Perang berkepanjangan antara Israel dan Palestina menjadi sebuah noda hitam di deretan sejarah kekerasan yang ada di dunia. Bentuk penjajahan di era modern yang masih ada di mana hak asasi telah dikibarkan pada kesepakatan Kairo sebagai penanda berakhirnya tindakan kekerasan yang melanggar HAM.
Berbagai kritik dan saran bagi keduanya untuk wacana perdamaian terus mengalir, termasuk Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid ikut angkat bicara tentang persoalan ini. Sejak berdirinya Israel tahun 1948, Indonesia tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tiba-tiba dikejutkan oleh gagasan Presiden Abdurrahman Wahid pada antara tahun 1999 sampai 2001 yang berniat untuk membuka hubungan dengan Israel.
Tentunya keputusan ini tidak serta merta langsung diajukan tanpa pertimbangan dahulu. Keputusan Presiden Abdurrahman Wahid sudah melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu yang salah satunya sebagai pegungkapkan gagasan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel demi menjadi penengah konflik kekerasan Palestina-Israel yang berkepanjangan.
Tetapi di sisi lain dalam menyikapi ketiadaan hubungan diplomatik Indonesia-Israel, Abdurrahman Wahid malah berpihak kepada Israel. Bahwa pertentangan Palestina-Israel serta prasangka tentang permusuhan Islam-Yahudi tidak seharusnya menghalangi Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Adanya penghubung bisnis dan dagang antara Indonesia-Israel dan masuknya banyak investasi Israel di Indonesia merupakan prestasi ekonomi Indonesia-Israel dalam ketiadaan hubungan diplomatik di antaranya.
Pada awalanya hubungan internasional dalam perdagangan ini tidak langsung mendapat persetujuan melainkan dari berbagai diplomasi dan pertentangan hingga mencapai kesetujuan seperti sekarang.Hubungan Indonesia-Israel dalam aspek perdagangan merupakan bentuk hubungan yang sangat strategis.
Dengan pemenuhan saling ketergantungan perdagangan antara satu sama lain dan memenuhi akan kebutuhan permintaan antar negara. Dengan nilai plus wilayah Indonesia yang sangat subur, sumber daya alam guna prosuksi. Sedangkan Israel sebagai suatu negara yang mampu memenuhi segala bentuk kebutuhan Indonesia melalui industri modern dalam berbagai bidang.
Maka pengambilan keputusan akan pembukaan hubungan internasional antara Indonesia-Israel merupakan keputusan yang tepat khususnya dalam bidang perdagangan dan pertukaran tekhnologi disamping bagaimana keadaan Israel dan Palestina yang masih memanas. Pandangan realistis dibutuhkan guna kepentingan negara diatas kepentingan lainnya.
Sumber:
- Suhartiningtyas. 2014. Analisa Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid Untuk Membuka Hubungan Diplomatik Dengan Israel Dalam Upaya Peduli Perdamaian Palestina-Israel. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 2.
- Barton, G., & Rubenstein, C. 2005. Indonesia and Israel: a relationship in waiting. Jewish Political Studies Review, 157-170.
Tag
Artikel Terkait
-
Serangan Israel Sebabkan Bahan Bakar di Jalur Gaza Langka
-
Bukan KH Ahmad Dahlan, Ini Sosok Kiai Pemberi Nama Muhammadiyah
-
Peta Target Hizbullah Dibocorkan? Serangan Udara Israel di Beirut Makin Presisi
-
Iran Tegas Dukung Hizbullah, Kecam Kegagalan Israel soal Lebanon Selatan
-
Eilat Dibombardir! Perlawanan Islam Irak Targetkan Israel dengan Drone
News
-
Kesbangpol dan PD IPARI Karanganyar Gelar Pembinaan Kerukunan Umat Beragama untuk Meningkatkan Toleransi dan Harmoni
-
Sukses Digelar, JAMHESIC FKIK UNJA Tingkatkan Kolaborasi Internasional
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Jalin Kerjasama Internasional, Psikologi UNJA MoA dengan Kampus Malaysia
-
Bicara tentang Bahaya Kekerasan Seksual, dr. Fikri Jelaskan Hal Ini
Terkini
-
Teka-teki Eliano Reijnders Dicoret STY dari Skuad, Ini Kata Erick Thohir
-
Pilihan Hidup Sendiri: Ketika Anak Muda Memutuskan Tidak Menikah, Salahkah?
-
3 Rekomendasi Film Kolaborasi Memukau Ryan Gosling dan Emma Stone
-
Rekor Pertemuan Timnas Indonesia vs Arab Saudi, Garuda Belum Pernah Menang?
-
Hikayat Sarjana di Mana-mana