Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Ilustrasi anak muda (Pexels.com/Buro Millennial)
Mira Fitdyati

Di usia 20-an, banyak dari kita sering terjebak dalam rasa takut gagal atau khawatir dengan penilaian orang lain. Perasaan itu wajar, tetapi sering kali justru membuat kita melewatkan banyak kesempatan berharga untuk berkembang.

Padahal, masa muda adalah waktu terbaik untuk bereksperimen, mencoba hal baru, dan belajar dari kesalahan tanpa beban yang terlalu besar.

Hal tersebut juga diakui oleh penulis buku Filosofi Teras dan 50 to 20: Pesan dari Paruh Perjalanan, Henry Manampiring.

Melalui unggahan podcast di kanal YouTube Rory Asyari pada Kamis (11/9/2025), ia membagikan dua hal penting dari bukunya 50 to 20: Pesan dari Paruh Perjalanan.

Henry mengungkapkan itu bukan hanya berasal dari pengalamannya, tetapi juga potret nyata dari kebiasaan anak muda yang ia temui saat ini.

Yuk Simak Dua Kesalahan Terbesar di Waktu Muda ala Henry Manampiring!

1. Takut Gagal

Henry menyebut ketakutan untuk gagal sebagai kesalahan terbesarnya di usia 20-an. Rasa takut itu membuatnya tidak cukup banyak mencoba hal baru dan kehilangan pengalaman berharga.

Padahal, usia 20-an adalah fase paling aman untuk membuat kesalahan, karena waktu untuk memperbaiki diri masih sangat panjang.

Ia menjelaskan bahwa dampak kesalahan di usia muda tentu berbeda dengan kesalahan di usia 50-an, terutama dalam urusan karier.

Ketika ada peluang baru, banyak anak muda yang ragu mengambilnya karena takut gagal atau takut terlihat buruk. Menurut Henry, sikap itu justru membuat kita membatasi diri sendiri.

“Kalau kita gagal pas muda, so what? Kita masih punya waktu panjang untuk bangkit lagi,” ujar Henry.

Untuk membantu mengelola rasa takut itu, Henry menawarkan dua pertanyaan sederhana, “Apa hal terburuk yang mungkin terjadi?” dan “Jika hal itu benar-benar terjadi, apakah dampaknya memang separah itu?”.

Ia mencontohkan situasi saat kuliah. Ketika diberi tugas presentasi, banyak mahasiswa saling menghindar karena takut salah bicara atau malu dilihat teman-temannya. Namun jika dipikir lebih jauh, kesalahan kecil seperti terselip saat berbicara tidak akan memiliki dampak besar.

“Paling diketawain, besoknya juga orang lupa. Mereka sibuk dengan hidup masing-masing,” kata Henry.

Ia juga membahas konsep geer positif dan geer negatif. Geer positif terjadi ketika kita menganggap sinyal biasa sebagai sesuatu yang terlalu positif.

Sebaliknya, geer negatif muncul saat kita merasa orang lain menilai kita buruk, padahal sebenarnya mereka tidak terlalu peduli. Menurutnya, anak muda sering kehilangan kesempatan karena terlalu sibuk dengan pikiran sendiri.

2. Terlambat Berinvestasi

Kesalahan kedua yang disorot Henry berkaitan dengan persiapan finansial. Ia mengaku terlambat mulai berinvestasi ketika masih muda.

Padahal, menurutnya, usia 20-an adalah waktu ideal untuk mulai belajar dan masuk ke dunia investasi, meskipun dengan jumlah kecil.

Henry memahami bahwa generasinya dulu tidak memiliki akses semudah sekarang. Instrumen investasi masih terbatas dan prosesnya rumit. Namun baginya, kondisi tersebut tidak lagi menjadi alasan di era saat ini.

“Jangan pikir investasi itu hanya urusan orang dewasa atau orang umur 30-an,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa menikmati masa muda, seperti nongkrong atau menghabiskan waktu di kafe, bukanlah masalah. Namun, menyisihkan sedikit untuk investasi juga penting.

Banyak anak muda merasa nominal kecil tidak berarti apa-apa. Padahal, kelebihan terbesar di usia 20-an adalah waktu.

Ia mengaku seandainya bisa memutar waktu, ia ingin berinvestasi pada saham-saham besar seperti BCA atau Mandiri.

“Mungkin gue udah tajir sekarang, tapi gue nggak pernah melakukan itu,” kata Henry.

Terlalu takut gagal dan menunda investasi adalah dua kesalahan yang tampak sepele, tetapi justru paling sering menghambat perkembangan anak muda.

Dengan lebih berani mengambil langkah dan mulai mempersiapkan keuangan mulai dari sekarang, anak muda dapat membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan mereka.