Melalui hasil tinjauan kebijakan moneter Bank Indonesia untuk bulan Desember 2020, kinerja perekonomian global terus menunjukkan perbaikan, bersamaan dengan perbaikan ekonomi domestik yang juga terus berlangsung secara bertahap.
Dalam rapat Dewan Gubernur (RGD) pada 16-17 Desember 2020, Bank Indonesia dalam menyikapi perkembangan tersebut dan juga hasil asesmen memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 3,75 persen, suku bunga Deposit Facility 3 persen, dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen.
Bank Indonesia juga memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman covid-19, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan.
Keadaan perekonomian global yang terus membaik diperkirakan akan terus mengalami peningkatan yang lebih tinggi pada 2021.
Perbaikan ekonomi dunia didorong oleh peningkatan mobilitas dan dampak stimulus kebijakan yang berlanjut di berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Perkembangan sejumlah indikator dini pada bulan November 2020 mengonfirmasi perbaikan ekonomi global yang terus berlangsung.
Kecepatan perbaikan ekonomi global ke depan dipengaruhi oleh implementasi vaksinasi, peningkatan mobilitas, dan berlanjutnya stimulus kebijakan fiskal dan moneter.
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global diprakirakan menurun didorong oleh ekspektasi positif terhadap prospek perekonomian global seiring dengan ketersediaan vaksin.
Sama dengan hal perekenomian global, pertumbuhan ekonomi domestik juga mengalami perbaikan secara bertahap dan akan meningkat pada tahun 2021.
Perkembangan tersebut terindikasi pada berlanjutnya kinerja positif sejumlah indikator pada bulan November 2020, seperti peningkatan mobilitas masyarakat di beberapa daerah, berlanjutnya perbaikan PMI Manufaktur, menguatnya keyakinan serta ekspektasi konsumen terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha.
Kedepannya, terdapat kondisi prasyarat bagi proses pemulihan ekonomi nasional yaitu dengan vaksinasi dan disiplin dalam penerapan protokol covid-19. Dengan kondisi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mulai positif pada triwulan IV 2020 2020 dan pada kisaran -1 persen hingga -2 persen pada 2020, serta selanjutnya meningkat pada kisaran 4,8 persen hingga 5,8 persen pada 2021.
Sedangkan dalam lingkup stabilitas makroekonomi, dipastikan tetap terjaga dilihat dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang diperkirakan tetap baik sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal.
Direktur Eksekutif Informasi Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah terjaga didukung langkah-langkah stabilisasi BI dan berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.
Sementara itu, inflasi tetap rendah seiring permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai. Sejalan kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif BI, kondisi likuiditas tetap longgar dan mendorong penurunan suku bunga.
Erwin juga menuturkan bahwa Bank Indonesia akan terus mempertahankan pencapaian ini, dengan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait.
Seluruh instrumen kebijakan BI akan diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan memelihara stabilitas nilai tukar Rupiah, serta mendukung stabilitas sistem keuangan.
Selain itu, koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Fokus koordinasi kebijakan diarahkan pada mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Menteri Bappenas Bingung, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mandek di 5% Selama 20 Tahun Terakhir
-
Amerika Serikat dan Indonesia Optimis untuk Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dalam Pemerintahan Baru
-
Ekonom Senior Ungkap Ancaman Krisis Era Orde Baru: Oil Boom Hingga Kontroversi Ibnu Sutowo
-
Menko Airlangga: Indonesia Siap Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari Amerika Serikat
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
News
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
Terkini
-
F1 GP Las Vegas 2024, Bisakah Max Verstappen Kunci Gelar Juara Dunia?
-
AFF Cup 2024 Resmi Gunakan Teknologi VAR, Kabar Buruk Bagi Timnas Vietnam?
-
4 Rekomendasi Jurusan Kuliah untuk Kamu yang Punya IQ Tinggi, Mau Coba?
-
143 Entertainment Bantah Tuduhan CEO Terlibat Pelecehan Pada Member MADEIN
-
Min Hee-jin Tuntut Rp56 M terhadap Agensi ILLIT Atas Pencemaran Nama Baik