fenomena Pink Tax: Kenapa Produk Perempuan Selalu Lebih Mahal?
-
Keadilan atau Intervensi? Prerogatif Presiden dalam Kasus Korupsi ASDP
Terkini
-
Absen di SEA Games 2025, Siapa yang Layak Gantikan Posisi Arkhan Fikri di Lini Tengah Garuda Muda?
-
Diterpa Isu Plagiarisme, Serial The Hunt Terancam Batal Tayang?
-
Inara Rusli Ternyata Pernah Ngaku Bersedia Dipoligami: Iya, Mau Dapat yang Gimana Lagi
-
Tambah 4 Pemain Diaspora, Harusnya PSSI Berani Revisi Target SEA Games 2025
-
Ada Mauro Zijlstra, Intip Skuad Final Timnas Indonesia untuk SEA Games 2025