Apakah wajahmu mirip salah satu orangtuamu? Warna mata sama dengan warna mata ibumu? Postur tubuhmu sama dengan ayahmu? Tentu kamu dan semua orang sepakat bahwa ini adalah warisan genetik dari orangtua.
Namun, tidak semua hal yang ada dalam diri kita adalah warisan genetik. Sebab, bisa saja apa yang hadir dalam diri seseorang saat ini adalah bentukan dari lingkungan. Oleh karena itu, untuk menambah pengetahuan ada perlunya kamu tahu 3 hal ini yang umumnya dianggap warisan genetik ternyata bukan.
1. Lesung pipi belum tentu karena faktor keturunan
Lesung pipi kerap membuat penampilan seseorang lebih menarik dan karenanya banyak yang mendambakan memilikinya hingga rela merogoh kocek yang tak main-main untuk operasi plastik.
Dibalik pesonanya, fakta yang tak terbantahkan lesung pipi ada karena kelainan pada otot pipi. Dilansir Bobo, Genetic Australia dalam laman resminya membenarkan hal ini, bahwa otot wajah yang berukuran lebih pendek dari ukuran normalnya menyebabkan kulit wajah tertarik ke dalam saat seseorang tersenyum atau berbicara.
Menurut asumsi sementara para ahli lesung pipi kemungkinan diwariskan secara genetik melihat fakta bahwa memang ada satu keluarga yang memiliki lesung pipi secara turun-temurun. Namun juga, menurut beberapa penelitian hal ini belum terbukti dan seluruh penelitian belum bisa mengetahui gen apa yang berpengaruh.
Dilansir healthline, lesung pipi pada individu dapat muncul saat kecil lalu menghilang saat dewasa. Hal sebaliknya juga berlaku, individu yang saat kecil tidak memiliki lesung pipi dapat memilikinya saat dewasa tanpa sebab yang jelas. Namun, ada juga individu yang memilikinya seumur hidup sejak kecil hingga dewasa. Oleh karenanya pola garis keturunan lesung pipi masih belum dapat diprediksi.
2. Anak pemarah bukan warisan genetik dari orangtua yang pemarah
Anak yang punya sifat pemarah, umumnya juga memiliki orangtua yang pemarah. Oleh karena itu, banyak yang beranggapan sifat pemarah warisan genetik. Karakter anak pada umumnya hasil bentukan lingkungan. Apabila dalam keseharian anak sering melihat orangtuanya bersikap mudah marah, gampang terpancing secara emosi, maka jadilah anak seperti apa yang dilihatnya. Sebab, orang tua adalah model bagi anaknya.
Dilansir klikdokter, sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2006, dengan partisipan 97 anak laki-laki dan 78 anak perempuan berusia rata-rata 11 tahun. Hasil penelitian membuktikan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang pemarah menunjukkan sifat pemarah kepada orang lain karena otak merekam apa yang dilihatnya untuk selanjutnya ditiru.
Oleh karenanya, menjadi orangtua yang bersikap positif akan memberi dampak positif pula bagi perkembangan karakter anak. Tentu semua orang setuju, anak yang positif memiliki orangtua yang positif.
3. Memiliki anak kembar tidak selalu warisan genetik
Banyak orang mengatakan, anak kembar hanya bisa dimiliki oleh pasangan yang memiliki keluarga kembar karena faktor warisan genetik. Itu benar untuk kasus kembar fraternal, tetapi untuk kasus kembar identik bisa lain cerita.
Apakah itu kembar fraternal? Kembar fraternal adalah kebalikan kembar identik yang artinya bayi lahir kembar yang wajah dan fisiknya tidak sama. Dilansir Hellosehat, peluang pasangan bisa memiliki anak kembar besar jika tubuh ibu membawa gen kembar warisan dari orangtuanya.
Namun, lebih mungkin menghasilkan anak kembar tidak identik atau fraternal. Pasalnya, kembar fraternal hanya terjadi ketika calon ibu sedang mengalami hiperovulasi. Yaitu, ovum melepaskan dua sel telur secara bersamaan yang dibuahi sperma secara bersamaan pula. Normalnya, ovum hanya mengeluarkan satu buah sel telur tiap bulannya.
Pada kasus kembar identik, sangat jarang disebabkan garis keturunan atau warisan genetik. Pada kembar identik, hanya ada satu sperma yang membuahi satu sel telur. Namun, pada proses berikutnya zigot akan membelah menjadi dua embrio yang kemudian berkembang menjadi dua bayi yang wajahnya serupa. Sebagai catatan, bahwa pembelahan dua embrio ini terjadi secara spontan dan tak terkait dengan warisan genetik.
Nah, setelah tahu fakta sebenarnya sekarang tugasmu untuk menyampaikan informasi yang benar kepada orang-orang sekitarmu. Sehingga akan mengubah kesadaran dalam masyarakat demi masyarakat yang lebih cerdas.
Tag
Baca Juga
-
Kisah Cinta Terlarang Membuka Pintu bagi Ekowisata Gunung Tangkuban Perahu
-
Bebek Penyet Sambal Hijau Pak Mahmud, Dagingnya Empuk
-
Warung Sambal Korek Dower di Bojonggede, Pedas Mantap dengan Aneka Lauk
-
Perjalanan Wisata Edukasi, Melihat Langsung Salju di Trans Snow World Bekasi
-
Mengunjungi Desa Wisata Ciwidey, Bermanfaat untuk Keluarga dan Desa
Artikel Terkait
-
Marrying The Mafia: Pernikahan yang Menyatukan 2 Keluarga Berbeda
-
6 Tata Krama yang Penting Diajarkan kepada Anak Sejak Dini
-
Irfan Hakim Beli Tanah Makam Ribuan Meter untuk Persiapkan Kematian
-
Terpesan 1.585 Unit Sepanjang GIIAS 2022, Hyundai Stargazer Sukses Curi Perhatian di Segmen Mobil Keluarga
-
Pengacara Desak Polri Periksa Langsung Istri Ferdy Sambo Putri Candrawathi
Lifestyle
-
Terbukti! 5 Sebab Home Fatigue Akibat WFH Tanpa Batas di Era Digital
-
Cantik Nggak Harus Mahal, Inilah 5 Tips Tampil Alami dan Tetap Glowing
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali
-
Vivo X200T Siap Meluncur Awal Tahun 2026, Ukuran Compact dan Performa Kencang
-
Ketika Meme Menjadi Senjata Bullying Digital: Batas Antara Lucu dan Melukai
Terkini
-
Trailer Supergirl, Proyek Debut dari Milly Alcock Jadi Kara Zol-EL
-
Maaf PSSI, Timnas Indonesia Memang Layak Pulang Cepat dari SEA Games Kali Ini
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
Review Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas: Potret Realistis Kehidupan Mahasiswa Indonesia
-
Ini 3 Top Skill yang Dicari HR Kalau Kamu Mau Mulai Karir Kerja Remote