Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Xandra Junia Indriasti
Ilustrasi Media Sosial (pixabay)

Media sosial merupakan sebuah kemajuan teknologi yang dianggap harus dimiliki oleh setiap orang, baik itu pria, wanita, muda, dan tua. Keberadaannya digunakan sebagai tempat untuk berkomunikasi serta mencari relasi dan informasi.

Namun, ada beberapa hal terkait media sosial yang disebut berdampak buruk bagi banyak orang. Kira-kira, apa saja, ya? Nah, berikut ini 4 poinnya.

1. Hoax

Penyebaran informasi hoax atau tanpa dasar yang jelas masih sering diterima oleh pengguna internet, termasuk media sosial. Hal seperti ini dapat merusak citra seseorang atau berbagai tempat.

Hoax biasanya dibagikan atas dasar keinginan untuk menyudutkan pihak yang dibenci banyak orang dan pribadi. Kebanyakan meliputi tokoh-tokoh penting dan dikenal publik.

Sebetulnya, para warganet sudah mulai bisa memilah berita. Namun, tidak sedikit yang mudah percaya akan informasi kurang berdasar tersebut. Untuk itu, perlu adanya pemahaman mendalam mengenai hoax.

2. Komentar Negatif

Tak hanya berisi kesenangan, media sosial juga seringkali menyebabkan seseorang mengalami stres bahkan depresi berat. Pasalnya, disana banyak ditemukan komentar negatif yang dapat memicu gangguan kesehatan mental.

Tidak heran jika banyak pengguna yang menghentikan sementara aktivitas media sosial-nya. Ada juga yang menutup akun dan enggan memakainya lagi. Namun, aksi tersebut sangat dibenarkan, mengingat kebahagiaan diri sendiri lebih penting.

Di sisi lain, meskipun terdapat fitur menutup kolom komentar dan blocking, mereka dengan jiwa pembully tidak menyerah untuk menaruh kalimat kasar. Kebanyakan akan membuat akun baru yang rata-rata tidak beridentitas asli. 

 3. Menggiring Opini

Media sosial juga seringkali dijadikan tempat untuk menggiring opini. Misal, ada sesuatu yang sedang viral, sebuah akun mengajukan pertanyaan pada publik. Biasanya, dilakukan karena ia kontra terhadap hal yang tengah menjadi tren tersebut.

"Menurut kalian film populer XXX terlalu dipuja-puja nggak, sih? Ceritanya biasa aja, lebih bagus ABC kemana-mana."

Kalimat di atas merupakan contoh menggiring opini yang kerap ditemukan pada media sosial. Ia berharap publik setuju dengan pemikirannya yang sudah diketahui bahwa tiap orang memiliki pandangan berbeda.

Pada dasarnya, mengungkapkan pendapat bukanlah sebuah larangan karena selera tak bisa selalu sama. Namun, tidak diperkenankan jika kamu bertujuan mengajak orang lain untuk membenci sesuatu.

4. Minim Literasi

Indonesia masih bisa dibilang minim literasi, maka banyak orang yang seringkali tidak selesai atau teliti terhadap sebuah bacaan. Tak heran, jika informasi berupa teks kurang disukai di zaman ini. Mereka lebih senang dengan gambar atau video.

Meskipun berfokus pada media bergambar, berbagai situs seperti Instagram, Tiktok, dan Youtube tetap didukung oleh teks. Namanya deskripsi atau caption, agar isi dan tujuan konten dapat lebih jelas diterima pasar.

Namun, seringkali warganet kurang peduli dengan keterangan berbentuk teks tersebut. Jadi, banyak dari mereka yang mudah tersulut emosi karena hanya membaca judulnya saja atau melewatkan tulisan secara utuh.

Keberadaan minim literasi ini tentu berdampak buruk, terutama bagi seseorang atau sesuatu yang tengah diberitakan. Untuk itu, biasakan mengamati sebuah konten sampai selesai, guna menghindari adanya kesalahpahaman. Tak lupa mencari sumber lainnya untuk dijadikan pembanding.

Itulah keempat hal terkait media sosial yang dianggap buruk. Apakah kamu pernah mengalaminya selama menggunakan tren teknologi tersebut?

Xandra Junia Indriasti