Menikah merupakan sebuah fase dalam kehidupan yang tidak sepele. Pernikahan bisa menjadi titik balik kehidupan pasangan suami istri yang terlibat di dalamnya. Bahkan tidak hanya suami istri saja, kedua keluarga juga sedikit banyak akan terpengaruh. Hidup bisa menjadi semakin bahagia, namun tidak menutup kemungkinan juga menjadi awal keterpurukan. Hal ini tergantung bagaimana kehidupan rumah tangga dijalani oleh pasangan tersebut.
Karena begitu besarnya pengaruh pernikahan terhadap kehidupan setelahnya, maka proses ini tidak boleh dianggap sepele dan dilakukan begitu saja. Banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya bersama pasangan.
Namun, banyak orang yang berpikiran bahwa kesiapan finansial atau keuangan saja sudah cukup untuk menjalani pernikahan. Padahal, uang saja tidak cukup untuk membentuk rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Selain uang, yang harus disiapkan sebelum menikah adalah mental dan pemikiran.
Pemikiran atau pandangan mengenai rumah tangga yang baik perlu dimiliki oleh setiap orang yang hendak menikah. Hal ini agar setelah menikah bisa menjalani peran masing-masing dengan baik. Hal ini karena pemikiran yang dimiliki akan sangat berpengaruh dalam sikap terhadap pasangan maupun perannya dalam rumah tangga.
BACA JUGA: 5 Tanda Toxic Relationship yang Harus Kamu Waspadai!
Ada beberapa pemikiran lama yang dinilai kurang tepat dalam urusan rumah tangga. Pemikiran ini jamak dimiliki oleh orang-orang zaman dulu. Namun, seiring berjalannya waktu dan pemahaman mengenai kesetaraan gender yang semakin baik, maka pemikiran seperti ini dinilai sudah kurang relevan. Pemikiran ini dinilai akan berdampak buruk pada kehidupan pasca pernikahan.
Maka dari itu, jangan dulu menikah jika kamu masih memiliki 4 pemikiran ini.
1. Kedudukan suami lebih tinggi dibanding istri
Banyak orang di sekitar kita yang masih memiliki pemikiran patriarki, terutama orang-orang tua. Dalam masyarakat patriarki, kedudukan pria dinilai lebih tinggi dibanding wanita. Maka dari itu dalam rumah tangga juga seorang suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding istrinya.
Pemikiran seperti itu tentu kurang tepat dan tidak baik bagi kehidupan rumah tangga. Hal ini akan menimbulkan relasi atau hubungan yang timpang antara suami dan istri. Padahal, posisi suami maupun istri harusnya setara. Masing-masing punya tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan agar rumah tangga menjadi harmonis.
BACA JUGA: 5 Ciri yang Menunjukkan Seseorang Memiliki Kepribadian Omega, Kamu Termasuk?
2. Kehidupan rumah tangga selalu penuh kesenangan
Dalam menjalani hidup yang baru setelah pernikahan, setiap orang pasti mengharapkan kebahagiaan serta terlepas dari segala masalah. Namun yang namanya kehidupan tentu tidak bisa sepenuhnya terlepas dari masalah meskipun sudah menikah. Bahkan, setelah menikah kita justru bisa menghadapi masalah-masalah baru yang mungkin belum pernah kita hadapi sebelumnya.
Maka dari itu, jika kita membayangkan kehidupan setelah pernikahan hanya ada kesenangan saja, maka kita bisa kecewa. Maka dari itu kita harus menyadari bahwa menikah artinya siap menghadapi masalah bersama pasangan.
Meski begitu, bukan berarti kehidupan rumah tangga suami istri itu menyeramkan karena banyak masalah. Meskipun banyak masalah, jika kita menjalaninya bersama pasangan dengan komunikasi yang baik, maka masalah tersebut bisa diatasi dengan baik. Bahkan, masalah itu kemudian bisa membuat hubungan suami istri menjadi semakin erat.
3. Mengurus rumah dan anak tanggung jawab istri saja
Selain kedudukan suami yang lebih tinggi dari istri, pandangan patriarki seringkali menganggap bahwa urusan rumah dan anak adalah tanggung jawab istri saja. Padahal hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri atau ayah dan ibu.
Jika suami sibuk bekerja dan istri menjadi ibu rumah tangga, maka suami hendaknya memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh istri. Selain itu, suami juga tetap memiliki tanggung jawab untuk membantu istri ketika sedang di rumah.
BACA JUGA: 5 Hal yang Perlu Dihindari Saat Mendengarkan Curhatan Orang Lain
4. Nafkah batin adalah berhubungan badan
Ketika mendengar istilah nafkah batin, seringkali pikiran kita langsung tertuju pada hubungan badan suami istri. Padahal, nafkah batin sejatinya adalah tanggung jawab suami untuk memberikan kenyamanan batin untuk istrinya. Kenyamanan batin ini berupa kebahagiaan, terhindar dari kecemasan, dan lain sebagainya.
Memang salah satu untuk memberi nafkah batin adalah lewat hubungan badan, namun tidak serta-merta menggugurkan kewajiban seorang suami untuk membahagiakan istri. Namun apabila masih sering melukai hati istri tentu hal tersebut tidak baik bagi rumah tangga tersebut.
Demikian 4 pemikiran yang sebaiknya kita singkirkan jika ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan bersama pasangan. Bagaimana menurutmu?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Bapak Presiden, Buzzer adalah Musuh Besar Pendidikan Kita
-
Juara eAsian Cup, Berikut ini Profil 3 Pemain Timnas eFootball Indonesia
-
Cetak Sejarah, Indonesia Sukses Jadi Juara AFC eAsian Cup Qatar!
-
4 Tips Menghadapi Tahun Politik bagi Generasi Muda, Jangan Asal Ngikut!
-
Profil Evan Soumilena, Pemain Black Steel Papua yang Juga Seorang Polisi
Artikel Terkait
-
Raffi-Nagita Dijadikan Contoh Marriage Is Not Scary, Netizen: Dia Bisa Lewati Badainya
-
Bakal Isi Acara Istigasah, Seruan Boikot Nissa Sabyan Menggema di Media Sosial
-
5 Fakta Pernikahan Ayus dan Nissa Sabyan, Maharnya Cuma Segini
-
Review Buku 'Waktu untuk Tidak Menikah', Alasan Perempuan Harus Pilih Jalannya Sendiri
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
Lifestyle
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
4 Pilihan OOTD Hangout ala Park Ji-hu yang Wajib Dicoba di Akhir Pekan!
-
Tips Sukses Manajement waktu Antara Kuliah dan Kerja ala Maudy Ayunda
-
4 Rekomendasi Jurusan Kuliah untuk Kamu yang Punya IQ Tinggi, Mau Coba?
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino