Pada akhir Februari, penyebaran virus COVID-19 yang semakin meningkat, Bank Dunia membentuk satuan tugas global multi-sektoral untuk mendukung respons negara dan langkah-langkah penanganan. Salah satu yang terkena dampak atas mewabahnya COVID-19 adalah sektor pendidikan.
Dalam hitungan minggu, coronavirus (COVID-19) telah mengubah cara siswa dididik di seluruh dunia. Dengan coronavirus menyebar dengan cepat di seluruh Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Serikat, negara-negara telah mengambil tindakan cepat dan tegas untuk mengurangi perkembangan pandemi yang meluas.
Keputusan pengendalian risiko ini telah mengarahkan jutaan siswa untuk belajar di rumah. Perubahan-perubahan ini mendorong contoh-contoh baru inovasi pendidikan.
Hal ini termasuk ke dalam krisis yang dialami oleh semua negara. Krisis menurut Barton adalah sebuah peristiwa besar yang tak diprediksi sebelumnya akan terjadi yang berdampak negatif bagi suatu organisasi di kemudian hari (Putra,1999).
Wabah virus dan lockdown di tingkat nasional memerlukan intervensi teknologi pendidikan untuk pembelajaran jarak jauh. Sayangnya, beberapa negara tidak siap dengan skema ini, salah satunya Indonesia.
China adalah salah satu negara di mana pendidikan terus berlanjut terlepas dari penutupan sekolah, berlangsung melalui internet dan pembelajaran jarak jauh.
Di Indonesia, akses ke teknologi di sebagian besar rumah tangga dapat bervariasi, dan akses ke internet bandwidth tinggi, atau ke smartphone terkait dengan pendapatan bahkan di negara-negara berpenghasilan menengah. Oleh karena itu, birokrasi yang mumpuni diperlukan oleh pemerintah untuk mengintervensi kasus ini.
Intervensi pendidikan selama krisis dapat mendukung pencegahan dan pemulihan kesehatan masyarakat sambil mengurangi dampaknya pada siswa dan pembelajaran. Pemerintah harus meningkatkan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi permasalahanyang mungkin muncul dalam skema pembelajaran ini.
Pemerintah harus menggunakan sumber daya yang tujujukkan untuk kesuksesan sistem pembelajaran dan pendidikan jarak jauh tanpa mengurangi esensi dari pembelajaran(Thompson, 1991).
Dalam hal ini Indonesia masih sangat kurang jika dibandingkan dengan negara lain. Di Bulgaria, lebih dari 800.000 akun telah dibuat untuk semua guru dan orang tua, penerbit telah dimobilisasi untuk membuka buku teks digital dan materi pembelajaran untuk kelas 1 hingga 10, dan dua saluran TV nasional akan menyiarkan TV pendidikan.
Hal ini diperparah dengan masih tidak meratanya akses pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan teknologi 5G menjadi lebih umum di negara-negara seperti China, Amerika Serikat dan Jepang, peserta didik dan tenaga pendidikbenar-benar merangkul konsep 'pembelajaran di mana saja, kapan saja' pendidikan digital dalam berbagai format.
Pembelajaran di kelas secara pribadi akan dilengkapi dengan modalitas pembelajaran baru mulai dari siaran langsung hingga 'pengaruh pendidikan' hingga pengalaman realitas virtual. Belajar bisa menjadi kebiasaan yang terintegrasi ke dalam rutinitas sehari-hari gaya hidup sejati.
Sehingga dalam hal ini komunikasi krisis menjadi sangat krusial dan fundamental menjawab persoalan yang ada. Krisis komunikasi digunakan untuk mencapai misi sistem pendidikan setelah adanya pandemi ini. Ada tiga prinsip utama dalam komunikasi krisis, yakni: menyampaikan pesan dengan cepat atau segera menyampaikan pesan, konsisten, dan terbuka (Coombs, 2006).
Tantangan hari ini adalah untuk mengurangi sebanyak mungkin dampak negatif COVID-19 pada pembelajaran dan sekolah serta membangun pengalaman ini untuk kembali ke jalur peningkatan yang lebih cepat dalam pembelajaran.
Maka dari itu penting untuk segera dilakukan reformasi birokrasi pendidikan dengan komuniaksi krisis secara sungguh-sungguh melalu peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan kewenangan daerah untuk mengelola urusan pendidikan, dan memberikan kesempatan masing-masing satuan pendidikan untuk mengambil keputusan secara mandiri. Dengan cara ini birokrasi pendidikan adakan dapat berjalan secara efisien dan efektif selama pandemi berlangsung.
Referensi:
- Coombs, Timothy W. (2006). Crisis Management: A Communicative Approachâ. Public Relations Theory II. Carl H. Botan & Vincent Hazelton (eds.). Mahwah: Lawrence Erlbraum Associates.
- Putra, I Gusti Ngurah. (1999). Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
- Thompson, Ann, Simonson, Michael. (1991). Educational Computing Foundations. Third Edition: Merrill/Prentice Hall.
Oleh: Hilen Winning Arifin / Mahasiswa Administrasi Publik Universitas Negeri Yogyakarta
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Telkomsat Wujudkan Pemerataan Digital Lewat Layanan Internet Gratis untuk Pendidikan
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Pendidikan Hotma Sitompul: Lulusan UGM, Disertasi Bongkar Ide Soal Aset Koruptor
News
-
Lawson Ajak Jurnalis dan Influencer Kenali Arabika Gayo Lebih Dekat
-
Resmi Cerai, Ini 5 Perjalanan Rumah Tangga Baim Wong dan Paula Verhoeven
-
Mahasiswa PPG FKIP Unila Asah Religiusitas Awardee YBM BRILiaN Lewat Puisi
-
Jobstreet by SEEK presents Mega Career Expo 2025: Temukan Peluang Kariermu!
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
Terkini
-
Desa Wisata Pulesari, Tawarkan Suasana Asri dengan Banyak Kegiatan Menarik
-
Anak Hukum tapi Stylish? 5 Look Simpel tapi Classy ala Ryu Hye Young
-
Serial Emily in Paris Season 5 Resmi Digarap, Mulai Syuting di Roma
-
4 Look Girly Simpel ala Punpun Sutatta, Cocok Buat Hangout Bareng Bestie
-
5 Rekomendasi Tontonan tentang Yesus, Sambut Libur Panjang Paskah 2025