Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | desyardiani
PT MRT Jakarta

Belum genap setahun beroperasi, Moda Raya Terpadu atau MRT kini kian populer di kalangan warga ibu kota. Terbukti dari jumlah penumpang yang semakin meningkat setiap harinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. MRT Jakarta, pada awal pengoperasian MRT yaitu bulan April 2019 ada sekitar 79 ribu penumpang per harinya. Hingga pada bulan Desember 2019, penumpang MRT per harinya mencapai sekitar 95 ribu penumpang.

Sebagai sarana transportasi publik yang diharapkan mampu mengurangi kemacetan di ibu kota, tentunya sangat penting bagi MRT untuk tidak menciptakan kesemrawutan dan kemacetan baru di area sekitar stasiunnya. Berkaca dari lalu lintas sekitar stasiun KRL dan halte TransJakarta yang biasanya tersendat, PT MRT Jakarta memiliki beberapa strategi untuk mengantisipasi hal tersebut. Salah satunya dengan membangun transit plaza sebagai area menaikkan dan menurunkan calon penumpang.

Hingga Oktober 2019, baru satu transit plaza yang rampung dibangun yaitu Transit Plaza Lebak Bulus. Untuk stasiun yang belum ada transit plaza-nya, maka disediakan area penjemputan penumpang (pick-up atau drop-off zone). Jadi bagi pengemudi angkutan online maupun konvensional yang akan menjemput dan mengantarkan penumpang, harus di area yang telah disediakan. Akan ada petugas yang mengatur ketertiban area tersebut.

Di samping itu, penumpang yang memesan transportasi online saat masih berada di dalam MRT atau belum keluar dari stasiun juga perlu diantisipasi. Hal tersebut dapat menyebabkan penumpukan pengemudi transportasi online yang menunggu di area penjemputan sehingga menimbulkan kemacetan.

Oleh sebab itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menjelaskan pihaknya telah bekerjasama dengan perusahaan transportasi online untuk menyediakan layanan order di tempat sehingga penumpang tidak perlu lama menunggu. Penumpang cukup berjalan ke titik-titik yang telah ditentukan kemudian mengantri agar dapat terkoneksi langsung dengan pengemudi transportasi online.

Penumpukan pengemudi transportasi online dan penumpang di area penjemputan dapat mengundang para pedagang kaki lima untuk berjualan di atas trotoar sehingga mengganggu kenyamanan penumpang. Hal itu dapat menyebabkan area tersebut menjadi semrawut dan memungkinkan munculnya praktik-praktik premanisme. Karenanya, PT MRT Jakarta ingin agar area penjemputan dan sekitar stasiun tertata rapi, bersih, aman, dan nyaman.

Untuk kedepannya, PT MRT Jakarta akan meningkatkan integrasi antarmoda untuk memudahkan perjalanan penumpang. Integrasi akan dilakukan dengan LRT, KRL, TransJakarta, transportasi online, dan tak menutup kemungkinan moda transportasi lainnya. Dengan integrasi antarmoda tersebut, MRT diharapkan menjadi kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) sehingga kesemrawutan dan kemacetan di area stasiunnya dapat dihindari.

desyardiani