Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | M. Guntur Rahardjo
Ilustrasi rambut ikal. [Unsplash/Tamas Pap]

Rapi dan keren merupakan elemen penting yang harus dimiliki seorang cowok. Entah itu untuk tampil kece di hadapan kaum hawa ataupun terlihat keren saat presentasi kepada klien. Salah satu cara mewujudkannya adalah melalui rambut yang tertata dan teratur.

Namun sayangnya hal itu tidak sepenuhnya berlaku kepada saya. Alasannya karena saya memiliki rambut yang ikal. Jujur sampai hari ini saya masih belum paham perbedaan antara ikal dan keriting.

Memiliki rambut ikal mungkin terdengar unik, tapi tentu saja memiliki kelemahan tersendiri. Berikut lima hal tidak enak menjadi cowok yang memiliki rambut ikal.

1. Ngembang tidak jelas

Hal pertama sepertinya sudah bisa anda bayangkan sendiri. Rambut ikal ketika kering maka secara otomatis ia akan mulai mengembang dengan sendirinya. Entah menggunakan kekuatan macam apa. Tapi itu belum selesai. Setelah mengembang, maka ia akan mulai menjadi bentuk-bentuk yang tidak karuan. Saya yakin kalau masalah bentuk pasti berbeda-beda, tapi secara umum rambut ikal ini akan sedikit memutar ke belakang.

Kalau sudah begini, maka tak ada pilihan lain selain ikhlas menerima. Meskipun malu dlihat berantakan dan mengembang seperti adonan roti yang berada di dalam oven. Bahkan sekalipun kita mencoba merapikannya dengan tangan, hanyalah kesia-siaan belaka. rambut ini akan terus mengembang, mengembang, dan mengembang seperti kebijakan pemerintah dan satgas COVID-19.

2. Dikasih minyak rambut tidak mempan

Berdasarkan pengalaman saya, minyak rambut itu nggak mempan menangkal rambut ikal! Selama SMA, saya selalu membiasakan menggunakan minyak rambut. Saya pikir minyak rambut dapat membuat rambut ikal saya yang bandel ini sedikit mengeras atau diam agar tak mengembang. Tapi harapan saya kandas.

Memang sih rambut ikal saya menjadi sedikit keras dan tidak mengembang, tapi sekitar satu jam kemudian rambut ini mulai berdiri nggak jelas! Kalau tidak berdiri ya memutar kesana-sini. Benar-benar membuat mood menjadi buruk. Malah kadang yang mengembang itu bagian belakang dan bawah. Bayangkan saja, bagian depan rapi tersisir. Eh bagian belakang tidak karuan.

3. Dicap tidak terurus atau pemalas

Biasanya saya lumayan malas menyisir rambut karena ujung-ujungnya pasti ngembang lagi. Tapi disinilah hal negatif lainnya. Orang-orang di sekitar saya beberapa kali bertanya mengapa saya tidak menyisir rambut. Hei, rambut ini sudah disisir sedemikian rupa! Tapi selalu mengembang!

Lebih parah lagi, saya percah dicap anak tidak terurus. Alasannya karena mereka melihat rambut saya yang ikal ini mengembang dan memutar tidak jelas di siang hari. Padahal itu bukan salah saya, ya memang karakteristik rambutnya yang seperti ini. Sepertinya saya perlu membuat webinar tentang karakteristik rambut ikal ini supaya masyarakat memahami konsepnya.

4. Sakit ketika disisir

Ada kalanya ketika siang hari saat hendak keluar karena ada keperluan, saya harus segera menyisir rambut ikal ini. Namun karena memang sudah siang sekali dan tidak mungkin saya basahkan maka menyisir secara langsung adalah alternatif yang tepat. Percayalah kawan, menyisir rambut ikal itu sakitnya bukan main.

Seperti yang telah saya sebutkan diatas bahwa rambut ikal itu akan memutar setiap helainya. Dan nantinya akan ada satu atau dua rambut kusut dan saling mengikat satu sama lain. Yakinlah sobat, tatkala jari jemari sisir mengenai bagian itu, rasanya benar-benar sakit seperti janji manis pejabat ketika pemilihan umum.

5. Angin yang merusak gaya

Bagi saya, angin itu adalah faktor utama yang mengacaukan rambut. Sebelum pergi atau berangkat sekolah, saya akan menyisir rambut serapi dan seindah mungkin. Nah ketika berada di atas motor untuk bepergian, disinilah semuanya berantakan. Rambut yang rapi langsung berantakan lagi ditiup angin. Bahkan sekalipun tetap menggunakan minyak rambut, tetap saja tertiup oleh angin!

Tenang saja saya tetap bersyukur kok. Bagaimanapun juga tetap harus bersyukur karena masih bisa merasakan memiliki rambut. Yah walaupun kadang rasa kesal juga, tetap harus diterima dan ikhlas untuk dijalani.

M. Guntur Rahardjo