Presiden Ghana, Akufo Addo telah memberikan pelajaran berharga kepada kita karena membuat keputusan lockdown terhadap negaranya. Di Ghana terdapat 137 orang yang positif Covid-19. Meski angka orang yang positif belum terhitung banyak, pemerintahan Ghana dengan cepat mengambil langkah lockdown.
"We know how to bring this economy back life. What we do not know is how to bring people back to life," ujar Presiden Ghana, Akufo Addo. Ia berkeyakinan, pemulihan ekonomi dapat dilakukan kemudian hari, tetapi pemulihan kehidupan tidak bisa dilakukan kapan pun.
Bagi presiden Ghana, lockdown adalah pilihan terbaik. Lockdown adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan kehidupan, meskipun ekonomi mati untuk sesaat. Ekonomi yang mati sesaat dapat dihidupkan kembali di kemudian hari.
Sebaliknya, kehidupan yang sudah mati akan menjadi sejarah, mustahil untuk dapat dihidupkan kembali. Di situlah letak kecerdasan seorang pemimpin.
Kini Indonesia harus membuat keputusan tersebut manakala ingin menyelamatkan kehidupan, meskipun secara ekonomi mati untuk sementara waktu.
Penyelamatan kehidupan mempunyai manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan penyelamatan ekonomi sesaat. Dengan penyelamatan kehidupan, semua orang akan terselamatkan dan terbebas dari rasa was-was akan datangnya kematian.
Ketika negara memilih untuk tidak lockdown, dengan maksud untuk penyelamatan ekonomi, dampak yang akan ditimbulkan akan menjadi ganda.
Pertama, dampak ekonomi, karena ekonomi tetap saja tidak bisa diselamatkan karena semua orang tinggal di rumah, ekonomi melemah, perdagangan lesu, dan perasaan semua orang dalam posisi ketakutan yang luar biasa. Kedua, sudah dapat dipastikan akan merembet pada dampak negatif berikutnya, yaitu pada kegagalan penyelamatan kehidupan manusia.
Masih Belum Terlambat
Keputusan pemerintah untuk melakukan lockdown belum terlambat. Namun, apabila keputusan tersebut tidak segera diambil, sudah dapat dipastikan, jumlah korban nyawa akan semakin hari semakin bertambah banyak. Bukan deret hitung pertambahan korban itu, tetapi akan menjadi deret ukur, yang setiap harinya berlipat. Tentu, semoga hal itu tidak terjadi.
Pertanyaan, apakah masyarakat Indonesia siap kehilangan 1-2 generasi? Tentu tidak bukan? Oleh karena itu, ketika pemerintah mengambil langkah lockdown, maka itulah langkah terbijak yang harus dilakukan oleh pemerintah, dalam rangka menyelamatkan kehidupan bangsa dan negara.
Pada awal penerapan tentu akan banyak sekali penolakan dan perlawanan, terutama dari mereka yang tidak mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap, yang tidak bisa bekerja dari rumah, dan hanya bisa hidup dari pekerjaan serabutan.
Mereka inilah yang harus dipikirkan oleh pemerintah, melalui berbagai skema bantuan langsung tunai, baik dalam bentuk natura maupun innatura.
Lockdown memang pilihan yang sangat berat untuk diambil pemerintah, akan tetapi demi penyelamatan kehidupan jangka panjang, keputusan itu harus diambil secara cepat, karena akan mampu mempertahankan kehidupan yang jauh lebih berharga daripada hanya menyelamatkan ekonomi, namun pada akhirnya--sudah dapat dipastikan--akan gagal juga.
Berkiblat pada Sejarah
Semangat perjuangan melawan Corona di tengah kemandegan—bahkan kemunduran—ekonomi, harus tetap digelorakan. Para pejuang pergerakan kemerdekaan hingga upaya mempertahankan kemerdekaan, tetap membara di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan akibat penjajahan waktu itu.
Semangat perjuangan para pejuang tersebut harus kita tiru, manakala kita menghendaki kejayaan dan kelanggengan suatu bangsa. Mereka dengan penuh keyakinan, akan mampu membangun kembali ekonomi bangsa Indonesia, setelah musuh bersama yang dihadapi dapat lenyap dari bumi Indonesia.
Kini, ketika musuh bersama yang sedang dihadapi adalah virus Corona (Covid-19), maka kita semua harus berjuang, tanpa dihantui oleh krisis atau kemandekan ekonomi. Dalam kondisi apapun dan dengan senjata apapun, perjuangan melawan Corona harus terus dilakukan hingga musuh bersama tersebut lenyap dari bumi Indonesia.
Menerapkan Senjata Berbasis Sains
Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan telah memberikan berbagai strategi perang melawan Corona. Sudah selayaknya apabila seluruh masyarakat Indonesia yang sedang berjuang, selalu menggunakan senjata itu. Jangan sampai lengah dan jangan menyepelekan, apalagi anti sains.
Janganlah kita abai dengan berbagai senjata yang sudah direkomendasikan WHO seperti social distancing, work from home, penggunaan masker saat berada di area umum, penggunaan APD saat menangani pasien, care terhadap kebersihan tangan dengan hand sanitizer, maupun kebersihan lingkungan dengan penyemprotan disinfektan.
