Dunia sering menggaungkan hari ibu sebagai ungkapan kasih sayang dan terima kasih atas jasa-jasa seorang wanita yang disebut ibu. Hari ayah memang tidak setenar hari ibu, tetapi jasa seorang ayah juga teramat besar. Bahkan, sampai ada ungkapan asing: "To a girl, a father is her first love.To a boy, a father is his first hero."
Artinya Bagi anak perempuan ayah adalah cinta pertamanya dan bagi anak laki-laki seorang ayah adalah pahlawannya. Apakah ungkapan ini benar ? Yah, benar! Itulah alasannya kehilangan sosok ayah bagi anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama akan memberi pengaruh besar dalam kehidupan mereka.
Kehilangan sosok ayah dapat berarti meninggal atau ayah masih hidup tetapi tidak terlibat dalam pengasuhan. Anak harus mendapatkan sosok pengganti ayah ketika ia tak mendapatkannya di rumah, entah itu karena ayahnya meninggal atau tidak mau terlibat dalam peran pengasuhan.
Sosok pengganti ayah bisa didapatkan dari paman, kakek, atau keluarga terdekat lainnya yang dapat memberikan kasih sayang seorang ayah atau bahkan ayah sambung. Hal yang terpenting dari sosok ayah bukan hanya kehadirannya tetapi juga terlibat dalam pengasuhan anak.
Ayah yang terlibat dalam pengasuhan akan memiliki kedekatan emosi dengan anaknya. Selain itu, kedekatan ayah dan anak juga akan memberi pengaruh positif bagi karakter anak.
Menurut banyak penelitian anak yang memiliki ikatan emosi dengan ayahnya cenderung lebih dapat mengendalikan emosi, percaya diri, berkepribadian positif, mengenali potensi dalam dirinya yang kelak berpengaruh terhadap karir saat ia dewasa, saat dewasa setia terhadap pasangan, dan lain sebagainya.
Faktanya, di Indonesia itu sendiri peran pengasuhan anak masih dominan dipegang ibu daripada ayah. Hal ini barangkali pengaruh stigma masyarakat yang berpandangan peran domestik rumah tangga adalah ranah wanita dan peran mencari nafkah adalah ranah pria. Sekalipun wanita itu ikut membantu suami mencari nafkah, tetap peran domestik rumah tangga sebagai ranah wanita tidak dapat diganggu gugat.
Dampak stigma yang turun temurun dalam masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap minimnya peran pria dalam pengasuhan anak. Ayah menjadi sosok yang kaku di hadapan anaknya, yang hanya tahu bagaimana mencari uang.
Untuk menjadi ayah yang baik dan terlibat dalam peran pengasuhan, pria perlu melakukan 5 hal sederhana ini :
1. Ayah harus banyak berbicara pada anak
Jika pria dapat berbicara hal-hal sepele yang sebenarnya tidak penting dibicarakan kepada teman baiknya atau istrinya, maka hal ini dapat juga dipraktikkan kepada anak. Pembicaraan dapat menceritakan kejadian melihat kucing dalam perjalanan ke kantor, menceritakan kopi tumpah di meja dan hal lainnya, walau sepele dan tidak penting diceritakan. Tetapi anak akan menyukainya.
Juga, pembicaraan dapat menceritakan perasaan masing-masing seperti perasaan lelah selama di kantor, mengantuk karena kurang tidur, atau bahkan berupa pertanyaan kepada anak bagaimana perasaannya hari ini, kejadian di sekolah, guru favorit anak dan lain sebagainya. Intinya berbicaralah apa saja walau itu menceritakan kejadian kecil.
Dengan banyak berbicara, suasana lebih cair dan anak akan merasa lebih dekat kepada ayahnya. Jika anak merasa dekat dengan orangtua, ia akan menceritakan apa saja dan berani beropini tanpa merasa canggung atau takut.
2. Ayah harus memuji dan memeluk anak
Pelukan orang tua terhadap anak dapat meningkatkan kualitas bonding atau ikatan emosi. Secara psikologi, anak yang sering mendapat pelukan orang tua memiliki hati yang lembut sehingga menjadi pribadi penyayang.
Selain itu, menurut banyak penelitian pelukan orang tua berpengaruh pada kecerdasan anak. Pujian atau pelukan orang tua dapat membangun lebih dari 10 triliun sel otak anak. Karena itulah anak yang sering dipeluk atau mendapat pujian akan lebih cerdas daripada anak yang jarang mendapat pelukan atau pujian orang tua.
