Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Mutami Matul Istiqomah
Ilustrasi orang yang sedang tertawa (Pexels/RODNAEProductions)

Bercanda selalu dianggap sebagai pencair suasana dan penular kebahagiaan dari satu orang ke orang lain, bahkan banyak orang. Tidak jarang seseorang menjadikan candaan sebagai etika basa-basi saat berkenalan dengan orang baru atau mencairkan suasana yang kaku. Asal disajikan dalam momen, etika, serta penerimaan yang pas, sebenarnya bercanda memiliki banyak manfaat. 

Tidak hanya suka candaannya, beberapa dari kita pasti menyukai orang yang suka bercanda atau humoris. Kehadirannya seolah memberi pengaruh positif agar kita bisa tertawa dengan hal sederhana. Kemampuannya mengulik kata-kata seolah membuat kita tidak kuasa menahan tawa. 

Namun, pernahkah kamu merasa tersinggung ketika orang lain sedang bercanda? Apakah hatimu pernah terluka dengan kata-kata yang justru membuat orang lain tertawa? Tidak apa-apa, merasa terluka adalah hal yang wajar, karena semua bentuk tindakan atau sikap harus disajikan dengan etika yang baik dan tidak bisa sembarangan, termasuk bercanda.

Memang, selain memiliki dampak positif menjadi penular kebahagiaan antar individu, bercanda sebenarnya juga merupakan hal yang riskan atau memiliki sisi negatif. oleh karena itu, jika kamu adalah seseorang yang suka bercanda atau humoris, sebaiknya kamu memperhatikan lima etika bercanda di bawah ini.

1. Kamu harus memperhatikan kondisi lawan bicara

Etika yang paling sederhana ketika bercanda adalah memahami kondisi lawan bicara, karena biasanya kondisi ini bisa terlihat dengan mudah. Misalnya, ketika lawan bicara sedang sibuk dengan pekerjaannya, sibuk mengurus anak yang rewel, atau sedang fokus dengan suatu hal, alangkah lebih baik kamu mengurungkan candaanmu. 

Atau jika kamu melihat sahabatmu yang sedang murung atau bahkan sedang menangis, jangan langsung menyuguhkan candaan kepadanya. Karena biasanya seseorang yang sedang sedih ataupun kecewa, hanya ingin dengan dirinya sendiri, meluapkan emosinya.

Bahkan, ketika seseorang sedang marah, jangan sekali-kali memberinya candaan. Meskipun mungkin tujuanmu baik, agar dia berhenti marah ataupun merasa lebih baik, namun belum tentu bisa diterima dengan baik. Tidak mustahil candaanmu malah bisa membuat kemarahannya semakin menjadi-jadi.

Karena terkadang dalam beberapa kondisi, seseorang bukannya merasa terhibur dengan candaanmu malah merasa terganggu, tidak nyaman, bahkan bisa saja membencimu karena kamu tidak bisa mengontrol sikap dan dianggap tidak memiliki empati.

2. Kamu harus memahami bahwa lucu itu relatif

Etika kedua yang perlu kamu perhatikan dan sadari ketika bercanda adalah memahami kalau lucu itu itu relatif. Hal yang menurutmu sangat lucu, bisa jadi menurut orang lain biasa saja. Jadi jangan pernah mengharuskan kesamaan antara standar kelucuanmu dengan orang lain, dan tidak perlu merendahkannya juga ketika yang menurutmu lucu tidak dianggap lucu oleh orang lain. 

Kamu harus meluruskan niatmu, bahwa candaanmu sekadar untuk menghibur, memberi semangat, dan menularkan kebahagiaan untuk orang lain, bukan untuk memicu konflik dengan mereka.

3. Kamu harus paham jika bercanda juga ada batasnya

Setiap orang tentu memiliki batas akan hal-hal yang masih diterima sebagai candaan dan tidak boleh dijadikan candaan. Sebenarnya, bagi setiap orang mungkin berbeda-beda.

Namun, untuk menjaga perasaan satu sama lain, alangkah lebih baik jika kamu tidak bercanda perihal fisik, orang tua (meskipun sekadar nama), pekerjaan, agama, pengalaman hidup maupun prinsip hidup seseorang. 

Sebab jika demikian, lawan bicaramu bisa saja merasa tersinggung dan direndahkan. Secara tidak langsung, kamu juga merendahkan harkat dan martabat dirimu sendiri. 

4. Jangan membuat takut orang lain

Etika bercanda yang harus kamu perhatikan selanjutnya adalah jangan jadikan leluconmu sebagai ajang menakuti orang lain. Seseorang yang suka bercanda, biasanya mudah sekali menemukan bahan candaan dari hal-hal yang berada di sekitarnya. Namun, kamu harus memahami bahwa setiap orang memiliki ketakutannya sendiri dan tidak ada kata "berlebihan" untuk hal satu ini.

Misalnya, hati-hati saat bercanda tentang penyakit, bencana, kematian, sikap buruk manusia, hal buruk dalam urusan percintaan dan rumah tangga, karena meskipun tujuanmu adalah mengulik sisi lucu dari sesuatu yang menakutkan atau menyedihkan, tapi belum tentu bisa diterima apa adanya oleh orang lain.

Apalagi, jika seseorang memiliki pengalaman atau trauma dari beberapa hal di atas, candaan tentang hal tersebut justru bisa membuatnya mengingat kembali hal-hal yang sudah bersusah payah dilupakan. Sebab, you know nothing what they are through.

5. Meminta maaf jika ada yang tersinggung

Etika minta maaf secara tulus tentu sangat diperlukan pada segala situasi yang membutuhkan tindakan tersebut, termasuk ketika bercanda. Meskipun seringkali kita tidak sadar telah menyinggung orang lain, tapi jika kamu menyadari sikap dari seseorang sedikit berubah atau malah ada yang berterus terang merasa tersinggung, kamu harus meminta maaf. Tidak perlu membantah dengan alasan, tidak boleh gengsi, tapi minta maaflah dengan tulus.

Seperti yang saya tulis di atas, candaan bagi setiap orang itu relatif. Bisa saja kamu merasa biasa dengan candaanmu, tapi bisa juga orang lain merasa sakit hati. Itu adalah konsekuensi. Ketimbang membela diri dan memperpanjang konflik, lebih baik kamu meminta maaf dan menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran. Diharapkan ke depannya kamu lebih jeli memilah candaan agar tidak mengundang kesedihan dan kemarahan orang lain. 

Nah, itu dia lima etika bercanda yang wajib kamu tahu. Meskipun bukan aturan tertulis, kamu tetap harus memperhatikannya demi kebaikan bersama. Semoga bermanfaat, ya!

Mutami Matul Istiqomah