Akhir-akhir ini, kasus bullying atau perundungan memang kembali merebak dan menjadi fenomena yang menyita perhatian banyak pihak. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, kasus bullying yang menimpa banyak pihak, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa seakan-akan silih berganti menghiasi tajuk pemberitaan di berbagai media dan linimasa.
Jika melihat dari kasus-kasus yang ada, kasus bullying atau perundungan tersebut kerap ditemukan di lingkup sekolah atau pertemanan. Namun, ternyata kasus bullying juga bisa terjadi di lingkungan keluarga sendiri. Padahal, lingkungan keluarga seharusnya menjadi garda utama dan pertama dalam perlindungan individu dalam memberikan rasa aman.
Lantas, bagaimanakah bullying terjadi di dalam lingkup keluarga ini?
Bullying di Lingkup Keluarga Bisa Dilakukan dan Diterima oleh Siapapun
Hal yang cukup mencengangkan adalah kasus bullying atau perundungan di lingkungan keluarga ini bisa dialami dan dilakukan oleh siapapun. Tidak peduli kamu adalah anak-anak, orang tua, ataupun sanak keluarga lainnya bisa saja menjadi pelaku atau korban dari tindakan bullying tersebut.
Salah satu contoh bullying yang tanpa sadar dilakukan di lingkup keluarga adalah ketika seorang anak mendapatkan teguran dari orang tua atau sanak keluarga yang lebih tua. Kita seharusnya paham apabila seorang anak, khususnya anak kecil bisa saja melakukan kesalahan atau membuat marah orang tua karena tingkah lakunya. Mendapatkan teguran atau dimarahi oleh orang yang lebih tua sejatinya adalah hal yang wajar terjadi di lingkungan keluarga.
Namun, hal ini bisa menjadi bullying secara tak disadari ketika seseorang tesebut mendapatkan teguran terus-menerus. Bahkan, untuk kesalahan berbeda yang dirinya lakukan. Terlalu sering mengungkit-ungkit kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain secara tak langsung bisa dikategorikan sebagai tindakan bullying atau perundungan di lingkup keluarga sendiri.
Ironisnya lagi, tindakan ini kerap dianggap remeh dan disepelekan oleh mayoritas orang karena dianggap merupakan hal biasa di lingkungan keluarga. Belum lagi dalih mendisiplinkan anak kecil dalam keluarga seakan-akan menjadi ‘kedok’ bagi sebagian besar orang untuk terus melanggengkan praktik semacam ini di keluarga sendiri.
Kondisi inilah yang secara tak sadar bisa membuat lingkungan keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi seseorang justru menjadi wilayah atau tempat yang dihindari oleh banyak pihak. Tak jarang, fenomena di era sekarang di mana anak-anak muda lebih menyukai kehidupan di luar rumah atau di tempat lain yang jauh dari keluarga karena tak mendapatkan rasa aman dan nyaman di rumah sendiri.
Perundungan di Keluarga Tak Bisa Diabaikan dan Harus Diperhatikan Serius
Perundungan atau bullying di lingkungan keluarga saat ini masih menjadi sesuatu pembahasan yang seringkali diabaikan. Bahkan, jika ada orang lain yang mengetahui adanya tindakan bullying tersebut, maka sebagian besar justru akan mengabaikannya karena dianggap bukan urusannya.
Namun, kebiasaan semacam inilah yang secara tak sadar ikut serta melanggengkan praktik bullying dalam keluarga sendiri. Bahkan, bisa saja hal semacam ini berbuntut panjang dan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan.
Misalnya, jika seorang anak kerap mendapatkan perundungan atau bullying di keluarga sendiri, bukan tak mungkin di lingkungan luar dirinya akan menjadi pribadi yang tertutup atau justru menjadi pelaku bullying. Situasi inilah yang tentunya dianggap sebagai efek domino dari dampak bullying yang ada di lingkungangan rumah sendiri.
Maka dari itu, setiap anggota keluarga seharusnya bisa memberikan rasa aman dan nyaman di lingkup keluarga dan memperlakukan setiap anggota keluarga tersebut dengan sewajarnya. Perilaku bullying ini memang harus berhenti dari diri kita sendiri dan tak seharusnya menjadi sesuatu yang dilanggengkan dengan alasan apapun.
Baca Juga
-
Nova Arianto Ditunjuk Latih Timnas U-20, Realisasi Jangka Panjang PSSI
-
Karir Nova Arianto di Timnas U-20 Diprediksi Bakal Mulus, Kok Bisa?
-
Bursa Pelatih Timnas: Timur Kapadze Kandidat Kuat, STY Tak Masuk Kriteria?
-
Timur Kapadze Diisukan Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Sesuai Kriteria PSSI?
-
Satu Pemain Diaspora Gagal Bergabung: Tim Geypens Tak Diizinkan Main di Sea Games 2025
Artikel Terkait
Kolom
-
Mengajarkan Empati Sejak Dini: Kunci Mencegah Generasi Pembully
-
Masih Bertahan Setelah Diselingkuhi? Mungkin Kamu Terjebak Hopeful Bias
-
Tak Tercatat Statistik, tapi Menghidupi Pesisir: Potret Perempuan Nelayan
-
Bullying Bukan Drama Anak Sekolah, Tetapi Luka yang Menempel Sampai Dewasa
-
Salah Kaprah Budaya Bullying: Bercanda tapi kok Menyakitkan, sih?
Terkini
-
Fajar Marta Santosa dan Jejak Imajinasi di Pertaruhan The Series 3
-
Meriahkan Tahun Baru, ENHYPEN Konfirmasi Comeback Bulan Januari!
-
Mengupas Cara Maudy Ayunda Bangun Kebiasaan dengan Empat Trik Atomic Habits
-
Jadwal F1 GP Abu Dhabi 2025: 3 Pembalap Siap Rebut Gelar Juara Dunia
-
Taeyeon Ucapkan Selamat Tinggal pada Masa Lalu di Lagu Comeback 'Panorama'