Batik menjadi salah satu warisan budaya nusantara yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi. Dalam rangka melestarikan warisan budaya nusantara dan mengembangkan keterampilan, mahasiswa PMM Universitas Muhammadiyah Malang melakukan kegiatan pelatihan membatik bersama Ibu Titik selaku penanggungjawab seni kriya dan batik di Kampung Budaya Polowijen.
Jenis batik yang diajarkan adalah batik tulis. Sebelum memulai membatik, Bu Titik memperkenalkan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam proses membatik. Langkah selanjutnya adalah membuat pola batik pada kain putih yang telah disediakan. Setelah pola yang digambar pada kain telah selesai, proses mencanting dapat dimulai mengikuti pola yang sebelumnya telah dibuat.
Proses pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna sintetis remazol. Setelah batik selesai diwarnai, dapat dilakukan fiksasi atau mengunci warna dengan cairan water glass. Proses terakhir adalah pelorodan atau pelepasan lilin atau malam pada kain dengan cara merendam batik ke dalam air panas. Hal ini dilakukan sampai dengan kain benar-benar bersih dari lilin dan water glass.
Anggota PMM kelompok 32 memilih motif batik bergambar bunga dengan alasan motif tersebut tidak terlalu sulit untuk dibuat. Pasalnya, anggota kelompok tersebut baru pertama kali membuat batik. Batik diwarnai dengan warna dasar coklat dengan bunga berwarna kuning dan merah.
Membatik merupakan pengalaman pertama dari para anggota dan hal tersebut merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memberikan wawasan baru kepada anggota. Dengan pelatihan membatik ini, para anggota dapat meningkatkan rasa apresiasi terhadap hasil-hasil budaya bangsa.
Pelatihan membatik yang dilakukan oleh anggota pmm UMM berjalan dengan lancar. Anggota PMM Universitas Muhammadiyah Malang sangat antusias dalam mengikuti setiap tahapan pelatihan. "Saya mengharapkan dengan kami melakukan kegiatan pelatihan membatik ini. Semoga dapat bermanfaat dan dapat memotivasi generasi muda Indonesia tentang seni budaya," ujar Naufal anggota PMM.
Dari kegiatan melestarikan budaya ini, Ibu titik mengharapkan mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan membatik serta dapat mengembangkan motif kain batik khas Polowijen. Dengan begitu, ke depan dapat tercipta kain batik khas Kampung Budaya Polowijen.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Budayawan Maja Yusirwan Berharap Barong Jadi Ikon Budaya Bekasi yang Ditonjolkan
-
Kenduri: Siratan Berbagi dalam Perjamuan Makan
-
Buka Butik Kedua di Plaza Senayan, Passion Prive Ingin Memperkenalkan Perhiasan Khas Budaya Indonesia
-
Kain Gringsing, Warisan Budaya Bali yang Terkenal Dengan Waktu Pembuatan Lebih dari Setahun
News
-
Saat Gen Z Jogja Melawan Stres dengan Merangkai 'Mini Hutan'
-
Teman Sintas, Ruang Aman Berbasis Komunitas untuk Mendampingi Penyintas
-
Dampak Jangka Panjang Bullying: Dari Depresi hingga PTSD pada Remaja
-
Cerita Ruangkan, Solusi dari Bayang-Bayang Burnout dalam Hustle Culture
-
Muda, Berbudaya, dan Adaptif: Tukar Akar Hadirkan Sastra yang Lebih Inklusif
Terkini
-
Virgoun Tanggapi Isu Rujuk dengan Inara Rusli, Tolak Mentah-Mentah?
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Sekolah Darurat Pembullyan, Kritik Film Dokumenter 'Bully'
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
6 HP Rp 7-10 Jutaan Terbaik 2025: Mana yang Masih Worth It Dibeli di 2026?