Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rosila Fauziah
ilustrasi ibu dan anak berdebat (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kita pasti sering mendengar kata trauma. Tapi sebetulnya, apa itu trauma? Trauma adalah kondisi yang muncul akibat pengalaman atau peristiwa buruk yang dialami oleh seseorang.

Hal tersebut dapat berupa kecelakaan, korban kekerasan fisik, atau bencana alam, yang tentunya dapat memengaruhi mental dan emosi seseorang terutama saat mengingat peristiwa buruk tersebut.

Selain beberapa hal tersebut, rupanya ada juga, lho, gaya parenting yang salah dan dapat menimbulkan trauma pada anak-anak yang mengalaminya di masa kecil. Bahkan bisa menjadi salah satu penyebab terlukanya inner child mereka di waktu dewasa nanti. Mari berkenalan dengan Parentification trauma!

1. Pengertian Parentification Trauma

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/August de Richelieu)

Parentification Trauma adalah suatu kondisi dari pengalaman buruk seseorang yang mendapatkan gaya parenting kurang baik dari kedua orang tua dan memicu rasa trauma di kemudian hari.

Yaitu di mana seorang anak diberi tanggung jawab melebihi kapasitas usianya. Dalam kata lain, anak-anak yang memiliki trauma ini tumbuh tanpa merasakan pengalaman masa kecil yang seharusnya menyenangkan. Mereka dewasa sebelum waktunya akibat gaya parenting yang tidak tepat.

Tentunya Parentification Trauma dirasakan oleh para anak yang tumbuh dari keluarga yang kurang harmonis. Atau bahkan terlihat harmonis, namun gaya parenting kedua orang tua mereka cenderung tidak sehat.

Mari mengenal lebih jauh mengenai jenis, gejala, efek samping, dan cara mengatasi Parentification Trauma, seperti yang disadur dari themindsjournal.com berikut ini!

2. Penyebab Parentification Trauma

ilustrasi anak frustasi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ada beberapa perlakuan orang tua atau gaya parenting mereka yang kurang tepat untuk anak sehingga menjadi pemicu adanya Parentification Trauma. Di antaranya adalah:

a. Emosional

Dalam parentifikasi emosional, seorang anak diharapkan bertanggung jawab untuk memberikan kenyamanan, dukungan, dan jadi pendengar yang setia bagi orang tua, bahkan ketika anak itu sendiri membutuhkan dukungan emosional.

b. Instrumental

Parentifikasi instrumental adalah ketika seorang anak menjalankan tugas yang semestinya dilakukan oleh orang dewasa. Biasanya hal tersebut terjadi oleh seorang anak yang dituntut untuk mengurus pekerjaan rumah yang belum sesuai dengan usianya.

c. Orang Tua Kedua

Seorang kakak diharapkan mengambil peran sebagai orang tua bagi adik-adiknya. Mereka diberikan tanggung jawab untuk mengawas, mendisiplinkan, dan bahkan memenuhi kebutuhan emosional serta fisik untuk adik-adiknya. Padahal, tentunya hal tersebut bukan sepenuhnya tanggung jawab sang anak.

d. Anak Emas

Di dalam sebuah keluarga yang memiliki lebih dari dua anak, seringkali salah satu anak dipilih sebagai 'Anak Emas' yang memiliki tanggung jawab untuk urusan di rumah, sebagian lainnya tidak diperlakukan serupa atau cenderung dibebaskan.

e. Patriarki

Patriarki rupanya turut berperan dalam menciptakan Parentification Trauma. Anak perempuan seringkali diminta untuk mengemban tanggung jawab merawat sejak usia dini, sementara anak laki-laki sering kali diperlakukan sebagai penguasa di rumah tanpa mendapatkan pengajaran sejajar mengenai kesetaraan gender atau keterampilan dasar dalam kehidupan.

3. Gejala Penderita Parentification Trauma

ilustrasi pria depresi (pexels.com/Andrew Neel)

Berikut adalah beberapa gejala yang dialami oleh penderita Parentification Trauma!

a. Perfeksionis, karena seringnya ditugasi pada tanggung jawab dan diberi ekspektasi sempurna oleh orang di rumah.

b. People Pleaser, akan selalu menuruti permintaan orang lain meskipun harus mengorbankan perasaan dan waktunya sendiri.

c. Tidak percaya diri, ditimbulkan akibat usaha mereka yang selalu diremehkan meskipun telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

d. Kritikus dadakan, diakibatkan dari kurangnya apresiasi yang didapatkan. Nantinya mereka akan selalu mengomentari detail yang terjadi di sekitar.

4. Efek Samping Parentification Trauma

ilustrasi wanita depresi (pexels.com/Cottonbro Studio)

Simak beberapa efek samping dari Parentification Trauma yang tentunya dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kepribadian mereka di masa depan nanti!

a. Dewasa Sebelum Waktunya

Sebetulnya ketika para anak mengemban peran dan tanggung jawab sebagai orang dewasa bisa menumbuhkan sisi kedewasaan mereka dengan cepat. Namun kurang baik juga apabila pengalaman tersebut berlebihan dan tidak tepat.

