Setiap mahasiswa selalu menghadapi ujian kuliah sama halnya dengan siswa SD hingga SMA. Biasanya waktu ujian mahasiswa dilaksanakan pada saat setengah semester atau yang biasa dikenal ujian tengah semester (UTS). Kemudian, di akhir semester ada ujian lagi sebagai penilaian final untuk mahasiswa. Setiap mahasiswa juga pasti memiliki cara tersendiri dalam menghadapi ujian tersebut
Metode belajar seorang mahasiswa bisa beragam menyesuaikan dengan bagaimana cara pola pikir mahasiswa itu sendiri dalam menanggapi ujian. Ada yang bisa stress karena dia belum sempat belajar maksimal sehingga dia mengejar ketertinggalannya dalam satu malam sebelum ujian. Ada juga yang sudah mempersiapkan diri untuk ujian dengan mengulas materi yang sudah dipelajari dari jauh-jauh hari. Itu adalah pilihan mereka masing-masing karena mahasiswa sudah bisa menentukan keputusannya sendiri
Namun, terdapat hal yang harus dipertimbangkan oleh mahasiswa dalam menghadapi ujian. Oleh karena itu, saya akan membahas pada topik kali ini mengenai 4 pemikiran yang harus ditanam mahasiswa saat menghadapi ujian. Mari simak pembahasannya.
Jangan jadikan ujian sebagai beban
Pikiran yang pertama kali harus ditanam adalah ujian bukanlah beban hidup atau pikiran yang harus dipusingkan. Ujian bukanlah sumber tekanan dalam mentalmu yang selalu datang pada saat waktunya. Ujian hanya bertujuan untuk mengevaluasi perkuliahan yang telah kamu jalani. Tidak sedikit mahasiswa yang secara tidak sadar memasang stigma bahwa ujian menakutkan, menegangkan, merepotkan atau bahkan mengganggu waktunya. Pahamilah ujian hanya sebatas alat untuk mengetesmu saja. Ketika kamu sudah memahami itu, sisanya tinggal usaha semampunya.
Cari dan pelajari materi yang umum diangkat ke soal
Hal yang satu ini biasa terjadi pada mahasiswa, apalagi yang masih mahasiswa baru. Salah satu cara belajar yang efisien adalah berfokus mencari materi yang biasa keluar di soal ujian dari tahun ke tahun. Kamu bisa menanyakan kepada seniormu yang sudah lebih duluan bertemu dengan soalnya. Setelah mendapatkan soal itu, selanjutnya kamu atur waktu untuk mempelajari materi-materi tersebut. Jadi, kamu tidak perlu kepikiran dengan semua materi yang dosen berikan karena pasti tidak semua yang diangkat ke soal ujian.
Fokus pada "paham" dan "hafal", bukan salah satunya saja
Terkadang, mahasiswa berpikir menghafal materi atau sekadar memahami saja sudah cukup untuk pegangan menjawab soal ujian. Menghafal memang bisa membantu kamu mengingat materi, apalagi yang banyak menggunakan rumus. Tetapi, itu malah membebani otakmu karena menguras energi otakmu pada saat ujian. Jika berbicara hanya cukup memahami, kamu akan mengerti dari segi konsep pelaksanaanya dari setiap teori atau rumus yang dipelajari. Namun, kelemahannya adalah ada kalanya momen kamu akan lupa dari materi yang telah kamu pahami. Jadi, jika hanya menghafal, belum tentu memahami konsepnya. Tetapi, jika hanya memahami, kamu bisa lupa di saat kapan pun. Jadi, kamu harus bisa mengkombinasikannya sebagai senjata terkuatmu menghadapi ujian.
Bangun mind mapping
Mind mapping merupakan cara otak kita memetakan materi yang telah dibaca dan menggambarkannya dalam bentuk rangkaian alur peta. Sebelum membuat mind mapping, kamu baca semua materi terlebih dahulu dengan berfokus pada poin inti yang dibahas dalam materi itu. Kemudian, kamu berhenti sebentar untuk merenung dan mendalami materi tersebut. Setelah itu, siapkan sebuah pena dan selembar kertas untuk membangun mind mapping. Cara ini akan bermanfaat bagi kamu yang begitu sulit untuk memahami sebuah materi. Karena mind mapping bisa membantumu mengetahui alur pemahaman secara garis besarnya yang nanti akan membuka celah untuk memahami hal rinci secara terurut.
Selama kamu memiliki pemikiran ini, kamu tidak perlu khawatir dengan nilai hasil ujianmu. Percayalah, hasil yang baik bisa datang dari metode yang tepat. Selamat berjuang dan semoga bermanfaat.
Video yang mungkin Anda lewatkan.
Baca Juga
-
Komunitas Seni sebagai Terapi Kota: Ketika Musik Menjadi Ruang Kelegaan
-
Penggusuran Digital: Saat Kelompok Rentan Hilang dari Narasi Publik
-
Penjarahan yang Membunuh Pesan: Apa Kabar Demokrasi Jalanan?
-
Pembangunan Hilir vs Pembangunan Hulu: Benarkah Desa Ikut Sejahtera?
-
Reading Tracker dan Obsesi Kuantitas: Apa Kabarnya Kenikmatan Membaca?
Artikel Terkait
-
12 Tata Tertib Peserta TKA 2025 dan Konsekuensi Melanggar
-
Jebakan Flexing! Ketika Bahasa Ilmiah Cuma Jadi Aksesori Pamer Kepintaran
-
Geger Mahasiswa di Sibolga Tewas Dikeroyok Saat Mau Numpang Tidur di Masjid, Begini Kronologinya
-
Tragis! Niat Numpang Tidur di Masjid, Mahasiswa Tewas Dihajar, Kepala Dilempar Kelapa
-
Fenomena Bubble Kampus! Saat Eksklusivitas Prodi Mencekik Jaringan dan Ide
Lifestyle
-
4 Serum Korea Glutathione, Bikin Wajah Glowing Merata dan Cegah Flek Hitam!
-
Pemilik Anabul Wajib Tahu! 10 Kesalahan Ini Bikin Hewan Peliharaanmu Menderita
-
4 Calming Sunscreen Cica untuk Menenangkan Kulit Iritasi Akibat Jerawat
-
Stop Boros Beli Makan Siang! Ini Panduan Meal Prep Anti-Ribet buat Anak Kantoran
-
Bukan Cuma Soal Uang atau Jabatan: Apa Sih Sebenarnya Bahagia Itu?
Terkini
-
Takluk 1-3 dari Zambia, Ini Skenario Lolos Fase Grup Timnas Indonesia U-17
-
Piala Dunia U-17: Bukti Timnas Indonesia Tak Boleh Remehkan Tim Lawan!
-
Dituding Jadi Orang Ketiga, Sahabat Sabrina Alatas Angkat Suara dari Tuduhan
-
Onadio Leonardo Dinyatakan Positif Narkoba, Jalani Rehabilitasi 3 Bulan
-
Piala Dunia U-17 dan Panggung Nova Arianto Mereduksi PR Besar dari Piala Asia U-17