Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Tika Maya Sari
ilustrasi mata (Pixabay/bniique)

Masih ingat dengan: Ini mataku, mata kiri mataku, mata kanan mataku, mata-mata? Tadi itu adalah salah satu backsound viral di tahun 2023 yang menampilkan ekspresi mata melotot. Ah, ngomongin mata, istilah ini juga ada lho dalam Bahasa Jawa, meski kesannya agak kasar sih. Lho, jadi ada versi halusnya ya?

Ada dong! Mari kita bahas bersama-sama seputar mata ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mata merupakan salah satu panca indra yang digunakan untuk melihat.

Dalam Bahasa Jawa, pengucapan mata adalah moto, dan ini merupakan salah satu umpatan, makian, atau kata kotor. Variasinya bisa matane, dan matamu seperti contoh kalimat:

  • Yen nggoleki barang kuwi gawe mata! (Kalau nyari barang itu pakai mata),
  • Matane! Ana wong lungguh disemprot banyu (Umpatan/kata kotor! Ada orang duduk malah disemprot air),
  • Matamu kuwi! Diajak koyah malah nyepelekne (Umpatan/kata kotor! Diajak bicara malah menyepelekan).

Lalu untuk percakapan sehari-hari yang lebih santai dengan kawan sebaya, bestie akrab, dan orang yang lebih muda, kita bisa menggunakan linguistik Bahasa Ngoko yaitu mripat. Contohnya bisa seperti:

  • Mripatku kelilipen lebu, sepet rasane (Mataku kemasukan debu, perih rasanya),
  • Wong bule mripate rupa biru (Orang bule matanya berwarna biru).

Kemudian untuk percakapan santai dengan orang tua, orang yang usianya lebih tua, atau kepada orang dengan jabatan lebih tinggi, kita bisa menggunakan linguistik Bahasa Krama yaitu netra, soca, atau paningal. Contohnya bisa seperti:

  • Netranipun Mister Berg rupinipun biru (Matanya Mister Berg berwarna biru). Atau bisa diganti dengan soca maupun paningal.

Sementara itu, menurut Pepak Basa Jawa, ada beberapa istilah lain untuk mata selain yang disebutkan di atas yaitu: eksi dan aksi yang tergabung dalam materi Dasanama.

Istilah ini biasa digunakan dalam penulisan geguritan, puisi, lirik lagu, sampai tembang macapat secara turun temurun. Contohnya bisa ditemukan di salah satu tembang macapat Kinanthi berikut ini:

Anoman malumpat sampun

Prapteng witing nagasari

Mulat mangandhap katingal

Wanodya yu kuru aking

Gelung rusak wor lan kisma

Kang iga-iga kaeksi

Bisa dibilang, beda penggunaan linguistik bahasa untuk mata, kesan dan maksudnya juga berbeda. Namun, tetap lebih baik memakai bahasa yang sopan ya. So, menurutmu gimana?

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tika Maya Sari