Ekspektasi adalah sebuah harapan yang ditempatkan pada pikiran diri sendiri dalam memandangi sesuatu atau seseorang. Ini bisa terjadi karena manusia tidak bisa hidup tanpa adanya ekspektasi dalam diri sendiri. Karena ekspektasi dijadikan sebagai parameter manusia itu sendiri untuk mengambil sebuah keputusan.
Ketika menaruh ekspektasi kepada orang lain, maka artinya kita percaya bahwa orang lain akan memenuhi harapan kita. Itu juga bisa berarti kita membebankan harapan kita pada orang lain. Namun, ekspektasi ini perlu dikendalikan agar tidak terlalu berlebihan hingga malah membuat kecewa terlalu dalam.
Anak muda sebagai insan yang cerdas dan kreatif tentunya harus bisa mengelola ekspektasi mereka sendiri dalam semua tantangan yang ada di pekerjaan mereka sehari-hari. Maka dari itu, saya akan membahas mengenai alasan anak muda harus mengatur ekspektasi serta cara melakukannya. Mari simak pembahasannya.
1. Mengurangi rasa stres
Stres bisa terjadi kapan saja dalam pekerjaan atau aktivitas apa pun. Seseorang juga bisa mengalami stres ketika ekspektasi telah mengecewakannya. Hal ini bisa terjadi jika seseorang memasang ekspektasi yang terlalu tinggi sehingga terlalu percaya pada dirinya dan hasil ke depan.
Lalu pada saat itu tidak sesuai, orang itu akan stres hingga membuat sulit untuk bangkit dari kekecewaan. Jadi, cobalah untuk mengurangi ekspektasi terhadap sesuatu. Kita tidak bisa menghilangi ekspektasi, tetapi kita bisa menguranginya agar tidak terlalu berlebihan.
2. Membantu diri melihat peluang lain
Ketika misalnya kamu mendaftar pada perguruan tinggi negeri dan menaruh ekspektasi besar terhadap itu, jangan sampai kamu kecewa dengan berlebihan.
Kamu harus bisa melihat peluang lain pada perguruan tinggi swasta karena sebenarnya tujuan yang kamu masukkan pada ekspektasi untuk perguruan tinggi negeri bisa kamu salurkan ke perguruan tinggi swasta.
Tetapi, kamu harus menyiapkan ekspektasi untuk perguruan tinggi swasta bersama dengan perguruan tinggi negeri agar kamu sudah siap mengambil peluang apa pun yang kamu terima nanti.
3. Mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk
Dalam dunia kerja, pasti banyak persaingan yang tidak bisa diperkirakan. Alasan anak muda perlu mengatur ekspektasinya adalah karena nantinya mereka akan menghadapi peristiwa yang buruk dan akan mengguncang mental mereka hingga menggoyahkan prinsip mereka.
Jadi, kemungkinan terburuk apa pun nantinya harus tetap diterima dengan sabar. Kamu sebagai anak muda juga harus bisa belajar pada kejadian itu agar ekspektasi itu tidak mengendalikanmu.
4. Perlunya menjadi orang yang realistis
Orang yang idealis identik dengan perfeksionis yang berarti mereka memiliki target besar. Ketika memiliki target besar, ada ekspektasi tinggi di sana.
Ini bisa menghancurkan mental sendiri karena yang di dunia ini ekspektasi selalu tidak pernah sesuai dengan sempurna bersamaan dengan realita.
Melihat fenomena sekitar serta mengevaluasi kejadian yang telah berlalu untuk dijadikan pelajaran dan menyadarkan diri bahwa egosentris tidak bisa dijadikan bekal untuk menaruh harapan.
Cukup menjadi orang yang realistis menerima kenyataan apa adanya serta mengerjakan secukupnya dan usaha yang maksimal tanpa mengharapkan banyak hal.
5. Ekspektasi diri mempengaruhi orang lain
Ekspektasi menentukan keputusan setiap orang. Jadi, ketika ada ekspektasi seseorang yang tidak berjalan sesuai realitanya, itu akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
Terutama ketika orang itu adalah seorang pemimpin dalam sebuah tim, ketika orang ini mengalami stres, mood serta perilakunya menjadi sedikit berubah karena mentalnya terguncang akibat ekspektasi yang tidak tercapai.
Bawahannya akan kena imbasnya sehingga memperburuk kinerja tim. Oleh karena itu, ekspektasi ini perlu diatur dengan maksimal dengan perencanaan yang matang pada memasang harapan di awal.
Ekspektasi hanya sebuah pandangan untuk membawa rasa percaya terhadap sesuatu. Artinya, jangan sampai memasukkan banyak emosi di dalamnya dan lebih menggunakan logika untuk mengambil sikap yang tepat terhadap sebuah kegagalan. Semoga ini bisa bermanfaat untuk anak muda.
Baca Juga
-
Scroll Tanpa Tujuan: Apakah Kita Sedang Menjadi Generasi Tanpa Fokus?
-
Review Onde Mande, Drama Komedi yang Mengangkat Budaya Minangkabau
-
Krisis Warisan Rasa di Tengah Globalisasi: Mampukah Kuliner Lokal Bertahan?
-
Review 12 Strong: Kisah Heroik Pasukan Khusus AS Pasca Peristiwa 11/09/2001
-
Review The Recruit, Aksi Spionase Menegangkan dengan Sentuhan Humor Segar
Artikel Terkait
-
Segera Tayang di Netflix, 5 Alasan Kamu Patut Nantikan 'Tastefully Yours'
-
Hotman Paris Soroti 2 Kata Kontroversial yang Diucapkan Hakim soal Perceraian Paula, Apa Saja?
-
11 Mobil Anak Muda Harga Rp 100 Jutaan: Dari Opsi Aman hingga yang Nggak Pasaran
-
Saat Anak Muda dan Budaya Bertemu di 'Laras Hati Mangkunegaran'
-
Anak Muda Belum Tahu Pentingnya Punya Asuransi
Lifestyle
-
Tren Kesenjangan Sosial di TikTok: Lucu, Tapi Bikin Mikir
-
Kisah Mang Adi dari Busa Pustaka: Melawan Ketimpangan Akses Terhadap Buku dan Literasi di Indonesia
-
Gen Z Wajib Intip, Ini 4 OOTD Keren ala Park Ji Hu yang Sederhana tapi Standout!
-
Hangout hingga Semi Formal Style, Intip 4 OOTD Kekinian ala Cho Yi Hyun!
-
4 Inspirasi Tampilan Sehari-hari ala Kwon Yuri SNSD, Minimalis dan Stylish!
Terkini
-
Dapatkan Pujian Tinggi dari FIFA, Apa Sih Kelebihan dari Evandra Florasta saat Ini?
-
Cyrus Margono Kian Dekat ke Timnas Indonesia, 3 Nama Kiper Ini Bisa Tersingkir!
-
My Stupid Boss Versi Animasi: Ketika Bos Nyebelin Eksis Lagi
-
Kentongan Pukul Sepuluh dan Langkah Awal Menuju Kampus Tangguh Bencana di UMJ
-
Kevin Diks Terancam Absen, 3 Pemain Ini Bisa Gantikan Posisinya di Timnas