Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | innisa kumala hayati
Ilustrasi Bus Transportasi Umum (pixabay)

Covid-19 telah memberikan pengaruh ke hampir seluruh sektor usaha, tak terkecuali dengan transportasi nasional yang menjadi salah sektor yang terdampak cukup signifikan akibat pandemi Covid-19. Mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara, dipastikan mengalami penurunan jumlah penumpang yang sangat signifikan.

Di sektor transportasi laut, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) mengalami penurunan jumlah penumpang yang sangat drastis sepanjang pandemi Covid-19. Pada bulan April, PT Pelni mencatat hanya mengangkut 523 orang saja. Hal ini sangat berbanding jauh dengan jumlah kapasitasnya yang mencapai 200 ribu penumpang.

Di musim lebaran pun, nyatanya tidak terjadi lonjakan penumpang yang umumnya terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Direktur Utama Pelni Insan Purwarisya menyebutkan, pada bulan Mei 2020, perusahaan hanya menyeberangkan 700 penumpang, padahal ada 90 ribu tiket yang dijual oleh PT Pelni.

Lewat video conference pada Jumat (19/6) seperti dilansir CNN,  Insan Purwarisya mengatakan, "Biasanya, mendekati Lebaran itu peak season April dan Mei. April dari kapasitas 200 ribuan, kami mengangkut 523 orang saja April ini. Mei biasanya mengangkut 90 ribu orang tahun ini hanya angkut 700 orang."

Bukan hanya kekhawatiran penumpang akan transmisi virus corona saat di dalam kapal, syarat wajib untuk melakukan rapid test atau swab PCR menjadi alasan utama masyarakat mengurungkan niat untuk menggunakan jasa Pelni.

Sementara itu di sektor transportasi udara, operator penerbangan harus menerima kenyataan berkurang drastisnya jumlah penumpang sehingga harus melakukan banyak penyesuaian. Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, sektor penerbangan merupakan sektor yang pertama kali terimbas krisis akibat pandemi ini.

Sejak mencuatnya kasus Covid-19 pada bulan Maret 2020, jumlah penumpang menurun tajam. Terlebih lagi larangan penerbangan dalam dan luar negeri yang secara resmi dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan pada 24 April 2020.

Pada bulan Mei 2020, tercatat  hanya 10 persen penumpang yang diangkut dibandingkan peride yang sama di tahun lalu. Dari lima peak season dalam setahun, hanya liburan akhir tahun yang menjadi satu-satunya harapan untuk menaikkan jumlah penumpang, karena empat peak season lainnya, yaitu mudik, liburan sekolah, umrah dan haji ikut terdampak penurunan jumlah penumpang.

Sektor transportasi darat ternyata juga tidak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Sama halnya dengan transportasi laut dan udara, transportasi darat juga mengalami keanjlokan jumlah penumpang. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menyatakan jumlah penumpang angkutan umum di ibu kota dan kota-kota satelit menurun selama masa penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19. Sebut saja Transjakarta, Kereta Rel Listrik (KRL), Moda Transportasi Raya (MRT), hingga bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP).

Kepala BPJT Polana B Pramesti mengatakan penurunan jumlah penumpang bahkan terjadi sebelum penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta pada 10 April 2020 dan PSBB Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, serta Kabupaten dan Kota Bogor pada 15 April 2020.

Data BPJT mencatat jumlah penumpang Transjakarta hanya mencapai 83 ribu orang per hari pada 1-15 April 2020. Padahal, saat kondisi normal, misalnya pada Januari 2020, jumlah penumpang Transjakarta bisa mencapai 840 ribu orang per hari.

Begitu pula dengan jumlah penumpang KRL yang hanya mencapai 183 ribu orang per hari pada 1-15 April 2020. Pada Januari 2020, jumlah penumpang masih sekitar 859 ribu orang per hari. Sementara pada Maret 2020, hanya sekitar 598 ribu orang per hari atau turun 30,38 persen dari awal tahun.

PT MRT Jakarta (Perseroda) juga mengalami hal yang sama. Semenjak pandemi dimulai pada Maret sampai akhirnya diberlakukan PSBB di mana mayoritas masyarakat bekerja di rumah, MRT Jakarta merasakan krisis penumpang. Menurut Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar jumlah penumpang surut jadi 3 persen dari biasanya. Ketika PSBB dilonggarkan barulah menyentuh angka 17 persen-18 persen.

Tercatat penurunan jumlah penumpang menjadi 5.000 penumpang per hari pada 15 April 2020 dari sebelumnya di bulan Januari jumlah penumpang bisa mencapai 85.000 orang per hari. 

Kepala BPJT mengatakan penurunan jumlah penumpang juga terjadi karena jam operasional masing-masing angkutan umum berkurang. Angkutan umum di DKI Jakarta hanya boleh beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB, sementara di Bodetabek sekitar 05.00 sampai 19.00 WIB.

Larangan mudik yang diberikan oleh pemerintah juga menjadi salah satu penyebab keanjlokan jumlah penumpang terjadi. Musim lebaran yang seharusnya terjadi lonjakan jumlah penumpang, justru nyatanya tetap ikut terseok-seok.

innisa kumala hayati