Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Mutami Matul Istiqomah
Ilustrasi pernikahan (Freepik.com)

Perjodohan kini sering dianggap sebagai cara mempersatukan cinta yang kuno. Namun, masih sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berarti perjodohan masih dibutuhkan entah itu oleh orang tua maupun manusia dewasa yang masih melajang. 

Nyatanya, tidak semua perjodohan dilatarbelakangi oleh keterpaksaan. Banyak kok, pasangan yang merasa bahagia dan bersyukur karena telah dipertemukan dan diperkenalkan lewat perantara perjodohan. Tidak sedikit yang berhasil membawa rumah tangganya sampai maut yang menjadi pemisah.

Tidak ada yang salah dalam perjodohan. Semuanya sah-sah saja. Namun, menyikapi perjodohan yang ditawarkan oleh orang tua harus melibatkan pertimbangan yang matang. Pasalnya, kehidupanmu adalah kamu yang menjalani. Jangan sampai kamu menyesalinya di kemudian hari. 

Lalu, apa saja pertimbangan sebelum menerima perjodohan

1. Bagaimana harapanmu kepada pasangan?

Apakah kamu juga tipe seseorang yang senang membuat khayalan tentang pasangan hidupmu kelak di masa depan? Misalnya, dia yang pemberani dan bertubuh tinggi, dia yang memiliki mata menawan, atau dia yang cerdas dan bijaksana? 

Lalu, bagaimana seseorang yang kini berada dalam antrean nomor 1 dari sekian banyak orang lain yang diperkenankan orang tuamu untuk mengenalmu lebih jauh? 

Apakah kamu memiliki ketertarikan kepadanya? Sekalipun tidak ada yang berhasil mengisi daftar riwayat khayalanmu, adakah yang berhasil merenggut perhatianmu? 

Dalam menjalin hubungan rumah tangga, tentu saja memerlukan sebuah ketertarikan satu sama lain. Banyak orang mengatakan bahwa benih cinta bisa tumbuh di belakang nanti. Sayangnya, tidak semua orang bisa jatuh cinta dengan semudah itu. 

Oleh karen itu, ketertarikan menjadi salah satu hal yang patut untuk kamu pertimbangkan. 

2. Minta waktu untuk saling mengenal

Perjodohan ini datang dengan membawa tujuan baik. Ketika kamu merasa tertarik, maka mintalah waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Kamu harus mempelajari ke arah mana ketertarikan itu akan membawa kamu dan si dia untuk saling mengenal. 

Apakah ketertarikan itu akan membuat kamu semakin yakin dan mantap bahwa dia merupakan pilihan yang tepat, atau justru akan membuat kamu merasa bimbang dan harus mempertimbangkan hal yang seolah tidak ada pemberhentiannya? 

Waktu untuk saling mengenal satu sama lain ini harus digunakan sebaik dan sebijak mungkin, sehingga kamu bisa menemukan poin-poin yang meyakinkanmu untuk menerima perjodohan ini atau justru menolaknya. 

Namun, satu hal yang harus kamu pegang teguh yaitu, jangan pernah memberikan harapan palsu. Sekalipun kamu tidak menemukan titik penerus dari ketertarikanmu di awal sana, jangan sampai kamu menarik-ulur waktu hanya untuk hal yang kamu tahu ujungnya. 

3. Bagaimana dengan si dia? 

Setelah melewati masa perkenalan, bisakah kita tarik kesimpulan? Bagaimana pandanganmu kepada si dia? Apakah dia yang berhasil merenggut perhatianmu bisa meluluhkan hatimu untuk membuka dan menerimanya? 

Bagaimana posisinya dalam perjodohan ini? Apakah dia yang menginginkannya? Atau terpaksa menjalaninya karena tekanan orang tua? 

Hal-hal yang sangat detail tentang dirinya, harus ada dalam pertimbanganmu dalam jangka panjang. Jangan sampai, kamu hanya memikirkan keinginanmu saat ini saja. 

Dengan sosok orang yang baru kamu kenal itu, bisakah kamu menerimanya baik dan buruk? Kamu harus memahami resiko dari keputusan yang akan kamu berikan. 

4. Apakah kamu siap untuk menikah

Bagaimana kesiapanmu untuk menikah tidak boleh luput dari hal yang harus kamu pertimbangkan. Apakah kamu sudah merasa siap untuk menikah? Atau ada hal lain yang ingin kamu selesaikan sebelum menikah? 

Ketika kamu benar-benar merasa siap untuk menikah, lahir dan batin tanpa ada paksaan dari siapapun, maka berikanlah jawaban dan buatlah kesepakatan. 

Ketika ada beberapa hal yang ingin terlebih dulu kamu selesaikan, rundingkan dengan orang tua dan calon pasangan.

Kamu tidak boleh mementingkan ego diri sendiri, pun kamu juga harus meneguhkan hak yang kamu miliki. Jadi, perundingan itu haruslah berujung kepada keputusan yang adil dan tidak memihak. 

Itu dia 4 hal yang harus kamu pertimbangkan sebelum menerima perjodohan. 

Mutami Matul Istiqomah