Pernah nggak sih kamu melihat seorang anak yang sering dipuji bahwa dia dapat bersikap dewasa walaupun masih belia? Jika iya, kira-kira apa pendapatmu tentang hal itu?
Hal ini dikenal sebagai dewasa yang belum waktunya. Seharusnya anak dapat berperilaku dan bersikap sebagaimana usianya, tapi bagi beberapa orang justru mereka dapat bersikap lebih daripada usia sebenarnya. Dalam psikologi, hal ini disebut sebagai usia mental.
Usia mental sebenarnya sangat baik karena menunjukkan bagaimana perkembangan otak anak berkembang pesat. Namun disisi lain hal ini memiliki dampak yang negatif juga. Bisa jadi anak yang terbiasa bersikap dewasa ini sebenarnya mengalami tekanan yang luar biasa karena masa kecilnya hilang atau tidak tercukupi. Apalagi ketika ia dipaksa untuk bisa bersikap di luar kemampuannya.
Biasanya anak-anak dengan permasalahan seperti ini merupakan korban dari peran orang tua yang bisa dikatakan ''gagal" dalam mengasuh anak. Berikut 8 hal yang dapat menyebabkan anak dewasa sebelum waktunya:
1. Orang tua tidak mencontohkan kata "maaf"
Tak sedikit dari orangtua yang merasa gengsi untuk meminta maaf pada anak walaupun dia sebenarnya memang bersalah.
2. Orang tua curhat tentang hal yang tidak perlu diketahui anak
Beberapa orang tua terkadang melakukan oversharing kepada anak mengenai hal-hal yang seharusnya belum atau tidak perlu diketahui anak.
3. Membiarkan anak menenangkan diri sendiri
Tugas orang tua adalah memberikan rasa aman dan nyaman, namun beberapa orang malah meminta anaknya untuk bisa menenangkan dirinya sendiri padahal anak butuh rangkulan dari orang tuanya.
4. Orang tua mendahulukan kakak sebelum adik
Orang tua harusnya dapat berlaku adil kepada anaknya sesuai porsinya, bukan memukulnya secara rata.
5. Anak menjadi childish
Oleh karena masa kecil yang terenggut, maka anak akan membalaskan dendamnya di masa dewasa.
6. Sulit menempatkan anak pada lingkungan yang sehat
Orang tua yang tidak memperhatikan kesehatan mental anak akan cenderung mengabaikan lingkungan yang positif bagi anak.
7. Hubungan yang toxic
Hubungan yang toxic antara anak dan orang tua akhirnya menyebabkan anak merasa tidak dihargai dan mengambil nilai-nilai kedewasaan yang belum matang.
8. Orang tua tidak mengajarkan regulasi emosi sejak dini
Karena orang tua tidak mengajarkan kemampuan mengelola emosi anak sejak dini, maka anak akan menganggap bersikap dewasa adalah hal terbaik.
Semoga kita dapat memberikan pengasuhan yang terbaik bagi anak-anak kita kelak ya.
Baca Juga
-
Dear HRD, Ini 6 Cara Membangun Lingkungan Kerja yang Positif
-
Kamu Seorang Karyawan? Yuk Kenali 6 Jenis Izin Meninggalkan Pekerjaan ini!
-
Ketahui Waktu Istirahat dan Izin untuk Meninggalkan Pekerjaan Menurut UU Ketenagakerjaan dan Cipta Kerja
-
4 Tantangan yang Harus Dihadapi oleh HRD di Perusahaan, Kamu Harus Siap!
-
5 Tips untuk Mengatasi Overthinking di Kantor, Terapkan Mindfullness!
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Effortless Abis! Intip 4 OOTD Kasual Kece ala Huening Bahiyyih Kep1er
-
4 Serum Mandelic Acid Eksfoliasi Kulit Kasar dengan Lembut Tanpa Iritasi
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Daily Fit Check! 4 Outfit ala Daniela KATSEYE, Bikin Gaya Auto Kece
Terkini
-
Pendidikan Etika Digital sebagai Pilar Pembangunan Berkelanjutan
-
Liga Italia Serie A: Saat Eks MU dan Kiper Termahal Asia Kalah Kualitas dari Emil Audero
-
Emil Audero, Liga Italia Serie A dan Perjodohan Dirinya dengan Tim-Tim Medioker
-
Politisi, Komedian, Kepala Keluarga: Tiga Peran Eko Patrio di Tengah Krisis
-
Lapangan Kecil, Jangkauan Besar: Futsal di Dunia Digital