Pandam adiwastra janaloka atau omah pandam sebuah showroom yang berlokasi di Jl. Langenarjan, kota Yogyakarta, merupakan salah satu pusat penjualan kain batik nitik yang mempunyai beragam motif unik dengan karakteristik warnanya gelap karena dihasilkan dari pewarna alami.
Pihak dari showroom ini tidak hanya semata-mata memperjualkan produk kain batik nitik untuk berorientasi pada keuntungan finansial saja, namun di balik semua itu, mereka juga berusaha memperkenalkan produk warisan budaya Yogyakarta ini kepada masyarakat luas yang bukan hanya orang-orang Yogyakarta saja tetapi juga ke seluruh kalangan masyarakat indonesia dalam lingkup nasional dan bahkan sampai ke internasional. Ini memberikan peluang yang besar bagi masyarakat dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda untuk mempergunakan produk batik nitik warisan budaya dari Yogyakarta.
Dalam mengembangkan dan melestarikan batik nitik, ada beberapa upaya yang dilakukan, diantaranya mereka mendorong para pembatik untuk melakukan inovasi dalam desain. Meskipun batik nitik dikenal dengan proses pembuatannya yang rumit karena menggunakan teknik pencantingan dari canting yang dibelah empat untuk membuat titik-titik pada kain, para pembatik tetap diberikan keleluasaan dalam berkreasi. Kebebasan dalam mendesain ini memungkinkan batik nitik beradaptasi dengan perkembangan zaman dan merespon berbagai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat melalui motif-motif yang diciptakan.
Gusti putri pakualam dan bersama dua rekannya, memiliki tujuan yang sama dalam mempertahankan batik nitik, sehingga mereka mendirikan pandam adiwastra janaloka agar berperan sebagai wadah yang memberdayakan para pengrajin batik dengan memberikan dukungan dan fasilitas yang diperlukan. Upaya tersebut bertujuan agar para pengrajin dapat mengembangkan kreativitas mereka secara mandiri, serta sekaligus mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam pembuatan batik.
Pandam adiwastra janaloka memiliki rencana kedepannya untuk mencoba menyederhanakan proses produksi tanpa mengurangi nilai estetika dan kualitas produk. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya harga batik nitik yang menyebabkan produk ini hanya dijangkau oleh kalangan tertentu saja sehingga tidak semua kalangan masyarakat mampu membelinya. Dengan mengambil langkah dalam melakukan penyederhanaan dan redesain diharapkan sebagai tujuan agar batik nitik dapat masuk ke berbagai segmen pasar dan bisa dipergunakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi.
Dalam rangka mempertahankan warisan budaya Yogyakarta ini, omah pandam juga menyelenggarakan kelas membatik yang terbuka untuk umum, sehingga siapa pun yang tertarik dalam membuat batik nitik bisa bergabung. Program ini bahkan secara khusus juga ditujukan untuk menarik minat para generasi muda agar dapat turut berpartisipasi dalam mempelajari teknik pembuatan batik dan mengembangkan keterampilan membatik. Melalui kegiatan ini, mereka berharap seni membuat batik nitik dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang, sekaligus menanamkan rasa cinta terhadap warisan budaya dan memastikan keberlangsungan tradisi membatik di masa depan.
Dalam konteks penggunaannya, mereka yakin bahwa batik nitik memiliki potensi besar untuk diterima oleh banyak orang dari lingkup nasional maupun internasional sebagai pilihan busana yang memunculkan nilai-nilai estetikanya dengan beragam motif pada kainnya. Selain itu, batik nitik juga dipromosikan oleh mereka sebagai pilihan busana yang tepat bagi kaum anak muda untuk dijadikan dress code atau outfit yang stylish digunakan dalam acara formal maupun nonformal, serta sebagai outfit nongkrong santai, karena desainnya masih tetap relevan dan mampu beradaptasi dengan tren fashion kontemporer. Bahkan mereka juga bangga melihat dan mengapresiasi anak muda ketika mengenakan batik nitik karena itu akan terlihat elegan dan modern.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pandam Adiwastra Janaloka menggambarkan komitmen mereka dalam memperkenalkan dan melestarikan batik nitik sebagai warisan budaya Yogyakarta yang memiliki keunikan pada motif dan proses pembuatannya. Dengan melakukan pendekatan yang komprehensif, mulai dari inovasi desain, penyesuaian harga untuk menjangkau banyak pasar, dan kemudian dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat dari berbagai latar belakang budaya untuk mengenal dan menggunakan batik nitik.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
3 Tim Mahal dari Liga 2: Skuat Bernilai Miliaran Rupiah!
-
Kraton Yogyakarta Tuntut PT KAI Rp1000 Buntut Klaim Lahan di Stasiun Tugu Yogyakarta
-
Waspada! Sesar Opak Aktif, Ini Daerah di Jogja yang Dilaluinya
News
-
Kampanyekan Aksi Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
-
Tingkatkan Kompetensi, Polda Jambi Gelar Pelatihan Pelayanan Prima
-
Mahasiswa Bisnis Perjalanan Wisata UGM Gelar Olimpiade Pariwisata #13 Tingkat Nasional
-
Bawakan Berbagai Genre Lagu, DNT Management Gelar Celebrate Zumba Party
Terkini
-
Tugu Keris Siginjai, Destinasi Wisata Ikonik di Tengah Kota Jambi
-
The Power of Words, Desain Intrinsik dari Sebuah Mantra
-
Review Buku 'Gapapa Kok, Gak Semua Harus Terwujud Hari Ini': Reminder saat Gagal
-
Ngaol, Surga Alami di Tengah Perbukitan Merangin Jambi
-
Review Film Bila Esok Ibu Tiada, Mimpi Lihat Hubungan Anak Harmonis