Sangat penting mempelajari ilmu parenting sebelum menikah dan menjadi orang tua. Karena kepribadian anakmu kelak akan menjadi seperti apa, ditentukan dari bagaimana kamu mengasuhnya saat ini.
Jangan heran bila ada para ayah atau ibu yang menerapkan pola asuh diktator, otoriter, mendominasi, bahkan ada yang melakukan pola asuh berupa ancaman, sampai kekerasan fisik maupun verbal. Mungkin saja, semasa kecil para orang tua itu diperlakukan sama dimasa kecilnya.
Memang membentuk anak menjadi seorang yang penurut itu tidak mudah. Namun, tetap ada cara kok agar kamu bisa menjadikannya seorang anak manis yang penurut tanpa harus kamu berikan ancaman-ancaman yang sejatinya hanya akan merusak kesehatan mental buah hatimu untuk jangka panjang.
Apa aja sih caranya? Baca sampai habis ya!
1. Buat aturan yang jelas dan konsisten
Sampaikan pada si kecil aturan-aturan yang boleh dan tidak untuk dilakukan. Pastikan apa yang kamu larang, kamu terapkan juga pada dirimu. Begitupun sebaliknya. Saat kamu membuat aturan rutin agar melakukan sesuatu, kamu sendiri harus memastikan bahwa kamu juga melakukannya.
Pastikan aturan yang dibuat konsisten. Jangan hari ini tegas, besok karena kamu lagi nggak fokus mengasuh, maka asal anak tenang, kamu akan mengizinkan dia melakukan sesuatu yang dari awal sudah disepakati tidak boleh dilakukan.
2. Jangan berikan anak pilihan-pilihan yang sulit dipahami
Lebih baik kamu katakan padanya:
"Kalau sudah selesai main, langsung dirapihkan ya. Biar nanti malam kamarnya rapih, kita bisa baca dongeng sebelum bobo"
Daripada:
"Kalau nggak dirapihkan, mama kasih orang gila ya mainan kamu!"
3. Beri batasan yang jelas
Lebih baik katakan:
"Mama mau tidur jam 9 ya Kak. Kalau mau mama bantu kerjakan PRnya, bawa bukunya ke mama sebelum jam 8, mama ajarin"
Daripada:
"Ada PR yang belum dikerjakan nggak? Jangan tidur kemalaman"
Intinya, jangan sampai kamu membiasakan membuat si kecil menurut dengan trik memaksa, mengancam, atau menakut-nakutinya. Boleh jadi hal itu akan berhasil saat ia masih kecil.
Namun, sangat disayangkan apabila hal itu justru membentuknya menjadi pribadi pemurung, penakut, atau bahkan menjadikannya pemberontak yang melampiaskan dendamnya kepada teman sebaya yang lebih lemah di pergaulannya.
Anakmu pun bukannya menurutimu karena hormat, melainkan hanya takut yang bersifat sementara.
Baca Juga
-
Pusar Bumil Menonjol, Bahaya Nggak Sih? Ini Penjelasannya
-
Gemas Sih Boleh, Tapi Jangan Bercanda yang Justru Membahayakan Bayi!
-
Bener Nggak Sih Ibu Hamil Dilarang Minum Air Es? Ini Faktanya!
-
Anak-anak Benci Matematika? Pahami Dulu Yuk, Ini 5 Alasannya
-
Jangan Tahunya Cuma Kondom! Ini 5 Jenis Kontrasepsi untuk Cegah Kehamilan
Artikel Terkait
-
Indonesia Termasuk Negara yang Paling Sering Beri Donasi ke Palestina, Baznas: Total Sudah Mencapai Rp 318,9 M
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Ulasan Novel Dari Arjuna untuk Bunda, Kisah Luka Seorang Anak
-
Fitri Salhuteru Sentil Nikita Mirzani Saat Hadapi Lolly: Tidak Patut Dilakukan Seorang Ibu
-
Ucapan Hari Guru dari Anak SD yang Menyentuh Hati
News
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans