Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Listiya Dewi Yu
ilustrasi belajar online (unsplash)

Pandemi Covid-19 yang telah terjadi hampir 1 tahun di Indonesia masih menyebabkan kepanikan bagi seluruh masyarakat. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup fatal adalah bidang pendidikan. Kegiatan belajar mengajar terpaksa harus dilaksanakan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan di salah satu Sekolah Menengah Atas di Tasikmalaya, dengan adanya PJJ ini masih adanya pihak yang belum siap untuk melaksankan pembelajaran melalui jarak jauh.

Penerapan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh ini jelas sangat berdampak terhadap siswa, yang secara langsung menyebabkan perubahan cara belajar. Banyak siswa yang ternyata tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan seperti terbatasnya kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi, siswa tidak memiliki perangkat yang menunjang pembelajaran jarak jauh, dan alasan yang paling dominan adalah alasan malas.

Dari alasan malas inilah sehingga memunculkan kebiasaan baru saat pandemi Covid-19, yakni kebiasaan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan kecenderungan siswa untuk menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas yang sedang ia hadapi dan akhirnya mengakibatkan kecemasan, karena siswa tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan tidak maksimal dalam mengerjakan tugas atau bahkan bisa gagal menyelesaikannya.

Orang yang melakukan prokrastinasi disebut dengan istilah prokrastinator. Para Prokrastinator pun akan mengalami dampak seperti gelisah, cemas, takut, menyesal, stress, emosi tidak terkontrol, panik, menangis, dan menilai dirinya telah gagal. Sehingga dari berbagai dampak yang timbul tentunya kebiasaan prokrastinasi akademik di masa pandemi harus segera di tangani.

Metode yang dapat diterapkan dalam menangani Prokrastinasi akademik di masa pandemi Covid-19 adalah dengan menerapkan metode Kaizen. Dalam Bahasa Jepang Kaizen berasal dari 2 kata yakni “Kai” artinya perubahan, dan “Zen” artinya kebijaksanaan. Sehingga dapat di artikan istilah kaizen memiliki arti perbaikan cepat secara terus menerus untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam menerapkan  metode kaizen di butuhkan 2 hal yang harus dilakukan oleh para siswa, yakni fokus dan konsisten.

Pada tahap awal siswa di latih untuk mengulang berbagai macam rutinitas kecil yang positif setiap harinya. Kegiatan yang dilakukan dalam metode kaizen ini di kenal juga dengan prinsip 1 menit yakni melatih seseorang untuk melakukan sesuatu hanya dalam satu menit setiap harinya di waktu yang sama.

Prinsip 1 menit ini akan melatih tanggung jawab, karena jika siswa berhasil melaksanakan kegiatan tersebut akan memunculkan perasaan lebih baik karena siswa sudah merasa berhasil melaksanakan tugas atau kegiatan secara tuntas. Tujuan dilakukan rutinitas tersebut agar membudaya dan membantu siswa terhindar dari kebiasaan prokrastinasi.

Sebagai contoh misalkan siswa membiasakan dirinya setiap pukul 09.00 melakukan hafalan kosakata kerja dalam bahasa inggris selama 1 menit. Maka kegiatan tersebut menjadi kegiatan rutin yang wajib siswa tersebut lakukan.

Dari kegiatan ini jelas dengan menggunakan metode kaizen maka siswa akan mudah menguasai dan tidak mudah lupa dengan apa yang dipelajarinya. Sehingga hal ini sejalan dengan Herman Ebbinghaus  mengenai memori dan kemampuan mengingat seseorang akan menurun drastis jika mendapatkan informasi terlalu banyak serta tidak pernah diulas atau di ulang kembali informasinya.

Metode kaizen ini pun dapat memunculkan ketagihan  karena siswa merasa dirinya sudah mampu bertanggung jawab dengan tugas yang di miliki serta mampu menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini tentunya akan berdampak pada sense of progress yang dirasakan siswa, dimana  siswa pada hari pertama melakukan kegiatannya selama 1 menit, tetapi di hari berikutnya siswa akan menambah waktu untuk melakukan kegiatan positifnya tanpa ada orang yang memaksa atau memerintahnya. 

Metode kaizen bisa dilakukan oleh siapapun dalam semua bidang kehidupan. Prinsip kaizen ini juga sejalan dengan prinsip 1%, dimana jika kita setiap hari menambahkan wawasan pengetahuan 1% maka akan menjadi ribuan persen pengetahuan yang kita peroleh.

Usaha yang terlalu keras dan tidak konsisten hanya akan membuat kita malas dan bosan. Tetapi dengan menjalankan metode kaizen maka akan terhindar dari kebiasaan Prokrastinasi.

Listiya Dewi Yu