Organisasi kampus, seharusnya menjadi wadah pengembangan diri, tempat mengekspresikan ide, serta sarana membangun relasi yang bermanfaat.
Tapi, realitanya, banyak organisasi kampus yang sekarang malah kehilangan esensinya. Alih-alih menjadi motor penggerak perubahan, organisasi ini kadang hanya jadi nama besar tanpa makna. Kenapa bisa begitu? Yuk, kita bahas.
Ada Apa dengan Organisasi Kampus Sekarang?
Salah satu masalah utama adalah kurangnya arah yang jelas. Program kerja sering dibuat sekadar memenuhi rutinitas tanpa memikirkan dampaknya pada perkembangan anggota.
Senioritas dan kaderisasi, yang seharusnya jadi ajang pembelajaran, malah berubah jadi unjuk kekuasaan. Bukannya membangun solidaritas, tradisi ini malah bikin anggota takut dan enggan terlibat.
Lebih parahnya, ada juga yang cuma memandang anggota sebagai tenaga kerja untuk mengejar target. Minim apresiasi, diskusi pun jarang, apalagi memahami kebutuhan mereka.
Organisasi Juga Kerap Jadi Formalitas Semata
Organisasi zaman sekarang, terlihat berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya. Sekarang ini, tak sedikit mahasiswa yang ikut organisasi cuma buat nambahin daftar pengalaman di CV.
Ada juga yang sekadar biar kelihatan aktif di kampus, padahal kontribusinya nol besar. Hasilnya, organisasi kampus jadi penuh dengan kegiatan yang itu-itu aja tanpa inovasi.
Rapat rutin? Ada. Tapi, keputusan penting? Nihil. Banyak yang mengeluh kalau rapat organisasi cuma formalitas, dengan anggota yang hadir tapi pikirannya entah di mana.
Di sisi lain, acara yang diselenggarakan juga seringkali minim impact. Misalnya, seminar yang seharusnya bisa jadi ajang berbagi ilmu malah berakhir sebagai "acara yang penting selesai". Alhasil, mahasiswa yang ikut pun merasa tidak dapat manfaat apa-apa.
Kepemimpinan yang Kurang Tegas
Organisasi kampus butuh pemimpin yang visioner, bukan sekadar pencari popularitas. Sayangnya, beberapa pemimpin organisasi hanya fokus pada jabatan, tanpa benar-benar memikirkan perkembangan organisasi.
Akibatnya? Organisasi hanya berjalan di tempat. Kalau sudah seperti ini, siapa yang mau serius berkontribusi? Pemimpin yang ideal itu harus bisa mendengar, memberi contoh, dan menggerakkan anggota.
Sayangnya, banyak yang hanya sibuk dengan gaya kepemimpinan otoriter atau justru terlalu santai. Padahal, mahasiswa sekarang butuh sosok yang inspiratif, bukan yang sekadar "ada".
Kurangnya Kolaborasi
Tak bisa kita pungkiri, era sekarang adalah eranya kolaborasi. Tapi, beberapa organisasi kampus justru terlalu fokus pada persaingan antarorganisasi. Padahal, kalau mau duduk bersama dan berdiskusi, pasti ada banyak hal yang bisa dikerjakan bersama.
Kolaborasi tak cuma membuat kegiatan positif dan berdampak, tapi juga jadi peluang buat mahasiswa belajar kerja tim lintas divisi. Sayangnya, banyak yang lebih memilih jalan sendiri-sendiri dengan hasil yang seadanya.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Kalau kamu seorang mahasiswa yang aktif di organisasi kampus, ini saatnya untuk melakukan refleksi. Mulailah dengan mempertanyakan, Apa tujuan aku ikut organisasi ini? Apa yang bisa aku kontribusikan? Jangan hanya jadi anggota pasif yang hadir rapat tapi tak mempunyai kontribusi.
Untuk para pemimpin organisasi, cobalah lebih terbuka dengan ide-ide baru. Buatlah program kerja yang benar-benar bermanfaat dan berdampak, baik untuk kampus maupun masyarakat sekitar.
Organisasi kampus seharusnya jadi tempat mahasiswa belajar, berkembang, dan berkontribusi. Jadikan organisasi kampus sebagai tempat yang benar-benar memberikan dampak positif.
Baca Juga
-
Full Day School: Solusi Pendidikan atau Beban bagi Siswa?
-
Dari Rasa Ingin Tahu hingga Kecanduan: Apa Alasan Orang Memakai Narkoba?
-
Apa yang akan Terjadi dengan Kehidupan Manusia Jika Tidak Ada Ilmu Fisika?
-
Sistem Ranking di Sekolah: Memotivasi Atau Justru Merusak Mental Siswa?
-
Ironi Hadirnya TikTok: Hiburan yang Membawa Dampak Bagi Generasi Muda
Artikel Terkait
-
Filsuf Karlina: Dalam Tridharma Perguruan Tinggi Jelas, Pengelolaan Tambang Tidak Masuk
-
KKN Unila Gencarkan Sosialisasi Bahasa Indonesia di SDN 1 Warga Indah Jaya
-
Tetap Berprestasi di Kampus Meski Tanpa Circle, Ini 7 Tipsnya
-
Jadi Ruang Kreativitas dan Aktualisasi, Mahasiswa Ilkom UNAS Gelar Pameran Media Cetak Digital
Kolom
-
Budaya Me Time: Self-Care, Self-Reward, atau Konsumerisme Terselubung?
-
Dekonstruksi Stereotip Gender Perempuan: Antara Menjadi Cantik atau Pintar
-
Desain Kebijakan yang Lemah: Pelajaran dari Program Makan Bergizi Gratis
-
Tragedi Sunyi Pendidikan Indonesia: Saat Nikel Lebih Viral dari Siswa SMP Tak Bisa Baca
-
Raja Ampat di Simpang Jalan: Kilau Nikel atau Pesona Alam?
Terkini
-
Ulasan Lagu Answer oleh ATEEZ: Pesan Kuat dari Perjalanan Mencari Jati Diri
-
Tragisnya Pemain Keturunan Malaysia, Dinaturalisasi Hanya untuk Bermain di JDT!
-
Dampak Nikel terhadap Ikan Pari dan Penyu: Raja Ampat Sudah Tak Aman
-
Debut 23 Juni, THEBLACKLABEL Perkenalkan Member Grup Co-ed ALLDAY PROJECT
-
Review Film Love and Leashes, Eksperimen Cinta yang Unik di Dunia Kerja