Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Budi Prathama
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. [Dok Pemprov Jateng]

Perkara pengasuh pondok pesantren (ponpes) yang mencabuli/memperkosa santrinya sendiri kembali menguak di negeri ini. Moralitas dan nilai-nilai agama seakan runtuh dari atas langit kala mendengar berita seperti itu. 

Mengapa tidak? Ponpes sebagai ladang menimba ilmu agama dan salah satu wadah memperbaiki akhlak, justru dicekoki oleh oknum yang tidak beradab. Apalagi sosok yang bergelar sebagai seorang pengasuh ponpes justru melakukan tindakan amoral (memperkosa santrinya sendiri). Jelas perbuatan yang tak patut dipertahankan di muka bumi ini. 

Perbuatan tak manusiawi ini datang dari salah satu pengasuh ponpes di kabupaten Batang Wildan Mashuri (57), dengan tersangka kasus pencabulan dan pemerkosaan terhadap belasan santri. 

Saat konferensi pers di Mapolres Batang, Selasa (11/4/2023). Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir dan tampak geram saat menanyai Wildan atas perbuatannya itu. Yah, sebenarnya bukan hanya Ganjar yang geram, tapi semua orang yang masih punya hati tentu juga akan ikut geram. 

Parahnya, belasan santri itu yang menjadi korban Wildan ternyata rata-rata anak di bawah umur. Sebagai informasi bahwa aksi pencabulan yang dilakukan Wildan itu dilakukan dari tahun 2019 hingga saat ini tahun 2023. 

Seperti dikutip dari akun Instagram @terangmedia, Ganjar Pranowo menanyai langsung Wildan atas perbuatannya itu. Menurut Ganjar akan melakukan tindak tegas pada pencabulan terhadap anak. 

Sebelum itu, Ganjar mempertanyakan kepada Wildan yang menyandang sebagai sosok guru, apakah layak atau tidak? Bahkan Ganjar menyandingkan apakah Wildan ikhlas saat anak perempuannya diperlakukan seperti itu. 

"Mengajar ngaji? Apakah dalam agama itu diperbolehkan atau tidak?" tanya Ganjar dengan nada yang tinggi. 

Awalnya polisi mencatat ada 15 santri yang menjadi korban Wildan, dan jawaban itu pula yang dilontarkan Wildan saat ditanyai pertama. Namun saat Ganjar menanyai kembali dan meminta Wildan jujur, ternyata ada 17 santri yang menjadi korbannya dan dua orang itu kini sudah jadi alumni. 

Ganjar Pranowo akan mengevaluasi ponpes tersebut dan akan menurunkan tim, apakah proses mengajar ponpes itu bisa dilanjutkan atau tidak?

BACA JUGA: Haji Faisal Ngegas Rumah Donasi Gala Sky Diributkan Lagi: Saya Punya Duit, Saya Ganti

"Kami membuka ruang untuk melapor dan publik mesti berani, pada orang tua agar selalu komunikasi pada anaknya secara intens, kami akan melakukan evaluasi," ujar Ganjar.

Atas postingan akun instagram @terangmedia tersebut, dibanjiri komentar dari netizen. "Contoh orang yang menista agamanya sendiri," ujar salah satu netizen di kolom komentar. 

"Semua pondok pesantren memang harus dievaluasi ulang, sudah terlalu sering kasus seperti ini. Bila perlu sebaiknya pemerintah membuat satgas khusus pengawasan pondok pesantren," timpal yang lain. 

Dari kejadian seperti ini kita bisa belajar bahwa pencabulan atau pemerkosaan terhadap anak bisa datang dari siapa saja. Oknum yang melakukan seperti ini, harus diberikan hukuman secara tegas dan sesuai prosedur. Karena di negeri kita ini kejadiannya sudah berulang-ulang kali. Jadi, berarti ada yang perlu dipertanyakan kenapa tindakan seperti masih marak terjadi, apalagi di dalam lingkungan pondok pesantren. 

Selain itu, para korban juga mesti bisa mendapatkan pendampingan secara khusus, baik secara hukum maupun secara mental. Jangan sampai anak yang jadi korban masih trauma atas peristiwa tersebut, korban mesti dijauhkan dari perilaku-perilaku yang ada indikasi traumanya itu bisa muncul. Maka dari itu, perlindungan anak dan perlindungan kekerasan seksual mesti harus ditegakkan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Budi Prathama