Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sherly Azizah
ilustrasi work from home (Pexels/Vlada Karpovich)

Era work from home (WFH) menjadi solusi populer sejak pandemi melanda, membawa perubahan besar dalam cara kita bekerja. Meskipun menawarkan permulaan, WFH juga mempengaruhi kehidupan sosial kita secara signifikan. Di satu sisi, WFH memberikan kenyamanan, namun di sisi lain, banyak yang merasa terlindungi dari dunia luar. Bagaimana sebenarnya dampak WFH terhadap interaksi sosial kita?

Bagi banyak orang, bekerja dari rumah adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Tidak perlu menghadapi kemacetan, pakaian formal, atau jadwal kerja yang kaku. Fleksibilitas ini memberi lebih banyak waktu untuk keluarga, hobi, atau sekedar beristirahat. Tetapi, sisi lain dari kenyamanan ini adalah berkurangnya kontak langsung dengan kolega, yang selama ini menjadi bagian penting dari kehidupan sosial di tempat kerja.

Interaksi virtual melalui Zoom atau Microsoft Teams memang membantu menjaga komunikasi tetap berjalan, tetapi tidak bisa menggantikan percakapan ringan di pantry kantor atau makan siang bersama teman kerja. Hal ini bisa mempengaruhi rasa kebersamaan dan solidaritas tim, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan kepuasan kerja. Tanpa kehadiran fisik, hubungan antarpekerja sering kali terasa lebih dingin dan transaksional.

Di luar pekerjaan, WFH juga dapat mengurangi kesempatan untuk bersosialisasi. Ketika semua aktivitas dilakukan di rumah, dorongan untuk keluar dan bertemu teman atau mengikuti kegiatan sosial cenderung menurun. Akibatnya, beberapa orang merasa terlindungi dan mengalami penurunan kesehatan mental. Di sisi lain, bagi mereka yang introvert, WFH justru menjadi cara untuk mengurangi tekanan dari interaksi sosial yang berlebihan.

Namun, bukan berarti WFH sepenuhnya negatif. Banyak yang merasa WFH memberikan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga, terutama bagi mereka yang sebelumnya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Selain itu, waktu yang singkat juga memungkinkan terjadinya pertemuan dengan teman di luar jam kerja yang kaku. Tantangannya adalah bagaimana kita menjaga keseimbangan antara bekerja dari rumah dan tetap aktif secara sosial.

Jadi, bagaimana solusinya? Perusahaan dapat mengadopsi sistem kerja hybrid , yang memungkinkan karyawan bekerja dari rumah sekaligus tetap datang ke kantor untuk membangun kembali koneksi sosial. Selain itu, individu juga perlu proaktif mencari cara untuk bersosialisasi, seperti bergabung dengan komunitas virtual atau merencanakan pertemuan dengan teman di akhir pekan.

Work From Home membawa keuntungan yang tidak bisa diabaikan, tetapi tantangan terhadap kehidupan sosial juga nyata. Pada akhirnya, kuncinya adalah menemukan keseimbangan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan perusahaan. Karena hidup bukan hanya tentang bekerja, tetapi juga tentang menjaga hubungan dengan orang-orang di sekitar kita.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sherly Azizah