Hayuning Ratri Hapsari | Oktavia Ningrum
Ilustrasi kemenangan (unsplash.com/@rocinante_11)
Oktavia Ningrum

Pernahkah kamu melihat seseorang yang bersinar dan berbakat tapi tak mau menunjukkannya pada publik? Atau seseorang yang begitu rupawan namun takut menjadi influencer? Atau justru kamu sendiri yang punya suatu potensi tapi takut menunjukkannya? Takut jika kehidupan tenangmu berubah menjadi hal yang tak bisa kamu atasi? 

Dalam psikologi humanistik, Abraham Maslow dikenal dengan konsep aktualisasi diri yakni tahap tertinggi ketika seseorang mampu menjadi versi terbaik dari dirinya. Namun ada paradoks menarik yang ia temukan, banyak orang justru takut mencapai potensi penuh mereka.

Fenomena ini disebut Jonah Complex atau Kompleks Yunus, sebuah istilah yang merujuk pada kisah Nabi Yunus dalam tradisi Islam-Yahudi-Kristen yang berusaha lari dari tugas besar yang diberikan kepadanya.

Bukan karena ia tidak mampu, melainkan karena tanggung jawab besar terasa menakutkan. Di level psikologis, hal ini persis seperti yang terjadi pada banyak individu bertalenta yang memilih untuk “mengecilkan diri”, menunda, atau menghindar dari kesempatan penting.

Apa Sebenarnya Jonah Complex?

Jonah Complex menggambarkan ketakutan terhadap kebesaran diri, yaitu rasa khawatir bahwa jika kita benar-benar sukses, akan ada perubahan besar yang harus ditanggung. Maslow menyebutnya sebagai ketakutan terhadap “God-like possibilities”. Perasaan bahwa kemampuan kita mungkin jauh lebih besar daripada yang kita izinkan untuk bersinar.

Beberapa psikolog menambahkan bahwa akar fenomena ini tidak hanya terkait rasa tidak layak, tetapi juga dua dorongan dasar manusia. Ketakutan akan kematian dan hilangnya makna sakral dalam hidup. Kesuksesan sering kali datang dengan konsekuensi eksistensial. Kita harus memilih, berkomitmen, dan menanggung risiko gagal.

Ciri-Ciri Seseorang yang Mengalami Jonah Complex

  • Menghindari kesempatan besar, bahkan ketika peluang itu jelas sangat sesuai kemampuan.
  • Takut akan tanggung jawab yang menyertai keberhasilan, seperti ekspektasi sosial yang lebih tinggi.
  • Sabotase diri, misalnya menunda, tidak menyelesaikan tugas, atau membuat kesalahan kecil yang sebenarnya dapat dihindari.
  • Takut dianggap arogan jika tampil menonjol atau menjadi yang terbaik.
  • Melarikan diri dari potensi, merasa bahwa “mimpiku terlalu besar” atau “itu bukan untukku”.

Hal-hal ini sering muncul diam-diam, bukan dalam bentuk penolakan eksplisit, tetapi sebagai kecemasan halus yang menahan langkah seseorang.

Contoh Perilaku Jonah Complex dalam Kehidupan Sehari-hari

Bayangkan seorang seniman berbakat yang selalu memulai proyek baru tetapi jarang menyelesaikannya. Bukan karena tidak mampu, melainkan karena ia takut karyanya akan dipuji dan membuatnya dianggap sombong atau “terlalu percaya diri”.

Contoh lain adalah seorang profesional yang berkinerja sangat baik namun menolak promosi dengan alasan tidak siap. Secara logis ia tahu ia mampu, namun secara emosional ia takut pada tuntutan dan perubahan identitas yang datang dari posisi tersebut.

Mengapa Jonah Complex Terjadi?

Sebagian orang merasa lebih nyaman berada “di bawah radar”. Kesuksesan dianggap sebagai medan baru yang tidak familiar. Ada juga yang tumbuh dengan narasi bahwa bersinar berarti mengancam, tidak aman, atau bisa memicu kecemburuan orang lain.

Sementara itu, Maslow melihat bahwa banyak individu takut menghadapi pertanyaan besar. Jika saya benar-benar menjadi diri terbaikku, kehidupan seperti apa yang harus saya jalani? Pertanyaan ini kadang lebih menakutkan daripada kegagalan itu sendiri.

Cara Mengatasi Jonah Complex

  • Bangun kesadaran diri. Mengakui bahwa rasa takut ini ada adalah langkah awal paling penting.
    Ubah cara pandang terhadap kebesaran. Potensi bukanlah arogansi. Ia adalah amanah, ekspresi unik dari diri.
  • Izinkan diri untuk tidak sempurna. Kesuksesan tidak menuntut kesempurnaan—hanya keberanian untuk mencoba.
  • Ambil langkah kecil tetapi konsisten. Hadapi tantangan sedikit demi sedikit. Tanggung jawab besar selalu dimulai dari keberanian kecil pertama.

Pada akhirnya, Jonah Complex mengingatkan kita bahwa kadang yang kita takuti bukan kegagalan, tetapi kemungkinan bahwa kita sebenarnya sangat mampu. Dan keberanian untuk menerima kemampuan itu mungkin adalah bentuk aktualisasi diri yang paling tulus.