Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Shalsa Azzahra
Gubernur BI, Perry Warjiyo. (Dokumentasi Humas Bank Indonesia)

Seperti yang dikatakan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dengan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 akan optimis dengan rentang 4,8 persen sampai dengan 5,8 persen. Seperti yang diketahui bahwa proyeksi pemerintah didalam perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 hanya berada di 5 persen, berarti angka pertumbuhan ekonomi jauh lebih besar dari proyeksi APBN yang sudah direncanakan.

Hal tersebut tidak semata mengherankan karena melihat berbagai faktor yang bisa memulihkan ekonomi indonesia dan membuat ekonomi RI tumbuh di 5,0 persen. Dengan upaya penanganan Covid-19 yang terus menerus digencarkan pada tahun ini dan mampu menjadi disiplin protokol kesehatan yang mampu diterapkan di tahun 2021.

"Semakin kita bisa kendalikan melalui disiplin protokol, akan bantu untuk tangani covid sekaligus mulai pemulihan ekonomi dan sosial," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.

Dengan faktor ketersediaan vaksin Covid-19 juga mempengaruhi akan pertumbuhan ekonomi RI di 2021, mengapa begitu? Karena banyaknya hal hal optimis yang mengenai penemuan dan produksi vaksin termasuk dari Indonesia maupun kerjasama dengan internasional.

Dengan keberadaan vaksin itu sangat penting, dan akan memberikan harapan baru yang menjadi pertolongan Covid-19 kepada masyarakat.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, melihat timeline dari penyebaran vaksin diperkirakan bisa mengurangi ketidakpastian terutama pada akhir tahun 2020 ini, dan di awal tahun 2021.

Vaksin tentu mempengaruhi pemulihan ekonomi di Indonesia. Dengan vaksinisasi yang penyebaran cukup luas, Indonesia mampu menjadi akselerasi pemulihan ekonomi di Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, sangat optimis untuk pertumbuhan ekonomi RI di 2021 sebesar 5 persen dapat terealisasikan. Menurutnya, pemulihan ekonomi sendiri dapat diproyeksikan pada kuartal III dan kuartal IV pada 2020 serta akselerasinya terjadi di 2021.

"Kita proyeksikan di kisaran 5,0 persen dan tentu ini suatu pemulihan yang harus diupayakan dan jaga melalui berbagai kebijakan termasuk APBN," menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.

Menurut asumsi dasar makro ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah bersama DPR di dalam Undang-Undang APBN 2021 sebesar 5,0 persen. Pertumbuhan itu pun tidak berbeda jauh dari proyeksi dilakukan sejumlah lembaga-lembaga keuangan dunia.

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut kinerja perekonomian Indonesia di kuartal III-2020 sudah memberikan gambaran akan kebangkitan ekonomi, yang dapat dilihat dari beberapa perbaikan pada kinerja dunia usaha di Indonesia.

“Salah satu pendorong bangkitnya perekonomian dilihat dari kinerja industri pengolahan yang terus meningkat. Di mana sektor tersebut menjadi penyumbang kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).” Menurut Airlangga Hartarto.

Dengan upaya meningkatnya aktivitas industri pengolahan, dan juga bisa dilihat dari meningkatnya import bahan baku dan import barang modal pada September 2020.

Serta melihat surplus pada neraca perdagangan di kuartal III-2020 yang merupakan hal mendukung dalam ketahanan ekonomi di sektor eksternal.

Melihat krisis atau maju nya perekonomian dapat dilihat dari kinerja pasar keuangan. Melihat dari perbaikan kinerja di pasar keuangan, adanya proyeksi perbaikan masa kinerja IHSG maupun nilai tukar rupiah sampai dengan level masing-masing 5.105 dan Rp14.690 per USD pada 15 oktober 2020.

Kinerja perbaikan dalam IHSG juga didorong oleh peningkatan indeks saham sektoral, serta sektor industri dasar yang mengalami pemulihan indeks sejak penurunan di bulan Maret.

Selain itu, pemulihan ekonomi RI juga dapat melihat dari faktor kondisi pasar modal yang membaik, dengan menurunnya yield obligasi pemerintah untuk tenor 10 tahun ke level 6,74 persen per 15 Oktober 2020.

Shalsa Azzahra