Kementerian Kelautan dan Perikanan Belajar Pengelolaan Arsip di LAPAN
Dalam rangka meningkatkan kompetensi, wawasan dan pengetahuan pengelolaan persuratan dan kearsipan, Forum Komunikasi Caraka Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan kaji banding ke Gedung Pusat Arsip LAPAN, Rumpin, Rabu (27/11). Sebanyak 60 peserta yang hadir ini ingin belajar pengelolaan arsip vital di recod centre LAPAN. Kabag Arsip, Nur Kelana dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasihnya karena telah berkunjung ke Gedung Pusat Arsip LAPAN. “Gedung ini merupakan pusat dari arsip inaktif LAPAN yang memiliki 21 satuan kerja yang tersebar di seluruh Indonesia, disini seluruh arsip-arsip inaktif diolah dengan penyusunan daftar yang telah diklasifikasikan”, ujarnya.
Nuke juga turut mengingatkan mengenai hari ini gedung pusat arsip telah berusia 2 tahun dan bertepatan dengan ulang tahun LAPAN yang ke-56. Sementara itu, Ari Ruhimat selaku Kepala Subbagian Persuratan dan Kearsipan, Kementerian Kelautan dan Pertanian (KKP), menjelaskan mengenai kunjungan ini sebagai upaya untuk menambah wawasan tentang pengelolaan kearsipan sehingga nantinya apa yang sudah Kami pelajari di Gedung Arsip LAPAN ini bisa diaplikasikan dengan baik di KKP.
Pada kunjungan ini peserta forum diberikan materi oleh Arsiparis ahli utama, Arisdiyo yang memaparkan mengenai profil LAPAN dan capaiannya khususnya yang berkaitan dengan bidang kearsipan. “Kami memiliki anggaran kegiatan yang dipergunakan untuk penataan dan pengelolaan kearsipan maka arsip di LAPAN haruslah bagus. Hal ini juga sesuai dengan definisi arsip bahwa penyelenggaraan pemerintah harus menjadi arsip, LAPAN melakukan pengklasifikasian arsip juga sesuai dengan 4 kompetensi utama LAPAN yakni sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan, roket, dan satelit, penginderaan jauh, kajian kebijakan penerbangan dan antariksa“, Jelas Aris.
Dalam kesempatan ini Aris juga memaparkan program pembangunan observatorium nasional di Kupang, NTT yang perlu didukung dengan pengelolaan arsip yang handal dan dengan adanya Gedung Pusat Arsip ini diharapkan akan tertata dengan baik mengenai pendokumentasian progam LAPAN tesebut. Observatorium yang sedang dibangun ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara karena menggunakan teleskop dengan perbandingan dengan mata manusia yang margin kornea yang hanya 1 centimeter namun LAPAN mampu membuat menjadi 38 meter sehingga hasil dari pengamatan tersebut, arsipnya harus disimpan dengan baik dan dapat dilihat manfaatnya.
Setelah pemaparan acara dilanjutkan dengan kunjungan ke ruang penyimpanan arsip yang berada di lantai 1 dan 2, ruang pemilahan dan ruang penyimpanan arsip media baru yang menyimpan beragam arsip inaktif di LAPAN kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa fasilitas Laboratorium di Pusat Teknologi Penerbangan seperti Gedung Manufaktur, Avionik, Aerodinamika dan Stasiun Bumi Satelit.
Nuke juga turut mengingatkan mengenai hari ini gedung pusat arsip telah berusia 2 tahun dan bertepatan dengan ulang tahun LAPAN yang ke-56. Sementara itu, Ari Ruhimat selaku Kepala Subbagian Persuratan dan Kearsipan, Kementerian Kelautan dan Pertanian (KKP), menjelaskan mengenai kunjungan ini sebagai upaya untuk menambah wawasan tentang pengelolaan kearsipan sehingga nantinya apa yang sudah Kami pelajari di Gedung Arsip LAPAN ini bisa diaplikasikan dengan baik di KKP.
Pada kunjungan ini peserta forum diberikan materi oleh Arsiparis ahli utama, Arisdiyo yang memaparkan mengenai profil LAPAN dan capaiannya khususnya yang berkaitan dengan bidang kearsipan. “Kami memiliki anggaran kegiatan yang dipergunakan untuk penataan dan pengelolaan kearsipan maka arsip di LAPAN haruslah bagus. Hal ini juga sesuai dengan definisi arsip bahwa penyelenggaraan pemerintah harus menjadi arsip, LAPAN melakukan pengklasifikasian arsip juga sesuai dengan 4 kompetensi utama LAPAN yakni sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan, roket, dan satelit, penginderaan jauh, kajian kebijakan penerbangan dan antariksa“, Jelas Aris.
Dalam kesempatan ini Aris juga memaparkan program pembangunan observatorium nasional di Kupang, NTT yang perlu didukung dengan pengelolaan arsip yang handal dan dengan adanya Gedung Pusat Arsip ini diharapkan akan tertata dengan baik mengenai pendokumentasian progam LAPAN tesebut. Observatorium yang sedang dibangun ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara karena menggunakan teleskop dengan perbandingan dengan mata manusia yang margin kornea yang hanya 1 centimeter namun LAPAN mampu membuat menjadi 38 meter sehingga hasil dari pengamatan tersebut, arsipnya harus disimpan dengan baik dan dapat dilihat manfaatnya.
Setelah pemaparan acara dilanjutkan dengan kunjungan ke ruang penyimpanan arsip yang berada di lantai 1 dan 2, ruang pemilahan dan ruang penyimpanan arsip media baru yang menyimpan beragam arsip inaktif di LAPAN kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa fasilitas Laboratorium di Pusat Teknologi Penerbangan seperti Gedung Manufaktur, Avionik, Aerodinamika dan Stasiun Bumi Satelit.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Dulu Punah, Kini Ikan Belida Jawa bisa Dibudidayakan
-
10 Tahun Wyl's Jakarta: Masakan Asia Tenggara Dibangkitkan Kembali dengan Sentuhan Modern!
-
Mengintip Gaji Influencer Indonesia yang Diklaim Paling Tinggi se-Asia
-
KKP Tangkap 2 Kapal Pencuri Ikan Filipina di Perairan Papua, Kerugian Negara Capai Rp50 M
-
Proyek Naturalisasi Indonesia Targetkan Nama Besar, Media Vietnam: Bisa Mengancam!
News
-
Grantha Dayatina Eratkan Kebersamaan Lansia Lewat "Romansa Estetika"
-
Menggerakkan Harapan Penghuni Panti Eks Psikotik Bersama Komunitas Perlitas
-
Khutbah Idul Adha: Dosen UNY Serukan Kemandirian Pangan
-
Kelas Semesta UNJA Gelar Workshop Inklusif Bareng Teman Disabilitas Jambi
-
Pesta Bebas Berselancar (PBB) Kembali Hadir di Bogor, Ada Opick, Juicy Luicy hingga Yura Yunita
Terkini
-
Review Film Julie Keeps Quiet: Yang Memilih Nggak Terlalu Banyak Bicara
-
Ulasan Novel Saksi Mata: Kebenaran yang Tak Bisa Dibungkam Oleh Kekuasaan
-
Review Film Tak Ingin Usai di Sini: Saat Cinta Diam-Diam Harus Rela Pergi
-
Budaya Cicil Bahagia: Ketika Gen Z Menaruh Harapan pada PayLater
-
Review Film Big World dari Sudut Pandang Disabilitas, Apakah Relate?