
Buka TikTok di 2025, dan kamu bakal ketemu video pendek yang bikin nyengir sekaligus nyess di hati. “Kamu bilang AYCE itu all you can eat, tapi di otak aku es krim,” atau “Suara kipas angin kukira hujan,” begitu teks yang muncul di layar, diiringi lagu Just a Friend to You dari Meghan Trainor. Tren ini nggak cuma lucu, tapi juga nyanyi soal kesenjangan sosial—cerita tentang beda hidup antara yang punya banyak dan yang pas-pasan. Dengan humor yang ringan, konten ini ngajak kita ngeliat ketimpangan di sekitar tanpa bikin jidat berkerut.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bilang angka kemiskinan di Indonesia tahun 2024 ada di 9,36%, meski udah turun dibandingkan sebelumnya. Tapi angka cuma cerita setengah, kan? Kesenjangan sosial itu nyata banget di keseharian: ada yang ngomongin “Supra” sambil bayangin mobil sport keren, sementara yang lain cuma mikirin motor bebek tua buat ke pasar. Tren TikTok ini jago banget nangkep momen-momen kayak gitu. Lewat dialog singkat yang kocak, video-video ini bikin kita sadar kalau hidup itu nggak sama buat semua orang, tapi dikemas dengan tawa biar nggak berat.
Sosiolog Drajat Tri Kartono nyebut tren ini sebagai “sindiran simbolik” yang lahir dari kondisi ekonomi yang nggak merata. Orang Indonesia emang jagonya nyanyi soal susah lewat candaan, kayak video yang nunjukin motor diparkir di ruang tamu karena nggak punya garasi. Lucu? Iya. Tapi juga bikin mikir: banyak yang hidup dengan keterbatasan ruang, duit, atau kesempatan. Tren ini hits banget di kalangan Gen Z karena relatable—mereka ngerasa pengalaman jadi “tim kipas angin” atau “tim AYCE” ada di konten ini.
Tapi, nggak semua orang ketawa lihat tren ini. Ada yang ngerasa kontennya kelewat nyenggol atau malah bikin ketimpangan sosial kayak hal biasa aja. Bayangin, ketawa soal motor di ruang tamu gampang, tapi buat yang beneran ngejalanin hidup gitu, bisa jadi nggak lucu. Media sosial itu kayak pisau: bisa bikin diskusi seru soal ketimpangan, tapi juga bisa nyakitin kalau nggak dikemas hati-hati. Makanya, kreator konten ditantang buat bikin video yang nggak cuma bikin ngakak, tapi juga ngasih inspirasi buat ngeliat isu ini lebih dalam.
Di sisi lain, tren ini nunjukin kekuatan TikTok sebagai cermin masyarakat. Video-video pendek ini bukan cuma hiburan, tapi juga cara anak muda ngomongin realitas yang mereka lihat—dari soal makanan, tempat tinggal, sampe mimpi yang kadang cuma bisa diraih segelintir orang. Ini kayak ngingetin kita bahwa kesenjangan itu nggak cuma soal duit, tapi juga soal akses ke pendidikan, teknologi, atau bahkan rasa nyaman. Dan yang bikin seru, tren ini bikin jutaan orang ikut ngomongin isu ini, meski cuma lewat komen atau duet video.
Yang bikin tren ini spesial adalah potensinya buat ngajak kita ngelakuin lebih dari cuma ketawa. Bayangin kalau kreator TikTok mulai bikin konten yang nggak cuma nyanyi soal ketimpangan, tapi juga kasih solusi atau inspirasi—misalnya, cerita orang-orang yang berjuang ngatasin keterbatasan mereka. Atau, pemerintah bisa nyamber momen ini buat dorong program kayak beasiswa atau pelatihan kerja biar kesenjangan pelan-pelan menipis. Humor itu kuat, bro, tapi kalau dipaduin sama aksi nyata, bisa jadi game-changer.
Jadi, lain kali kalau buka TikTok dan ketemu video tentang “kipas angin” atau “AYCE,” coba jangan cuma ketawa. Tren ini ngingetin kita bahwa di balik candaan, ada cerita orang-orang yang hidupnya beda banget dari kita. Mungkin ini saatnya buat nge-like, nge-share, tapi juga nanya ke diri sendiri: apa yang bisa kita lakuin biar tawa ini nggak cuma pahit, tapi juga bawa harapan? Seperti lagu Meghan Trainor yang ringan tapi ngena, tren ini bisa jadi langkah kecil buat bikin Indonesia yang lebih adil, satu video pada satu waktu.
Baca Juga
-
Menari di Atas Tali Ekonomi Rumahan: Kisah Kreativitas dan Ketangguhan
-
Dari Uang Saku ke Anggaran! Gimana Perjalanan Kemandirian Finansial Gen Z?
-
Jurusan Impian vs Pasar Kerja: Pergulatan Hati di Kampus
-
Belajar di Balik Layar: 'Study with Me' sebagai Oase Produktivitas Gen Z
-
Bisikan Kegelapan! Mengapa Gen Z Terpikat Podcast Horor seperti Morbid?
Artikel Terkait
-
Fenomena Flexing di Bisnis Skincare: Harga Fantastis, Kualitas Tragis?
-
Apa Itu Party Pooper? Ramai Dibahas gara-gara Ria Ricis Ribut dengan Host Live TikTok Batik
-
Kenalan dengan Farhan 'Mas Batik', Host Viral TikTok yang Bikin Penonton Jatuh Hati!
-
Siapa Mas Batik Host Live 80 Ribu Penonton yang Viral? Ini Profil Farhan Schumaher Myciello
-
Pesona Host Live Akun TikTok 72 Batik: Diserbu 80 Juta Lebih Penonton, Tuai Pro Kontra di X
Kolom
-
Ngajar di Negeri Orang, Pulang Cuma Jadi Wacana: Dilema Dosen Diaspora
-
Percuma Menghapus Outsourcing Kalau Banyak Perusahaan Melanggar Aturan
-
Buku dan Martabat Bangsa: Saatnya Belajar dari Rak yang Sering Dilupakan
-
Menulis Tak Dibayar: Lowongan Kerja Jadi Ajang Eksploitasi Portofolio
-
Fleksibilitas dan Kecemasan: Potret Gen Z Hadapi Realita Dunia Kerja
Terkini
-
Bicara Luka Memang Tidak Mudah dalam Film Mungkin Kita Perlu Waktu
-
Benteng Tolukko, Kini Jadi Objek Wisata Sejarah di Ternate
-
KISS OF LIFE Batal Tampil di KCON LA 2025, Imbas Isu Apropriasi Budaya
-
Dari Pop ke Dangdut: Transformasi Epik Anya Geraldine di Film Mendadak Dangdut!
-
BRI Liga 1: Madura United Terhindar dari Degradasi, Bali United Gigit Jari