Pada sabtu malam (5/09) sekelompok ibu rumah tangga dari Dusun Sawahan, Desa Giripurno, Kota Batu-Malang menggelar giat dasawisma yakni membuat semprengan, atau yang akrab disebut permainan lompat tali. Giat dasawisma rutin dilakukan pada akhir pekan setiap 1 sampai 2 jam tergantung kegiatannya.
Melalui beragam aktivitas yang berbeda setiap bulannya, pada minggu pertama dilakukan tahlilan. Minggu ke-2 meggelar senam khusus per RT. Minggu ke-3 warga diajak masak-masak bersama ibu-ibu lainnya. Serta minggu ke-4 membuat kerajinan tangan yang dilakukan setiap hari sabtu.
Kegiatan ini sudah berlangsung sejak akhir tahun 2019. Diikuti oleh 20 orang dengan kepengurusan ketua oleh ibu RT, sekretaris dan bendarahara. Bu Arofah (36) warga Dusun Sawahan mengaku merasakan dampak positif dari mengikuti kegiatan dasawisma (dawis) ini, salah satunya senam rutin. Ia turut senang kini warganya aktif, kompak dan rajin mengikuti kegiatan lainnya.
Giat dawis (dasawisma) dilakukan di rumah warga secara bergantian dengan sistem jimpitan atau yang dikenal dengan menjumput (mengambil barang lembut/kecil dengan menggunakan ujung jari). Tak hanya dalam menentukan lokasi giat dawis, jimpitan juga dilakukan untuk menentukan pembayaran kas, pemilihan RT dan sebagainya.
Pak Supri (36) selaku tokoh masyarakat warga Dusun Sawahan sekaligus anggota dasawisma mengatakan bahwa kegiatan yang dibawakan berbeda-beda. Mulai dari mengedukasi anak-anak, meangkat persoalan kebersihan lingkungan hingga pengelolan makanan.
Pak Supri turut merasakan dampak dari kegiatan dawis. Selain mempererat silaturahami dan gotong royong, kesadaran warga juga meningkat perihal mengedukasi anak-anak dan menjaga kebersihan lingkungan. Pak Supri berharap dengan adanya Tim PMM 64 UMM bisa menginggalkan kesan yang baik seperti memberikan dukungan atau karya bermanfaat untuk Dusun Sawahan.
Anak anak Dusun Sawahan juga memberikan pernyataan perihal dampak kegiatan dasawisma. Perubahan sistem belajar online school atau belajar dari rumah tak sedikit membuat anak-anak Dusun Sawahan merasa bosan. Oleh karena itu para ibu berinisiatif membuat tempat permainan tradisional.
Syarat yang harus dipenuhi anak-anak agar dapat mengikuti permainan gobak sodor dan engklek adalah wajib menggunakan masker. Hal ini mendapat respon positif dari anak-anak Dusun Sawahan. Kini mereka ceria, senang, dan tetap menjaga kesehatan dengan menggunakan masker agar terhindar dari paparan virus covid-19. (DIN)
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Layanan Antar Pembayaran Pensiun dari Taspen untuk Kemudahan Peserta
-
Strategi LPKR Mengelola Air Limbah Secara Bertanggung Jawab
-
Arti Bunga Peoni, Teratai, & Krisan di Cheongsam: Bukan Sekedar Cantik
-
Aset Hibah yang Diterima Mayor Teddy Tak Boleh Ditarik Lagi, Hukumnya Seperti Anjing Jilat Muntahnya
-
Menyigi Kekayaan Hadi Tjahjanto, Mantan Menteri ATR Ngaku Tak Tahu Dokumen Pagar Laut Terbit di Eranya!
News
-
10 Rekomendasi Menu di The Duck King, Dapatkan Diskon 30 Persen dari BRI!
-
Asyik! Agasthya Veintisia Nikmati Pertunjukan Tari di Obelix Sea View
-
Seru! SMA Negeri 1 Purwakarta Akhiri Studi Kampus di Akademi Angkatan Udara
-
Spektakuler! Puncak Acara Makrab Agasthya Veintisia di Grha Sarina Vidi
-
Wow! SMA Negeri 1 Purwakarta Kunjungi Universitas Brawijaya di Malang
Terkini
-
3 Produk Skincare yang Mengandung Retinol, Solusi Cepat Atasi Kerutan Halus
-
Apa yang Tersembunyi di Balik Kedamaian Film Hanya Namamu dalam Doaku?
-
Erick Thohir akan Larang Klub Gunakan Pelatih Asing di Liga 2, Mengapa?
-
Sebuah Seni LDR: Mitos Jarak Bagi Mereka yang Berkomunikasi dengan Baik
-
Rose BLACKPINK Jadi Model Brand Pakaian Dalam 'SKIMS' Milik Kim Kardashian