Kehilangan momen berharga dari masa kecil dan digantikan oleh kekhawatiran serta stres yang belum waktunya, kelak akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Kehilangan Jati Diri

Karena kehilangan kesempatan emas, pastinya tumbuh kembang mereka terhalang oleh kesibukan memenuhi kebutuhan orang lain. Misalnya seorang kakak yang wajib mengurus adik-adiknya.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan sosial dan pribadi kakak jadi terhambat akibat kesibukan merawat adik-adik hingga tidak memiliki cukup waktu untuk mengenal dirinya sendiri.

c. Kesulitan Mengekspresikan Diri

Dituntut selalu kuat ketika diberi tanggung jawab, membuat penderita Parentification Trauma selalu menyembunyikan perasaan mereka karena enggan terlihat lemah.

Kalaupun mengatakan apa yang mereka rasa, mereka takut pengakuan tersebut akan dianggap lebay dan berlebihan.

d. Trust Issue

Terlalu sering mengandalkan diri sendiri, akan menyebabkan sulitnya memberi kepercayaan pada orang lain. Meskipun selalu dituntut untuk memenuhi ekspektasi, sejatinya, para penderita Parentification Trauma juga takut bila seseorang tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka.

Tak hanya itu, trust issue juga bisa terjadi dalam bentuk enggannya para penderita untuk membuka diri mereka karena takut orang lain melihat sisi lemah mereka dan tak mau dianggap remeh.

e. Tidak Paham Boundaries

Poin ini ada kaitannya dengan people pleaser. Mereka tidak paham apa itu boundaries dan sering mengorbankan diri sendiri demi orang lain.

Bila seseorang tidak paham akan batasan diri yang seharusnya dibangun, mereka akan mudah untuk dimanipulasi dan kelak akan menjalin hubungan yang toxic.

f. Kurangnya Ikatan Batin dengan Orang Tua

Mereka yang seringkali diberi ekspektasi tinggi oleh orang tua, cenderung akan memilih untuk terbebas dari hal tersebut dan memutuskan untuk tinggal terpisah dengan orang tua.

Pada akhirnya, mereka akan mencari kenyamanan yang tidak pernah diberikan oleh orang tua di tempat lain. Hubungan dan ikatan batin antara anak dan orang tua pun kian memudar.

g. Depresi

Depresi adalah puncak dari beberapa poin di atas. Banyaknya kejadian yang kurang menyenangkan membuat para penderita Parentification Trauma menjadi depresi, bahkan tidak bisa berdamai dengan diri sendiri.

Mereka merasa kehidupannya telah gagal meski seluruh waktu dan perasaan mereka telah dikorbankan sedemikian rupa.

5. Cara Mengatasi Parentification Trauma

ilustrasi wanita saling mendukung (pexels.com/SHVETS production)

Parentification Trauma bisa pulih seiring berjalannya waktu dengan beberapa bantuan dan dukungan berikut ini:

a. Bantuan Profesional

Hal paling utama yang dibutuhkan oleh penderita Parentification Trauma adalah tenaga ahli dan profesional. Jangan pernah menganggap bahwa datang ke psikolog atau psikiater adalah hal yang memalukan.

Pengaruh bantuan dari tenaga ahli dan profesional akan sangat besar terhadap kesembuhan dari luka akibat Parentification Trauma.

b. Penuhi Keinginan Inner Child

Para penderita Parentification Trauma sebaiknya mengingat-ingat, hal apa saja yang belum terpenuhi di masa kecil. Entah sekadar bermain di taman bermain, pergi ke suatu tempat liburan, membeli mainan, sekecil apapun, tetap penuhi dan jangan diremehkan.

Memenuhi keinginan anak kecil yang masih bersarang di dalam diri dapat membantu seseorang untuk berdamai dengan diri dan pengalaman-pengalaman yang dirasa sangat menyakitkan.

c. Bangun Boundaries

Boundaries sangat penting dan wajib dipahami oleh siapapun. Pertama, pahamilah diri sendiri. Karena kalau sudah mengenal diri sendiri, nantinya akan mudah untuk membangun batasan diri karena sudah tahu berapa limit yang dimiliki.

d. Ikuti Banyak Kegiatan Positif

Mengisi waktu dengan kegiatan positif, bisa membayar luka dari Parentification Trauma. Misalnya, membantu para anak di panti asuhan, menjadi volunteer pengajar di tempat terpencil, dan lain sebagainya.

Selain bisa mengisi waktu, kelak akan ada banyak hikmah dan pelajaran hidup yang bisa diambil dari berbagai orang yang ditemui. Dan akhirnya mengerti bahwa hidup ini begitu berarti dan sangat sayang bila tidak dilanjuti.

Trauma apapun yang dimiliki oleh siapapun tentunya tidak bisa dianggap remeh atau bahkan dijadikan bahan lelucon. Dukung mereka yang berjuang untuk keluar dari pengalaman buruk dalam hidup. Tapi, jangan lupa juga untuk menyembuhkan diri sendiri lebih dulu, ya!

Sumber artikel :

https://themindsjournal.com/what-is-parentification-trauma/

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-trauma

Rosila Fauziah