Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Tika Maya Sari
Cerpen Misteri Hutan Larangan (katalog perpustakaansiswapintar.com)

Kamu suka membaca cerita ringan tapi mengandung amanat yang kuat? Barangkali kamu bakal suka dengan cerpen berjudul Misteri Hutan Larangan berikut ini.

Deskripsi Misteri Hutan Larangan

Misteri Hutan Larangan merupakan cerpen karya Pilemon Gunena, yang diterbitkan oleh Intimedia pada tahun 2005. Cerpen ini mengusung genre petualangan dan misteri dengan rating 13+ alias bisa dibaca oleh semua umur.

Covernya sendiri memang agak menakutkan karena menyajikan sketsa tengkorak manusia yang tersembunyi di dalam suatu ruangan. Namun, begitu kamu membaca cerpennya, dijamin nggak bakal berhenti sampai ending.

Selayang Pandang Misteri Hutan Larangan

Misteri Hutan Larangan sejatinya memiliki satu tokoh utama, yakni Heri. Dia dikisahkan sebagai siswa SMP, yang tinggal di sebuah desa di dekat hutan larangan.

Walau demikian, ada sebuah jalan besar yang membelah hutan tersebut, dimana jalur itu selalu dilewati masyarakat untuk mencapai desa sebelah. Toh, SMP terdekat memang ada di desa sebelah. Sehingga, setiap hari Heri melewati jalur itu bersama kawan-kawannya.

Suatu hari, tersiar kabar menggemparkan saat seorang warga hilang di dalam hutan larangan. Alhasil, pencarian yang dikomando oleh Pak Bontot, sang kepala desa dilakukan. Namun, nihil. Hal yang dicari nggak pernah pulang atau ditemukan.

Hal ini terus berulang setiap hari, dimana satu persatu laki-laki dewasa hilang di hutan larangan. Para warga mulai resah dan ketakutan, hingga anak-anak dilarang pergi bersekolah karenanya.

Namun, Heri dan kawan-kawan sebayanya tetap nekat sekolah, karena mereka menganggap pentingnya pendidikan. Hingga suatu hari, ayah Heri menghilang di desa larangan.

Di titik itulah, Heri merasa hancur. Namun, rasa sedihnya dikalahkan oleh rasa penasaran akan misteri hilangnya para warga di hutan larangan.

Pasalnya, yang hilang selalu laki-laki dewasa. Padahal, jalur yang membelah hutan selalu dilewati oleh seluruh lapisan penduduk, mulai dari para siswa siswi, hingga para ibu-ibu. Namun, kenapa yang hilang hanya laki-laki dewasa termasuk ayahnya?

Hal lain yang membuatnya berpikir keras adalah adanya rumor bahwa para penduduk yang hilang diculik oleh genderuwo penghuni hutan.

Namun, entah keberuntungan atau kesialan, Heri pernah melihat penampakan sosok itu di sekitar rumahnya pada malam hari sebelum ayahnya menghilang. Anehnya, sosok itu memiliki bayangan layaknya manusia. Bukankah sosok gaib nggak punya bayangan?

Seluruh clue itulah yang membuat Heri penasaran setengah mati.

Selama beberapa malam, Heri mengawasi kondisi luar dari sudut rumahnya. Hingga dia mendapati pergerakan genderuwo itu yang tampak berkeliaran di dekat rumah seorang warga. Heri menduga, sosok itu mengincar laki-laki dewasa di rumah itu.

Alhasil, tanpa kenal takut Heri mengikuti sosok genderuwo itu berbekal rasa penasaran yang kuat. Rupanya, sosok itu masuk ke dalam hutan larangan, dan mengambil jalur kecil yang tertutup semak belukar. Dari sanalah, petualangan sebenarnya dimulai.

Lokasi yang dimasuki oleh sosok genderuwo ‘palsu’ tadi rupanya sebuah gua lama yang tidak pernah Heri ketahui sebelumnya. Dia juga yakin, bahwa masyarakat di desanya tidak tahu ada gua di dalam hutan larangan. Maka, masuklah Heri ke dalam gua tersebut.

Lorong gua digambarkan penuh dengan kelelawar dan kotoran mereka. Hingga setelah beberapa lama, Heri tiba di persimpangan lorong. Tanpa pikir panjang, dia memasuki persimpangan pertama dan berjalan menyusurinya. Lambat laun, lorong yang berliku-liku dan memiliki banyak jalur lain itu mengecil, sehingga Heri perlu membungkuk.

Hingga Heri tiba di sebuah ruangan berpintu kayu yang sudah lapuk, setelah lama berjalan. Di dalamnya terdapat peninggalan penjajahan Jepang, berupa seragam tentara kuno, senjata api dan senjata tajam, korek api besar, hingga seonggok tengkorak, dan beberapa peti kayu di sudut tersembunyi. Begitu dibuka paksa, isinya adalah emas batangan dan harta berharga lainnya.

Maka, pergilah Heri menyusuri jalur lain berbekal korek api tua tadi.

Selama beberapa lama berjalan, telinganya menangkap suara manusia. Heri pun bergegas menuju sumber suara, hanya untuk mendapati kejutan mengerikan.

Di sana, ada banyak laki-laki yang dipaksa menambang gua dengan kaki terbelenggu rantai oleh sekelompok orang bertopeng hitam. Salah satunya adalah ayahnya sendiri.

Heri pun membuat siasat guna membebaskan para sandra, dan untuk mengungkap siapa dalang dibalik penculikan ini. Dia mengawasi kapan para penjaga bertukar shift, dan berapa lama mereka beristirahat. Begitu momen itu tiba, Heri menjalankan aksinya dan berhasil menyelamatkan ayahnya dan seorang tetangga yang segera kabur guna memanggil pihak berwajib.

Dramatisnya, usaha Heri nyaris gagal ketika sang pemimpin komplotan memergokinya. Dia hampir mati direbus di dalam kuali besar, kalau saja satuan kepolisian dan himpunan warga tidak segera datang.

Alhasil, sekelompok bandit itu ditangkap, dan topeng mereka dilucuti hanya untuk menyajikan plot twist bangsat saat Pak Bandot sang kepala desa adalah pemimpin komplotan.

Penilaian Pribadi tentang Misteri Hutan Larangan

Bagiku sendiri, cerpen ini cukup menarik karena menyajikan kisah petualangan inspiratif. Ketika misteri dan fiksi murni digabungkan dengan kasih sayang dan kesetiakawanan, yang bisa dibaca bahkan oleh siswa SD sekalipun.

Sosok Heri sendiri, digambarkan begitu tangguh dan nggak kenal takut, demi ambisinya menyelamatkan penduduk yang diculik, khas kemurnian semangat anak-anak.

Misteri Hutan Larangan juga mengajarkan kita untuk menjadi bijak, ketika dihadapkan dengan harta benda. Sama dengan sikap Heri begitu dia melihat harta karun peninggalan Jepang dan memilih tutup mulut. Sebab, harta bisa membutakan manusia.

Pun, adanya pengajaran untuk amanah dalam tugas dan jabatan yang dimiliki. Jangan sampai jadi seperti Pak Bandot yang menyalahgunakan kekuasaan, demi ambisinya menjadi kaya raya, sebagaimana motifnya yang terkuak di ending cerita.

Menurutku ya, cerpen ini lumayan mengandung sindiran mengenai 'orang-orang di atas kursi', yang mana banyak mewarnai berita-berita dalam negeri.

Buatku pribadi, cerpen ini layak mendapat nilai 10 dari 10, karena eksekusinya yang cakep dan covernya yang asli bikin penasaran. So, kamu berminat baca?

Tika Maya Sari