Ketika semua senjata tersebut digunakan secara disiplin, niscaya berbagai peluru, ranjau, mortir, maupun bom penyebaran virus corona, tentu tidak akan mampu menyerang kita. Bahkan kita akan mampu melakukan serangan balik kepada virus tersebut hingga mereka mati seakar-akarnya.
Mata rantai virus tersebut terputus, dan kita akan memenangkan pertempuran itu. Pada saat semua sudah kondusif, kita baru menata ekonomi kembali, dengan menghidupkan sendi-sendi perekonomian yang sudah porak poranda, tanpa mengalami kesulitan sedikit pun.
Perilaku anti sains yang dilakukan oleh Trump karena dengan menolak untuk menerapkan pengujian massal virus corona di Amerika Serikat tidak perlu ditiru. Karena hal itu akan memiliki 'dampak global' melebihi Itali.
Bahkan dokter Min Pok-kee, tenaga medis yang secara agresif mengatasi COVID-19 di kota Daegu, dan menjadi model untuk respon nasional Korea Selatan, mengkritisi langkah mundur AS itu.
Kedisiplinan adalah Kunci
Lockdown bukan merupakan satu-satunya cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Namun, langkah itu hanya merupakan salah satu cara saja. Oleh kerena itu, kita harus disiplin dalam menggunakan sains kesehatan, baik terhadap diri, lingkungan, maupun sosial.
Sebagaimana seorang prajurit, mereka begitu disiplin meskipun tidak ada musuh, apalagi dalam kondisi perang seperti saat ini. Kedisplinan, kewaspadaan, dan kehati-hatian harus kita dahulukan di atas segala-galanya.
Bagaimana disiplinnya Jenderal Sudirman yang selalu lolos dari kepungan Belanda, merupkan pelajaran baik yang harus tertanam dalam setiap peperangan. Apalagi musuh yang kita hadapi saat ini adalah wabah virus yang tidak tampak dan perkembangannya sangat cepat, bahkan mampu menyerang seluruh penduduk bumi.
Apalah jadinya kalau bumi ini kemudian dikuasi oleh bangsa virus, sementara manusia hanya sebagai pesakitan yang harus tunduk padanya? Hal itu sangat mungkin terjadi manakala kita tidak disiplin dalam menghadapi ancaman virus Corona.
Keputusan berbasis Data
Proses pembuatan keputusan antara lockdown dan tidak akan tepat manakala berbasiskan data yang valid dan akuntabel. Data telah meyakinkan kita bahwa, perkembangan jumlah ODP, PDP, pasien positif, dan korban meninggal mengalami trend meningkat secara drastis.
Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain tidak bisa dihentikan, kesadaran masyarakat untuk tetap tinggal di rumah rendah, kesadaran masyarakat untuk melakukan social distancing rendah, maka jalan terbaik yang layak untuk diambil tentu lockdown dengan berbagai konsekuensinya, baik positif maupun negatif.
Dengan penuh keyakinan, bismillahi arrahmaani arrahiim, lockdown merupakan pilihan paling tepat dalam rangka menyelamatkan kehidupan dan menyelamatkan ekonomi dalam jangka panjang. Cara inilah yang dapat digunakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Semoga saja, seluruh lapisan masyarakat dari kelompok paling beruntung hingga paling tidak beruntung saling merapatkan barisan dan bantu-membantu secara ekonomi, sehingga kehidupan kelompok yang kurang beruntung dapat terbantu tanpa kekurangan apa pun.
Sebagai akhir tulisan ini, marilah kita bersama-sama berdoa dan menundukkan kepala sejenak untuk memohon kepada Tuhan YME agar kiranya berkenan menghilangkan virus Corona dari muka bumi yang sama-sama sangat kita cintai.
Oleh: Dr.Basrowi, Pengamat Kebijakan Publik, alumni S3 Unair, dan S3 UPI YAI Jakarta, serta Penggiat Ekonomi Syariah.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Batal Tampil di Pestapora 2025, Banda Neira Tolak Sponsor Freeport
-
Olvah Alhamid Berharap RUU Perampasan Aset Segera Disahkan
-
SIG Rogoh Kocek Rp582 Juta untuk Infrastruktur Jaringan Air Bersih
-
Ikuti jejak 21 Musisi Lain, Bilal Indrajaya mundur dari Pestapora
News
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Pestapora Minta Maaf soal Freeport, Gestur Kiki Ucup Dihujat: 'Minimal Tangan Jangan di Saku!'
-
Babak Baru Kasus Penjarahan Rumah Uya Kuya: 12 Orang Resmi Jadi Tersangka, Terancam 7 Tahun Bui!
-
Hotman Paris Bela Nadiem Makarim: Tegaskan Tak Terima Uang Kasus Korupsi Chromebook
Terkini
-
FIFA Matchday Kontra China Taipei Menjadi Bukti Betapa Pentingnya Menit Bertanding bagi para Pemain
-
FIFA Matchday 2025 dan Semakin Matangnya Atribut Positioning Ramadhan Sananta
-
4 Padu Padan OOTD Chic ala Yunjin LE SSERAFIM, Stylish Buat Segala Suasana!
-
Kesejahteraan Guru Terancam? Menag Bilang 'Cari Uang, Jangan Jadi Guru!'
-
4 Rekomendasi Serum Vitamin C Terjangkau untuk Pelajar dengan Kulit Cerah