Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Budi Prathama
Ilustrasi Pelajar (Unsplash/Aniq Danial)

Taman Siswa merupakan institusi pendidikan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922, institusi ini memiliki peran penting dalam membangun fondasi nasionalisme di Indonesia melalui pendidikan.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, sistem pendidikan di tanah air sangat terbatas bagi kalangan pribumi, dan sebagian besar hanya ditujukan untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil, tetapi tidak kritis terhadap pemerintah kolonial yang tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah kolonial, hanya bisa dinikmati oleh keturunan bangsawan dan anak-anak Belanda pada waktu itu, sementara rakyat kecil tidak bisa mengenyam yang namanya pendidikan.

Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama lengkap di waktu kecilnya Raden Mas Suwardi Suryaningrat, beliau merupakan keturunan bangsawan Paku Alam. Kakeknya adalah Paku Alam III, dan ayahnya Kanjeng Pangeran Suryaningrat.

Atas dasar itulah, Ki Hajar Dewantara yang memiliki garis keturunan priyayi, memiliki keberuntungan bisa mengenyam pendidikan pada masa itu.

Meskipun begitu, kariernya di dunia pendidikan tidak terlalu baik, ia hanya lulus di sekolah Europesche Lagere School (ELS), dan sempat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi namun tidak lulus.

Tahun 1905, Ki Hajar Dewantara kembali melanjutkan pendidikan di sekolah dokter Bumi Putra (STOVIA), namun nasib buruk kembali menimpa beliau karena beasiswanya dicabut lantaran tidak mampu menyelesaikan ujian kenaikan tingkat.

Walaupun, Ki Hajar Dewantara termasuk anak yang beruntung dibandingkan dengan anak-anak Indonesia lainnya, namun ia tidak memisahkan diri dari anak-anak pribumi lainnya yang tidak bisa mengakses dunia pendidikan.

Atas kondisi itulah, pemikiran Ki Hajar Dewantara lahir dan prihatin terhadap anak-anak pribumi yang tak bisa menikmati pendidikan. Ia melihat bahwa pendidikan yang diterapkan Indonesia sangat diskriminatif dan tentu sangat merugikan anak-anak rakyat kecil, sehingga menyebabkan jurang yang sangat lebar antara kaum terpelajar dan rakyat pribumi.

Ki Hajar Dewantara menganggap bahwa pendidikan harus dinikmati semua kalangan tanpa pandang status sosial, lewat pendidikan pula rasa nasionalisme bisa ditumbuhkan dan melahirkan generasi yang kritis terhadap kondisi yang tidak berpihak kepada ketidakadilan.

Lantas, apa yang dilakukan Ki Hajar Dewantara melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda lewat pendidikan? Perjuangan beliau banyak dituangkan dalam bentuk tulisan untuk mengkritik pemerintah kolonial.

Terlebih dari itu, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah yang diberi nama Onderwijs Institut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada tanggal 3 Juli 1992.

Kehadiran Taman Siswa sebagai alternatif yang menawarkan pendidikan berbasis budaya dan nilai-nilai kebangsaan, yang bertujuan membangkitkan kesadaran nasional di kalangan anak-anak Indonesia.

Salah satu kontribusi utama dari Taman Siswa adalah pendekatan pendidikan yang menekankan kebebasan berpikir dan pengembangan karakter. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus bisa membebaskan dan memerdekakan, bukan hanya transfer ilmu pengetahuan.

Hal menjadi sangat penting dalam konteks melawan penjajahan, di mana nasionalisme menjadi pendorong utama bagi perjuangan kemerdekaan.

Selain metode pembelajaran yang progresif, Taman Siswa juga memperkenalkan kurikulum yang berfokus pada kebudayaan Indonesia. Hal ini penting sebagai bentuk perlawanan untuk memperkuat identitas bangsa dan pemahaman yang mendasar akan cinta tanah air.

Pembentukan karakter banyak diaplikasikan dengan mengajarkan nilai-nilai gotong royong, solidaritas, dan keadilan sosial. Dengan begitu, para siswa Taman Siswa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang berkomitmen pada perjuangan nasional.

Dengan demikian, Taman Siswa tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi sebagai pusat pembentukan identitas nasional dan perlawanan terhadap kolonialisme. Taman Siswa menjadi pilar penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Sehingga Taman Siswa selalu dikenang sebagai institusi yang membangun nasionalisme melalui pendidikan.

Melalui Taman Siswa, harusnya pendidikan hari ini harus terus berpijak pada cita-cita Ki Hajar Dewantara yang tertuang dalam semboyan Taman Siswa. Pendidikan merupakan hak semua warga negara Indonesia, yang mesti menjadi ladang untuk bisa melahirkan generasi yang gemilang, berkarakter, dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi sebagai identitas bangsa Indonesia.

Lewat pendidikan yang berkarakter, nantinya diharapkan mampu melahirkan generasi yang bisa membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik, terlebih sebagai sarana alternatif menuju ke panggung politik yang beradab dengan keberpihakan semata-mata untuk rakyat kecil.

Semoga cita-cita Ki Hajar Dewantara masih terus kita rawat dan diimplementasikan dalam dunia pendidikan, terlebih dalam dunia politik, dengan dasar perjuangan semata-mata untuk kepentingan rakyat Indonesia pada umumnya. 

Budi Prathama