Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Claudius Kevin
Ilustrasi orang perfeksionis stres (pexels)

Orang perfeksionis dikenal memiliki kemampuan dalam memperhatikan hal detail, dan memastikan selalu menunjukkan hal terbaik. Ia mengupayakan hal itu agar bisa menjadi kelebihan tersendiri baginya

Namun, jika hal ini berlebihan, hasilnya tak akan menyenangkan atau justru membebani diri sendiri. Sebab, semua seakan memiliki tuntutan untuk selalu sempurna dan jika mengalami sebuah kegagalan, akan cenderung mudah putus asa.

Itulah mengapa sebaiknya kita harus mengetahui bagaimana mengendalikan dan mengurangi sifat perfeksionis, sehingga tak membebani diri sendiri. Berikut beberapa cara yang bisa kamu terapkan agar dampak buruk sifat perfeksionismu dapat segera teratasi.

1. Kenali sifat perfeksionismu

Orang-orang perfeksionis cenderung menganggap bahwa kegagalan sekecil apapun akan mendatangkan bencana dalam dirinya. Akibatnya, selain stres, orang perfeksionis kronis akan lambat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Mereka beranggapan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan harus sepenuhnya sesuai dengan keinginan, sehingga akibatnya akan banyak memakan waktu, perlu penuh effort, dan berat. Ujung-ujungnya, pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan mudah dan cepat malah menjadi terlambat penyelesaiannya.

Coba katakan pada dirimu 'tidak masalah jika membuat sebuah kesalahan saja'. Tidak apa-apa jika cuma sesekali melakukan kesalahan yang sepele atau tidak terlalu sesuai dengan keinginan kita. Jangan takut gagal, karena kegagalan merupakan bagian dari perjalanan hidup.

2. Ciptakan tujuan dan ekspektasi yang realistis

Perfeksionis juga memiliki sifat sulit menerima kenyataan yang berbeda dari harapan. Jika tidak sesuai, muncul obsesi berlebihan yang akan mengubah perilaku. Hasilnya, terlalu banyak tekanan justru menghambat langkah dan menghasilkan hal yang sia-sia.

Pada titik tertentu, ketika harapan terasa berlebihan, coba buat seluruh daftar tujuan hidupmu pada selembar kertas. Lingkari tujuan yang realistis, lalu bandingkan dengan yang tidak. Ini membantu mengurangi stres dan mengembalikan cara berpikir kamu seperti sedia kala.

3. Terima kegagalan

Perfeksionis cenderung menghindari risiko karena takut merasa gagal. Cara efektif untuk mengatasinya adalah dengan belajar merasa nyaman meskipun gagal. Selain itu, cara yang bisa kamu lakukan adalah lebih memfokuskan diri pada proses ketimbang hasil.

Jika kamu mengandalkan proses yang ingin kamu capai. Tidak peduli hasilnya, kamu akan merasa puas karena proses yang kamu jalani tidaklah mudah. Dari proses tersebut kamu dapat belajar banyak hal. Mulai dari kesabaran, kegigihan, mampu memahami diri sendiri, bertoleransi pada kegagalan, dan tentunya pantang menyerah.

Jika seseorang hanya berfokus pada hasil saja, kemungkinan besar mereka akan beresiko melakukan perbuatan curang jika mengalami kegagalan demi mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Belajar dari kesalahan

Belajar dari kesalahan juga penting untuk mengatasi sifat perfeksionis. Dalam wawancara bersama Borchard, penulis buku Better By Mistake: The Unexpected Benefits of Being Wrong, Alina Tugend menyoroti nilai penting keluar dari zona kenyamanan.

Menurutnya, semakin besar tantangan dan risiko yang kita ambil saat mencoba hal baru, semakin besar pula kesalahan yang akan dibuat, dan bertambah besar juga kemungkinan menemukan hal baru yang memberi kepuasan mendalam.

Jadi, ada baiknya jangan mengulangi kesalahan yang sama, coba petik makna dari kegagalan yang kamu alami tersebut.

5. Jadi diri sendiri

Berani menjadi diri sendiri merupakan penangkal terbaik untuk perfeksionisme. Menerima diri apa adanya dan menanggapi kegagalan dengan penuh kasih, akan membebaskan kamu untuk selalu egois dalam melakukan yang terbaik demi mencapai keberhasilan.

Cobalah untuk mengganti niatmu dengan mengerjakan sesuatu untuk memuaskan diri semata. Kamu tidak perlu melakukan apapun demi orang lain agar merasa dihargai. Saat kamu sudah bisa menghargai diri sendiri, maka pada waktu itulah orang lain dapat menghargaimu.

Jadi, jangan pernah semata-mata hidup untuk memuaskan orang lain. Hal ini hanya akan menimbulkan sifat perfeksionis yang tidak sehat.

6. Jangan pedulikan anggapan orang lain

Jika kamu terlalu mendengarkan orang lain, maka tidak pernah ada habisnya. Mendengarkan kritikan orang lain malah hanya akan membuatmu tidak puas dengan dirimu sendiri.

Kamu juga harus belajar untuk tidak terlalu mengkritik orang lain. Caranya dengan melihat hal baik dalam dirimu sendiri. Semakin banyak hal baik yang kamu lihat pada diri sendiri, kian banyak juga yang akan kamu lihat dari orang lain.

7. Selalu berpikiran positif

Orang perfeksionis terkadang mudah merasa cemas dalam lingkungan sosial. Namun jika dibiarkan, akan muncul perasaan tidak mampu, bahkan merasa terasing. Karenanya, selalu berpikiran positif dan membuat aturan nyata bagi diri sendiri bisa kamu lakukan agar cemas teratasi.

Misalnya ketika kamu mulai membandingkan diri dengan orang lain, atau penasaran sekaligus cemas pada hal-hal yang kamu kerjakan. Ingatlah, hidup bukan sekadar persaingan.

Cobalah untuk mundur sejenak, tenangkan diri dengan berpikir positif, bisa sambil melakukan teknik relaksasi napas dalam. Kemudian berpikirlah bahwa persaingan tak membuatmu tenang. Fokus pada tujuan baik yang hendak dicapai supaya kesuksesanmu tidak terhambat.

Itulah beberapa cara yang dapat membantu mengatasi sifat perfeksionis. Jadi, menunjukkan yang terbaik itu perlu. Namun, ketahui juga bahwa ada kalanya kita juga harus menikmati kehidupan yang sebenarnya bisa dilalui dengan lebih santai dan tidak menuntut selalu harus sempurna.

Claudius Kevin