Mungkin masih ada yang asing mendengar kata perfeksionis. Biasanya istilah perfeksionis banyak ditemukan dalam dunia kerja. Perfeksionis adalah suatu sifat ketika seseorang punya standar tinggi terhadap kesempurnaan atau kerapihan. Sederhananya orang yang perfeksionis selalu ingin menuntut sempurna atas apa yang sudah dilakukan atau dikerjakan.
Sebenarnya orang perfeksionis ini juga banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Orang yang memiliki sifat perfeksionis pada dasarnya baik kalau gak berlebihan, karena melalui itu tentu selalu mengusahakan hasil pekerjaan bisa memberikan dengan hasil yang memuaskan.
Secara umum, orang yang perfeksionis itu mau semua yang ada dalam hidupnya terlihat sempurna, suka sama keteraturan seperti jadwal yang rapih dan waktu yang jelas, mengerjakan sesuatu sampai benar-benar selesai, peduli dan perhatikan pada yang detail-detail kecil sekalipun, dan segala sesuatunya harus disiapin dulu dengan rapih.
Namun ternyata perfeksionis kadang juga bisa merusak kesehatan mental. Yaitu ketika perfeksionis sudah melebihi batas wajar atau limit dari dirinya sendiri. Mengutip dari akun instagram @mudahbergaul, berikut ini setidaknya ada tiga bahaya umum perfeksionis buat kesehatan mental.
1. Perfeksionis mengundang stress burnout
Biasanya orang yang perfeksionis kalau istirahat itu menunggu semuanya sudah selesai dulu. Bahkan ada juga yang sampai lupa istirahat pada saat mengerjakan sesuatu. Kondisi seperti ini bisa saja mengundang stress kerja atau burnout.
Sebanyak dan seberat apa pun tanggungjawab kita, kita jelas gak boleh terlalu memaksakan diri untuk terus bekerja. Karena memang pada dasarnya ada porsinya masing-masing, ada waktu untuk bekerja dan ada waktu untuk istirahat. Itu harusnya gak boleh tertukar dan acak-acakan.
2. Perfeksionis mengundang kecewa, insecure, dan overthinking
Karena mau semuanya sempurna dan rapih, yah itu sih sah-sah saja. Tapi kalau hasilnya gak sesuai keinginan, bagi mereka yang perfeksionis tentu akan merasa kecewa. Akhirnya mungkin bisa saja jadi suka nyalahin diri sendiri, jadi insecure atau overthinking sendiri.
3. Perfeksionis bisa bikin seseorang jadi lama buat bertindak
Maunya serba rapih, sempurna, dan well-prepared dulu. Akhirnya kadang bisa membuat lama untuk memulai sesuatu. Mempersiapkan segala dan memikirkan banyak hal sebelum mengerjakan sesuatu mesti juga berada dalam porsinya, karena jangan sampai terlalu lama berpikir itu yang membuat lama baru bertindak, bahkan bisa saja gak bisa bertindak karena selalu ingin sempurna dulu. Pada kondisi itu juga insecure dan overthinking bisa muncul.
Nah, itulah bahaya perfeksionis yang bisa merusak kesehatan mental. Pesan yang mungkin berguna bagi orang yang perfeksionis, penting untuk tahu limit tubuh dan pikiran seperti sejauh mana mampu berusaha, bekerja, dan beraktivitas. Selanjutnya jangan lupa untuk istirahat, kamu adalah manusia yang artinya kamu bukan robot.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Baca Juga
-
9 HP Kamera 0,5 Harga 1-2 Jutaan Terbaik 2025, Foto Ramean Jadi Full Team!
-
9 Rekomendasi Casing iPhone Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 30 Ribuan
-
Guru Hebat Butuh Kebijakan yang Nggak Setengah-Setengah
-
Review ASUS Zenbook S16 OLED: Otak Einstein & Bodi Supermodel untuk Profesional
-
Generasi Z, UMKM, dan Era Digital: Kolaborasi yang Bikin Bisnis Naik Level
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Classy & Cozy, 4 OOTD Street Style Hyunjin STRAY KIDS yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Toner Lotus Kaya Antioksidan untuk Kulit Glowing Alami dan Bebas Kusam
-
4 OOTD Mood Matching ala Yeonjun TXT yang Fleksibel Buat Harian
-
4 Padu Padan Daily Look Minimalis ala Lia ITZY Buat Gaya OOTD Makin Modis!
-
Cara Membuat Miniatur AI Realistis ala Action Figure dengan Google Gemini
Terkini
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Pestapora Minta Maaf soal Freeport, Gestur Kiki Ucup Dihujat: 'Minimal Tangan Jangan di Saku!'
-
Jajaran Pemain Sudah Lengkap, Syuting Film Street Fighter Kini Dimulai
-
FIFA Matchday 2025, China Taipei dan Kembalinya Penyakit Lama Timnas Indonesia