3. Ayah, datanglah di hari penting anak
Jika para ayah masih bingung seperti apakah hari penting bagi anak, sebagian besar ibu tidak. Umumnya wanita lebih dekat dengan anaknya sebab terlibat langsung dalam pengasuhan termasuk hari-hari penting bagi anak.
Hari-hari penting bagi anak misalnya mengambil buku rapor saat kenaikan kelas. Menghadiri acara pentas seni anak. Hadir saat anak tampil di acara penghargaan sekolah, membantu anak belajar menjelang ulangan harian dan lain sebagainya.
4. Jadilah pendengar yang baik
Jadilah pendengar yang baik saat anak bercerita kejadian di sekolah, kejadian bersama teman-temannya, keluh kesahnya tentang pelajaran yang tak disukainya, dan berbagai cerita lainnya.
Namun, tidak hanya mendengar tapi juga berilah respon positif dari apapun cerita anak. Anak-anak senang ceritanya didengarkan dan direspon. Jika anak senang bercerita apapun pada orang tua, ini pertanda bagus bahwa ia percaya pada orangtuanya.
Dari semua kejadian yang diceritakan anak, orang tua dapat merespon berupa nasehat, masukan-masukan positif, memberi semangat dan lain sebagainya agar anak tetap terarah positif.
5. Ayah harus menghabiskan waktu bersama anak
Banyak orang tua super sibuk yang melupakan bahwa kebersamaan dengan anak tidak hanya soal bersama di rumah yang sama dan makan di meja yang sama. Sering orangtua makan bersama anak di meja yang sama tapi pikiran masih di tempat kerja sehingga tidak terjalin suasana kebersamaan yang akrab. Sering juga orang tua duduk di sofa yang sama dengan anak tetapi sibuk dengan gawainya sehingga anak terabaikan.
Menghabiskan waktu bersama butuh dua orang atau lebih yang berada di ruang yang sama, waktu yang sama dan pikiran yang sama. Ini berarti orangtua harus menunda urusan-urusan pekerjaannya saat ia sedang menghabiskan waktu bersama anak sehingga pandangan tidak terfokus pada gawai dan pikiran fokus pada anak.
Menghabiskan waktu bersama anak bisa berbentuk melakukan permainan, makan di luar, jalan-jalan, olahraga, melakukan hobi, atau sekedar berbincang-bincang di rumah asalkan fokus pada anak itu sudah lebih dari cukup.
Nah, tidak susah kan terlibat peran pengasuhan anak ? Sebenarnya hal ini cukup sederhana tapi sering terabaikan padahal dampaknya bisa sangat besar.
Jika orangtua tidak terlibat peran pengasuhan, anak akan merasa terabaikan dan kehilangan sosok pelindung yang seharusnya diperankan orang tua. Akibatnya anak akan mencari sosok itu pada diri orang lain yang belum tentu akan memberikan pengaruh positif pada kepribadian anak.
Bagaimana ? Sudah siap terlibat dalam pengasuhan anak ? Harus dong!!
Baca Juga
-
Bebek Penyet Sambal Hijau Pak Mahmud, Dagingnya Empuk
-
Warung Sambal Korek Dower di Bojonggede, Pedas Mantap dengan Aneka Lauk
-
Perjalanan Wisata Edukasi, Melihat Langsung Salju di Trans Snow World Bekasi
-
Mengunjungi Desa Wisata Ciwidey, Bermanfaat untuk Keluarga dan Desa
-
Percaya atau Tidak, Fitur Wajah Manusia Dapat Berubah Secara Alami
Artikel Terkait
-
Politisi PDIP: Dukungan Anak Abah dan Ahokers Untuk Pram-Rano Bikin Demokrasi Sejuk
-
Pram-Rano Disebut Sengaja Tak Munculkan Atribut PDIP dan Megawati: Untuk Rayu Anak Abah
-
Belum Resmi Cerai, Paula Verhoeven Singgung Pemimpin dalam Rumah Tangga
-
Anak Thom Haye Sakit: Mungkin Ada Sesuatu yang Salah
-
KPR BRI Property Expo 2024, Permudah Proses Pilih dan Beli Rumah di Area Surabaya
Lifestyle
-
3 Acne Spot Gel Ampuh Meredakan Jerawat Mendem dengan Cepat, Ada Favoritmu?
-
3 Varian Serum dari Hada Labo, Ampuh Hidrasi Kulit Kering dan Atasi Penuaan
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
4 Pilihan OOTD Hangout ala Park Ji-hu yang Wajib Dicoba di Akhir Pekan!
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua