Hal yang harus diperhatikan orang tua demi pertumbuhan anak yang baik salah satunya adalah hindari bertengkar di depan anak. Apabila dampak buruk tidak mau menimpa anak akibat kesalahan orang tuanya, maka sudah sepatutnya di hadapan seorang anak, orang tua harus tetap bersikap rukun dan bahagia.
Meski berpura-pura baik satu hal yang berat, tapi harus dilakukan agar anak tidak mendapatkan dampak buruk dari kesalahan orang tuanya sendiri. Sebab jika orang tua tetap egois bertengkar depan anak dan mengabaikan perasaannya, maka ingatan pahit tersebut bisa terbawa oleh si anak sampai seumur hidup. Tak jarang, trauma atau dampak buruknya akan terbawa hingga anak dewasa.
Berikut 6 dampak buruk yang akan terjadi jika orang tua bertengkar di depan anak.
1. Anak mudah takut dan cemas
Siapa yang tidak takut ketika seorang anak melihat orang tuanya bertengkar tepat di hadapannya? Tentu anak akan merasa takut karena orang yang ia kenal begitu dekat bersikap kasar seperti orang yang tidak dikenal.
Ketakutan tersebut akan membuat anak mudah merasa cemas. Misalnya ketika ia melakukan kesalahan kecil, ia cemas karena takut dimarahi atau menjadi bahan pertengkaran orang tuanya. Kecemasan dan ketakutannya tentu bukanlah hal baik dalam proses tumbuh kembang seorang anak.
2. Mengambil kesimpulan sendiri
Dengan melihat pertengkaran orang tua di depannya, anak tidak mustahil akan menyimpulkan banyak hal hanya dengan melihatnya saja. Misalnya, bisa jadi anak akan mengambil kesimpulan bahwa ketika marah, tidak mengapa untuk saling membentak, memukul, membanting barang, menyakiti, atau tindakan buruk lainnya.
Hal tersebut tentu akan menimbulkan dampak buruk dari segi emosional seorang anak. Dikhawatirkan, anak akan menganggap hal tersebut lumrah dan biasa sehingga ketika ia marah kepada orang lain, ia pun akan melakukan hal yang sama.
3. Hubungan dengan orang tua memburuk
Dampak buruk lain yang akan terjadi jika orang tua bertengkar di depan anak, yakni hubugannya dengan anak akan memburuk. Misalnya si anak melihat ayah dan ibunya bertengkar, lalu ia memahami bahwa ayah atau ibunya adalah seseorang yang galak.
Dari kejadian tersebut, tentu anak akan merubah presepsinya, jika sebelumnya menganggap orang tuanya seorang yang lucu menjadi sosok menakutkan.
Jika hal tersebut terjadi, merasa kecewa dengan ayahnya yang kasar kepada ibunya akan membuat anak membenci ayahnya. Dari rasa benci itulah hubungan antara anak dan ayah akan renggang. Semakin sering orang tua bertengkar di depan anak, semakin hambar pula hubungan antara orang tua dan anaknya.
4. Anak merasa bersalah
Anak yang sudah cukup memahami pembicaraan orang tuanya akan merasa bersalah jika sumber pertengkaran orang tua adalah karena dirinya. Entah itu karena rumah yang berantakan, peringkat akhir di sekolah, kebutuhan anak, keinginan anak, atau yang lainnya.
Rasa bersalah yang timbul dari seorang anak yang mendengarkan perdebatan orang tuanya akan membuatnya mengurung diri, menjadi seorang yang lain, minder, ketakutan, dan anti sosial.
Anak akan terus membuat pikiran bahwa "aku lah yang menyebabkan ayah dan ibu bertengkar, aku lah yang menyebabkan ayah memukul ibu, aku lah yang menyebabkan ibu kesakitan, aku lah yang menyebabkan ibu berteriak memaki ayah" atau yang lainnya.
5. Anak tidak betah di rumah
Dikarenakan suasana rumah yang selalu membuat takut, anak menjadi merasa kehilangan rasa tenang. Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang, malah menjadi tempat yang malas untuk diambah.
Kalau sudah begitu, anak akan lebih betah bersama dengan teman-temannya. Entah itu menghabiskan waktu di tongkrongan dan pulang ketika tidur saja, menyewa kos, atau yang lainnya.
6. Trauma dengan pernikahan
Melihat rumah tangga orang tuanya yang sedemikian rupa, akan membuat anak merasa trauma dengan pernikahan. Anak akan selalu menganggap bahwa dalam rumah tangga yang akan terjadi adalah seperti yang ia lihat dalam rumahnya.
Pertengkaran, pukulan, barang beling berserakan, atau yang lainnya. Tidak jarang orang yang merasa trauma dengan pernikahan tersebut akan memilih untuk tidak menikah.
Itu dia 6 dampak buruk yang akan terjadi jika orang tua sering bertengkar di hadapan anak. Dalam hubungan pernikahan, tentu permasalahan itu akan tetap ada. Kita tidak bisa menghentikan permasalahan, tapi kita bisa memilih bagaimana cara kita menyelesaikan masalah.
Baca Juga
-
Fenomena Mager di Pertengahan Ramadan, Ini 4 Penyebabnya!
-
5 Langkah Jitu agar Keuangan UMKM Tetap Sehat di Bulan Ramadan
-
5 Tips Ramadan Produktif ala Gen Z : Tetap Aktif Ibadah Maksimal!
-
Mau Tajir Mendadak? Ini 5 Bisnis Ramadan yang Selalu Laris Manis!
-
5 Strategi Keuangan di Bulan Ramadan yang Harus Kamu Kuasai
Artikel Terkait
-
Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Bersyukur atas Putusan Hak Asuh Anak, Paula Verhoeven Pamer Kebersamaan dengan Kiano dan Kenzo
-
Viral Aniaya Korban Gegara Dituduh Rebut Pacar, Begini Nasib 3 ABG di Tambora usai Ditangkap Polisi
-
Geger! Sudah 40 Hari Menghilang, Jejak Terakhir Kiano Pamit Salat ke Masjid
Lifestyle
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!
-
4 Padu Padan Kasual Anti Mainstream ala J-Hope BTS, Cocok Buat Daily Style
-
Fresh dan Trendi, Ini 4 Ide Padu Padan OOTD Kasual Sporty ala Yuqi (G)I-DLE
-
Dari Chic sampai Edgy, Intip 4 Daily Outfit Seonghwa ATEEZ Buat Ide Gayamu!
-
Simpel dan Elegan! Begini 4 Gaya Harian Soft Classy ala Kim Ji-yoon
Terkini
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab