Pemuda Majene Pemerhati Daerah melaksanakan dialog terbuka di Kafe Kedai Tuang, Selasa (9/10/2021) malam. Pembicara dalam dialog terbuka tersebut, Juniardi, S.Pd (Jaringan Pemerhati Kebijakan Pemerintah Daerah), Ilmanbahri Widyananda Mansyur, SH (Dosen Hukum Unsulbar), dan Yunus Bonggapaillin (perwakilan dari mahasiswa).
Jalannya diskusi dipandu langsung oleh moderator Urfiah Umar yang juga mahasiswi Unsulbar. Sementara, beberapa mahasiswa turut hadir untuk menyaksikan jalannya dialog dengan penuh semangat dan melahirkan dialektika diskusi yang menarik.
Dialog terbuka kali ini mengusung tema "Apa Tujuan Dibentuknya Staf Khusus (TBUP3D) dalam Mewujudkan Majene sebagai Kota Pendidikan". Tujuan diskusi dilaksanakan untuk lebih mempertanyakan pembentukan staf khusus Bupati Majene mengenai dasar hukumnya dan prospek kerjanya yang tak jelas.
Ilmanbahri Widyananda Mansyur, SH lebih menyoroti persoalan hukumnya.
"Mestinya dengan pembentukan staf khusus Bupati Majene, pemerintah harus berlandaskan pada hukum agar tidak ada kesewenangan-wenangan," jelas Ilmanbahri saat menjadi pemateri.
Disamping itu, Januardi, S.Pd menambahkan, ketika pemerintah daerah melakukan pembentukan peraturan daerah, seharusnya memperhatikan peraturan yang ada di atasnya. Hal itu bertujuan agar ada hierarki yang jelas dan tepat.
Sementara, Yunus Bonggapaillin juga memberikan padangan dalam konteks mahasiswa. Pemuda sapaan Yunus itu, menolak adanya pembentukan staf khusus karena tidak ada rujukan secara jelas. Ketika staf Majene khusus terbentuk, justru membuat adanya tabrakan kewenangan daerah. Padahal perangkat daerah sudah dibantu dengan staf ahli.
Yunus juga lebih menyoroti persoalan anggaran, mestinya pemerintah lebih fokus menyelesaikan persoalan yang lebih penting, seperti persoalan penganggaran korban gempa dan masalah jalan Ulumanda.
Para peserta diskusi berharap agar ada diskusi lanjutan yang menghadirkan pemerintah setempat, baik dari pihak eksekutif maupun legislatif. Hal itu bertujuan agar ada pembanding dan persamaan persepsi terkait dengan keresahan mahasiswa terkait dengan adanya staf khusus Bupati Majene.
Terakhir, dalam diskusinya juga membahas mengenai Majene sebagai kota pendidikan. Majene sebagai kota pendidikan mesti menjadi pusat layanan pendidikan. Mahasiswa juga menyoroti kinerja staf khusus Bupati Majene mengenai kinerja dalam mewujudkan Majene sebagai kota pendidikan.
Baca Juga
-
Toleransi Rasa Settingan: Drama Murahan dari Pejabat yang Kehabisan Akal
-
Lingkaran Setan Upah Minimum: Tertinggal dari Tetangga, Tergerus Inflasi
-
Ancaman Hoaks dan Krisis Literasi Digital di Kalangan Pelajar Indonesia
-
Mahasiswa Melek Literasi: Gerakan Kecil yang Bikin Dampak Besar
-
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional? Dilema Moral di Balik Usulan 40 Nama Baru
Artikel Terkait
News
-
Curi Perhatian di The Manipulated, Ini Tiga Drama Lain dari Jo Yoon Soo
-
Bahasa Rahasia Musik: Bagaimana Beat Mengatur Fokus dan Kreativitas
-
Viral! Anak Muda Berbondong Ikut Tren 'Party Jamu' yang sedang Naik Daun
-
Siapa Ira Puspadewi? Eks Dirut ASDP yang Kini Menunggu SK Rehabilitasi
-
Gus Fawait, Politisi Muda Jember yang Tunjukkan Toleransi Lewat Aksi
Terkini
-
Bukan dari Kajian, Cinta Insanul Fahmi dan Inara Rusli Bermula dari Bisnis
-
Blak-blakan, Irfan Hakim Ungkap Alasan Mantap Jadi Penyanyi Dangdut
-
Geser Bayside Shakedown 2, Kokuho Jadi Film Live-Action Terlaris di Jepang
-
Sinopsis Mastiii 4, Film India Terbaru Riteish Deshmukh dan Vivek Oberoi
-
Membongkar Prasangka: Trinity Ajak Pembaca Melihat Dunia Lewat Buku 'Di Luar Radar'