Pada akhir bulan Agustus dan awal September ini, Indonesia memang sedang mengalami masalah dan kekacauan yang tidak bisa dikehendaki. Tapi, siapa sangka di balik semua ini terdapat dua warna yang muncul di media sosial yakni ‘Brave Pink and Hero Green’.
Warna Pink dan Hijau ini bukanlah sekedar warna, keduanya merupakan simbol penghormatan terhadap dua tokoh yang namanya mencuat pada 28 Agustus kemarin.
Brave Pink (si pemberani pink) ini merujuk pada sesosok ibu pemberani, Ibu Ana, seorang wanita dengan hijab merah muda yang berdiri teguh menghadapi tameng aparat pada siang hari yang mencekam.
Sementara sebutan Hero Green (si pahlawan hijau) ini merujuk pada warna untuk Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol) yang kehilangan nyawanya setelah terlindas kendaraan taktis aparat di malam hari, saat ia tengah berusaha mencari nafkah di tengah kericuhan unjuk rasa.
Kedua warna ini tampak kontras, namun justru menyejukkan di tengah situasi penuh ketidakpastian. Brave Pink dan Hero green memberikan harapan, membangkitkan semangat, serta mempersatukan publik dari berbagai kalangan para seniman, pekerja kantoran, pekerja informal, hingga media massa.
Bahkan dalam dunia psikologi warna, kedua warna ini memiliki makna tersendiri, seperti pink melambangkan empati dan keberanian inklusif sementara hijau merujuk pada simbol solidaritas dan kebersamaan.
Hubungan Brave Pink dan Hero Green dalam Tuntutan Rakyat 17+8
Gelombang Rakyat 17+8 membawa aspirasi yang tak bisa diabaikan. Angka ini merepresentasikan gabungan dua momentum besar yang lahir dari keresahan rakyat. Dalam konteks ini, istilah Brave Pink dan Hero Green menjadi simbol kuat yang membungkus perjuangan tersebut.
Brave Pink mencerminkan keberanian rakyat untuk menyuarakan aspirasi, meskipun penuh risiko. Pink yang identik dengan kelembutan, dalam gerakan ini berubah makna menjadi keberanian yang inklusif seperti suara perempuan, kaum muda, dan kelompok marjinal yang tidak lagi diam.
Brave Pink adalah perlawanan yang lahir dari hati, dengan warna kasih sayang namun tetap tegas menuntut perubahan.
Hero Green melambangkan mereka yang berkorban demi masa depan yang lebih baik. Green bukan hanya solidaritas, tetapi juga kehidupan seperti pengorbanan Affan yang kemudian menjadi ikon kepahlawanan rakyat kecil.
Hero Green menegaskan bahwa setiap pengorbanan individu menjadi bahan bakar gerakan kolektif, memperkuat tuntutan agar aspirasi rakyat 17+8 benar-benar didengar oleh pemegang kekuasaan.
Dalam isi tuntutan rakyat ‘17+8’ ini memuat 17 tuntutan utama menegaskan penolakan terhadap segala bentuk kediktatoran, pembatasan kebebasan sipil, pelemahan KPK, hingga praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kian merajalela.
Rakyat juga menolak penggunaan aparat untuk menekan suara kritis, kriminalisasi aktivis serta jurnalis, revisi undang-undang yang merugikan publik, pembungkaman kebebasan akademik, hingga oligarki politik yang merusak demokrasi.
Tidak hanya itu, tuntutan juga mencakup penolakan terhadap penggusuran tanpa solusi, perusakan lingkungan atas nama pembangunan, penindasan buruh, ketidakadilan agraria, diskriminasi, serta praktik pemilu yang curang dan manipulatif.
Semua itu berpangkal pada keresahan bahwa pemerintahan lebih berpihak kepada elit daripada pada rakyat kecil, terutama dalam kebijakan ekonomi yang tidak merata.
Sementara itu, 8 tuntutan tambahan jangka panjang ini menegaskan pembersihan dan reformasi DPR, Partai politik dan melakukan penguatan pengamanan eksekutif, Menyusun rencana reformasi perpajakan yang lebih adil, Mengesahkan UU Perampasan aset koruptor, Reformasi kepemimpinan dan sistem di kepolisian, TNI kembali ke barak,Perkuat Komnas HAM hingga meninjau ulang sector ekonomi dan ketenagakerjaan.
Tuntutan juga mencakup keadilan hukum tanpa pandang bulu, kesejahteraan buruh, petani, nelayan, hingga pekerja informal, serta pemerataan pembangunan sampai ke pelosok negeri. Reformasi sektor keamanan agar tidak represif dan kedaulatan rakyat yang berdiri di atas kepentingan oligarki maupun asing juga menjadi inti dari delapan poin tambahan ini.
Baca Juga
-
10 Nyawa Hilang, Ribuan Ditahan: Komnas HAM Desak Keadilan Restoratif
-
Dari Penjarahan ke Pesan Persatuan: Sri Mulyani Tepis Amarah dengan Harapan
-
Realitas Idealisme Di Tengah Badai: Cermin Bagi Indonesia Masa Kini
-
Praktik Okultisme dan Kutukan Iblis, Sinopsis 'Rosario' 2025 Mengerikan!
-
Dari Panggung Politik ke Lini Masa: Mengelola Jejak Digital dengan Bijak
Artikel Terkait
-
Komnas HAM Pastikan Ada Pelanggaran HAM di Kasus Rantis Brimob Lindas Affan Kurniawan
-
Puan Maharani Cuma Minta Maaf, Susi Pudjiastuti Geram: Pecat Anggota DPR Tak Berempati ke Rakyat!
-
Cara Edit Foto Profil Jadi Pink Hijau Tanpa Aplikasi, Cek Linknya di Sini
-
Menghilang dari Medsos, Raffi Ahmad Diam-Diam Kunjungi Rumah Affan Kurniawan Bareng Amy Qanita
-
Warga Asia Dukung Sopir Ojol Imbas Kasus Affan Kurniawan: Seruan Traktir Driver Menggema di Medsos!
Kolom
-
Ironi: Ketika Polisi Berbentrok dengan Rakyat Lalu Diganjar Promosi
-
10 Nyawa Hilang, Ribuan Ditahan: Komnas HAM Desak Keadilan Restoratif
-
Menyimak Kegelisahan Garin Nugroho dalam Film Siapa Dia
-
Memahami Rosemary's Baby Versi Pria dari Gambaran Film
-
Penggusuran Digital: Saat Kelompok Rentan Hilang dari Narasi Publik
Terkini
-
Komnas HAM Pastikan Ada Pelanggaran HAM di Kasus Rantis Brimob Lindas Affan Kurniawan
-
4 Rekomendasi Toner Soybean untuk Jaga Kelembapan dan Perkuat Skin Barrier
-
Trailer Film The Woman in Cabin 10: Menguak Kematian Wanita Misterius
-
Gerald Vanenburg Enggan Jumawa, Timnas Indonesia U-23 Siap Gempur Laos?
-
Campfire Cooking Season 2 Rilis Visual dan Trailer Baru Jelang 7 Oktober