Jagad dunia maya belakangan terus-terusan dihebohkan dengan isu pembungkaman pendapat di berbagai ruang akademik. Terbaru, dialami oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dan BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM-KM Unnes).
Kedua badan organisasi mahasiswa tersebut diketahui tengah menjadi pembicaraan publik akibat membuat rilis berisi kritikan satir mengenai tokoh-tokoh pemerintahan di Indonesia.
Seperti yang diketahui sebelumnya, BEM UI telah menghebohkan dunia maya dengan perilisan poster yang menjuluki Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai “The King of Lip Service”.
Akibat hal tersebut, beberapa pengurus BEM UI dipanggil oleh pihak jajaran UI. Postingan mereka juga dikritisi oleh Dosen UI yang menilai aksi media mereka tidak mencerminkan mahasiswa yang berpendidikan tinggi dan menjunjung sopan santunnya.
Sedangkan, BEM-KM Unnes telah merilis poster satir yang merujukkan julukan terhadap Ketua DPR RI Puan Maharani dengan julukan “The Queen of Ghosting”, dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dengan julukan “The King of Silent”.
Julukan satir tersebut tidaklah serta merta dirilis BEM-KM Unnes tanpa dasar yang jelas. Mereka telah melampirkan berbagai literasi yang melatarbelakangi aksi satir mereka di ruang media.
Namun, belum lama setelah poster itu dirilis, BEM-KM Unnes langsung mendapat teguran dari beberapa pihak jajaran di Unnes. Bahkan, akun instagram BEM-KM Unnes diketahui telah diretas sehingga tidak bisa diakses oleh para pengurus BEM.
Tidak hanya itu, teguran dari pihak jajaran pun memberi kesan ketegasan dalam membungkam kekritisan BEM-KM Unnes terhadap politik Indonesia di ruang akademik mereka.
Padahal, seharusnya ruang akademik terlebih lagi di tingkat perguruan tinggi mampu menjadi ruang bebas bagi para mahasiswanya untuk mengekspresikan pendapat mengenai hal-hal apapun yang sesuai.
Para jajaran di ruang akademik seharusnya tidak menyalahgunakan jabatan yang dimiliki untuk membatasi ruang kritis yang ada di lingkupan akademik mereka. Kebebasan berpendapat haruslah terus hidup dan diperjuangkan, karena tanpa kebebasan tersebut, demokrasi negara patut untuk dipertanyakan.
Tag
Baca Juga
-
Indonesia Open 2025: Semifinal, Fajar/Rian Bersiap Lawan Juara All England!
-
Indonesia Open 2025: Match Sengit, Jafar/Felisha Terhenti di Babak Kedua
-
Indonesia Open 2025: Laga Pembuka, Adnan/Indah Amankan Tiket Perempat Final
-
Indonesia Open 2025: Jadi Andalan, Dejan/Fadia Terhenti di Babak Awal
-
Indonesia Open 2025: Langkah Rinov/Pitha Terhenti di Babak Awal
Artikel Terkait
News
-
Tiga Pilar Kedamaian: Solusi Atasi Emosi di Lapas Narkotika Muara Sabak
-
Balap Liar Bukan Tren Keren: Psikologi UNJA Ajak Siswa Buka Mata dan Hati
-
MIMPI di Belantara Jambi: Mahasiswa Ubah Harapan Masyarakat Suku Anak Dalam
-
Di Desa Pulau Pandan, Komunitas MAGA Ajak Remaja Rancang Masa Depan Unik
-
Grantha Dayatina Eratkan Kebersamaan Lansia Lewat "Romansa Estetika"
Terkini
-
Lagu Seasons oleh wave to earth: tentang Cinta yang Bisu dan Tak Tersentuh
-
Nikel dan Sustainability Paradox: Elektromobilitas Harus Mengorbankan Alam?
-
Review Film Ernest & Celestine: Dongeng Hangat tentang Persahabatan
-
Didepak dari Brisbane Roar, Rafael Struick Segera Gabung ke Klub Liga 1?
-
5 Rekomendasi Game Strategi di Play Store, Bikin Kamu Makin Analitis!