Dunia literasi, baik novel maupun puisi sejatinya sudah ada sejak jaman baheula. Namun, yang membedakan adalah tema yang diangkat. Kalau masa sekarang, tema yang diangkat adalah romansa dengan bumbu isekai dan drama, maka lain dengan tema yang diangkat pada masa kolonial Belanda, sebagaimana yang diadaptasi oleh Abdoel Moeis dalam novel Salah Asuhan.
Salah Asuhan adalah novel karya Abdoel Moeis, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1928. Novel dengan ketebalan 273 halaman ini menggunakan bahasa Melayu, dan mengangkat seputar budaya dan kehidupan masyarakat pada masa kekuasaan Belanda, yang menciptakan hegemoni yang sedikit ruwet menurutku.
Salah Asuhan menceritakan tentang Hanafi, seorang pemuda pribumi asal Solok, dengan trah Melayu murni yang mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di HGS atau Hoogere Burgerschool di Batavia. Dalam novel dijelaskan pula, bahwa yang diizinkan menempuh pendidikan hanyalah para sinyo dan noni atau anak keturunan Belanda, dan segelintir anak pejabat pribumi.
Ibu Hanafi berusaha mati-matian supaya putranya mendapatkan kesempatan emas itu, agar Hanafi tidak dihina oleh kaum borjuis Belanda. Meski biaya yang diperlukan cukup fantastis pada masa itu, Hanafi rupanya disokong oleh Sutan Batuan, yang konon masih saudara jauh ibunya.
Polemik sesungguhnya pun dimulai
Ketika Hanafi mulai masuk ke dalam lingkaran para sinyo dan noni, hingga dia melepaskan jati dirinya yang murni. Hanafi kerap kali membelot pada ibunya maupun tetua suku masyarakatnya, dan lebih memilih penghidupan ala orang putih Belanda. Intinya, Hanafi ingin sepenuhnya menjadi bagian dari orang Belanda, dan kerap menghina darah murninya yakni suku Melayu.
Ketika Hanafi lulus dari HBS, dia diminta untuk menikahi Rapiah, putri Sutan Batuan sebagai pengganti gelontoran biaya yang telah dikeluarkan semasa pendidikan di Batavia sana. Aslinya, Hanafi ogah-ogahan ya, karena hatinya sudah jatuh pada Corrie du Busse seorang gadis indo-Prancis, kawan sekolahnya.
Meskipun hubungan Hanafi dan Rapiah begitu dingin khas orang asing, pernikahan mereka telah dikaruniai seorang anak, dan Rapiah tetap menjadi istri yang baik, yang senantiasa setia dan mengabdi pada suaminya. Sayangnya, pernikahan mereka berujung perceraian karena Hanafi lari pada Corrie.
Perceraian Hanafi dan Rapiah ternyata menjadi titik awal putusnya Hanafi sebagai orang Melayu. Dia memilih mengubah kewarganegaraannya agar setara dengan orang Eropa, dan menikahi Corrie dan menetap di Batavia sebagai sinyo gadungan. Sayang sekali, rumah tangganya sangat amburadul dan semrawut karena sedari awal sudah salah. Aslinya, nggak ada restu dari masing-masing keluarga. Ditambah lagi situasi politik Hindia Belanda yang kian mencekam, dan rasisme yang didapat dari elit Belanda karena mewarisi darah murni Melayu Minangkabau.
Puncaknya, mereka bercerai. Corrie pergi ke Semarang dan meninggal akibat penyakit kolera, dan Hanafi kembali ke kampung halamannya dalam penyesalan mendalam. Dia meninggal karena depresi berat dan sakit menahun, dalam pelukan Rapiah.
Untukku sendiri yang hidup setelah era reformasi, Salah Asuhan adalah novel yang begitu kompleks. Novel ini nggak hanya menyajikan unsur politik jaman kolonial saja, melainkan budaya yang masih relate hingga sekarang. Sebagaimana Hanafi yang mengelu-elukan ras orang putih dan mencaci maki darah murni Melayu-nya, yang mana fenomena ini masih kita temui sampai sekarang.
Meski begitu, Salah Asuhan juga berhasi menyajikan perspektif berbeda tentang kaum perempuan. Dalam novel memang digambarkan dengan lantang bahwa perempuan pada masa lampau tidaklah memiliki kebebasan layaknya masa sekarang. Mereka diharuskan patuh pada laki-laki.
Namun, buah kesabaran itu pun berhasil mencapai kemenangan di akhir kisah. Hal ini diwakili oleh keteguhan hati Rapiah ketika dijodohkan dengan Hanafi yang mencintai Corrie, hingga ketabahannya merawat mantan suaminya di akhir hayat.
Apalagi kita tahu, pada masa lampau perempuan hanya dipandang sebelah mata, meskipun mereka adalah pemegang kekuatan paling besar. Rapiah mendapat kemenangan karena Hanafi pulang padanya. Ya, meski sebagai pembaca, aku membenci Hanafi setengah mati.
Sayangnya, Salah Asuhan juga menunjukkan aib seorang laki-laki pribumi yang sok-sokan pro Belanda hingga membuang jati dirinya. Nggak hanya itu, sosok Hanafi menurutku munafik dan egois ya. Dia digambarkan terpaksa menikahi Rapiah, tapi kok bisa memiliki anak? Munafik, kan?
Hanafi juga sangat egois khas kisah Malin Kundang karena berani membelot pada ibunya demi harta benda dan cinta butanya pada Corrie. Alhasil, dia mendapatkan ‘kutukan’ dimana hidupnya nggak pernah tenang.
Salah Asuhan bagiku patut mendapat nilai 9 dari 10 dari segi pengemasan hegemoni budaya dan kondisi politik di masa kolonial Belanda. Novel ini juga menyebutkan latar dan budaya Minangkabau, sekaligus menyajikan bahasa Melayu yang aslinya kurang bisa kupahami secara keseluruhan ya. Namun, poin-poinnya masih bisa diterima sebagai kesatuan informasi dan amanat yang utuh.
Salah Asuhan juga mewujudkan pentingnya pendidikan dan ‘asuhan’ itu sendiri pada anak-anak. Oleh sebab itulah, penting bagi pemangku generasi dan kebijakan untuk lebih mengutamakan pendidikan penerusnya, tapi tetap tidak melupakan jati dirinya. Dari darah apa dia berasal, dan dari trah mana dia mewarisi. Penting juga untuk meniadakan segala bentuk rasisme suku dan budaya ya.
After all, meski Salah Asuhan mengambil latar trah Melayu Minangkabau, banyak pengajaran yang bisa kupetik sebagai generasi trah Jawa di Kediri. So, kamu sudah pernah baca novel ini atau belum?
Tag
Baca Juga
-
Banda Neira Kembali 'Menghidupkan' Lewat Lagu 'Mimpilah Seliar-liarnya'
-
Daytime Star: Art Dewa, Karakter Green Flag, Klise Tapi Bikin Penasaran
-
Ulasan Novel Life After You: Keikhlasan dan Cinta Sejati dalam Situasi Perang
-
Manhwa I Became A Tyrant's Chambermaid: Lika-Liku Komedi Bareng Putra Mahkota
-
The Perks of Being A Villainess: Manhwa Romcom, Art Dewa, Para MC Mempesona
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah: Suara Lantang dari Pinggiran Negeri
-
Menu of Happiness; Lanjutan Kisah di Balik Sepiring Makanan Detektif Rasa
-
Mengungkap Kisah di Balik Hidangan di Novel The Kamogawa Food Detectives
-
KATSEYE Hadirkan Lagu Mean Girls untuk Rayakan Perempuan dalam Ragamnya
-
Petualangan Hangat John Malkovich dalam Film Mr. Blake at Your Service
Terkini
-
Rahmad Darmawan Jadi Pelatih Liga Indonesia All Star, Kian Kental Aroma Timnas?
-
Indonesia Bakal Kedatangan Mauro Zijlstra, Vietnam Tetap Optimis karena Alasan Ini
-
10 Hari Debut, Allday Project Raih TRofi Pertama Lagu Famous di M Countdown
-
Spesifikasi Vertu Ironflip, HP Lipat Desain Eksklusif dengan Harga Melangit
-
ZTE Luncurkan Nubia Focus 2 5G di Pasar Indonesia, Harga Rp 2 Jutaan dengan Ragam Fitur AI