Datang ke rumah sakit untuk berobat terkadang bisa menjadi hal yang menyenangkan, tapi bisa juga sangat menyebalkan.
Saya rasa dua hal itu dialami oleh banyak orang yang pernah datang ke rumah sakit. Yang menyenangkan, misalnya adalah ketika layanan proses administrasi rumah sakit baik. Petugasnya melayani penuh senyum, kemudian suster-suster yang menerima pasien ramah, terutama dokternya.
Dokter yang melayani pasien dengan ramah dan mau memberikan penjelasan secara memadai tentang masalah kesehatan, bisa menjadi hal yang sangat menyenangkan. Bahkan, sikap komunikatif seorang dokter menjadi sugesti untuk mendapatkan kesembuhan pasien.
Hal yang menyenangkan lainnya selama di rumah sakit adalah saat menunggu giliran dipanggil dokter. Di ruang tunggu, bisa ngobrol dengan pasien atau keluarga pasien yang lain. Kita bisa belajar tentang masalah kesehatan yang mereka rasakan, lalu tentang bagaimana mereka menghadapi masalahnya dan lain sebagainya.
Saya bertemu dengan sejumlah pasien yang punya sakit cukup berat. Di antaranya seorang ibu. Hb ibu itu jauh di atas rata-rata sehingga dalam situasi tertentu darahnya akan kental. Kalau sudah kental jari-jarinya akan menghitam dan badannya menjadi sangat tidak enak dan susah bergerak.
Untuk mengurangi sakit, ibu tersebut harus segera ke laboratorium untuk membuang atau mendonorkan darahnya sampai normal lagi. Tak hanya bermasalah dengan Hb, ibu ini juga bermasalah dengan jantungnya.
Walau sakitnya berat, ibu tersebut terlihat sangat optimistis menjalani hidup. Saat bercerita kepada saya, ia begitu terbuka tentang sakitnya. Saya yakin, dengan bisa berbagi kepada orang lain dan kita mau mendengarkannya, itu akan menjadi obat tersendiri buatnya.
Ada juga yang menyebalkan saat di rumah sakit. Misalnya, harus mengantri sangat lama untuk mendaftar. Belum lagi, mengantri menunggu giliran bertemu dokter.
Pernah suatu kali, pasien protes karena nomor antriannya terselip saat dibawa suster. Akhirnya, ia dipanggil belakangan, padahal harusnya sudah selesai.
Belum lagi kalau susternya tidak ramah atau dokternya tidak supel. Ini bisa menjadi hal yang sangat menyebalkan.
Terkadang saya berpikir, kenapa kalau rumah sakit membuat survei layanan, bukan layanan dokternya yang diteliti. Biasanya yang mereka teliti hanya layanan bagian administrasi saja.
Dikirim oleh Surahman, Jakarta
Anda memiliki foto atau cerita menarik? Silakan kirim ke email: yoursay@suara.com
Tag
Baca Juga
- 
                      
              4 Soothing Cream Centella Asiatica untuk Redakan Iritasi dan Cegah Breakout
- 
                      
              4 Pelembab setelah Eksfoliasi untuk Kulit Lembap dan Skin Barrier Sehat!
- 
                      
              Bullying, Kasta Sosial, dan Anak Oknum dalam Manhwa Marked By King BS
- 
                      
              Kesesatan Berpikir Generasi: Predikat Tak Harus Verba, Kenapa Kita Salah?
- 
                      
              Aksi Nyata Sobat Bumi UNY, Wujud Kepedulian Mahasiswa untuk Desa dan Alam
Artikel Terkait
News
- 
                      
              Aksi Nyata Sobat Bumi UNY, Wujud Kepedulian Mahasiswa untuk Desa dan Alam
- 
                      
              Gagal Debut? DPD RI Hapus Vtuber Sena Usai Tuai Kritik Warganet
- 
                      
              Protein Ekstra atau Kontaminasi? Kasus Ulat di Menu MBG Bangkalan
- 
                      
              Panduan Ziarah di Arab Saudi: 4 Aturan Penting yang Wajib Diketahui Jamaah!
- 
                      
              Sengit dan Seru! Siswa SMK Adu Keahlian di Olimpiade Jaringan MikroTik 2025
Terkini
- 
           
                            
                    
              4 Soothing Cream Centella Asiatica untuk Redakan Iritasi dan Cegah Breakout
- 
           
                            
                    
              4 Pelembab setelah Eksfoliasi untuk Kulit Lembap dan Skin Barrier Sehat!
- 
           
                            
                    
              Bullying, Kasta Sosial, dan Anak Oknum dalam Manhwa Marked By King BS
- 
           
                            
                    
              Kesesatan Berpikir Generasi: Predikat Tak Harus Verba, Kenapa Kita Salah?
- 
           
                            
                    
              Sea Games 2025: Tak Pasti Diperkuat Pemain Diaspora, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia U-23?