M. Reza Sulaiman
Massa Aksi membakar ban di depan Mapolrestabes Bandung, tuntut Kapolrestabes Bandung meminta maaf atas tindakan represifitas aparat kepolisian, Kamis (12/10/2020). (Foto: Emi La Palau)

Setelah video horor pengepungan kampus UNISBA-UNPAS di Bandung viral dan bikin se-Indonesia ngamuk, pihak kepolisian akhirnya buka suara. Kalau versi yang beredar di media sosial adalah polisi brutal menyerang kampus, cerita versi aparat justru beda 180 derajat.

Menurut polisi, mereka bukan pelaku utama. Justru, mereka mengklaim sebagai korban provokasi dari sekelompok misterius berpakaian hitam yang sengaja memancing keributan. Dan soal gas air mata yang masuk ke dalam kampus? Polisi punya satu jawaban tak terduga: salahkan angin.

Kronologi Versi Polisi: Dipancing Kelompok Anarko Misterius

Jadi, gimana ceritanya menurut versi resmi? Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menjelaskan bahwa semua ini berawal saat tim patroli gabungan TNI-Polri sedang menyisir kawasan Jalan Tamansari.

Mereka menemukan jalanan sudah diblokade dengan tumpukan batu, kayu, dan ban yang dibakar.

Di tengah situasi itu, muncullah sekelompok orang tak dikenal yang semuanya berpakaian hitam. Polisi menduga mereka adalah kelompok anarko.

"Pada saat yang sama, muncul sekelompok orang berpakaian hitam yang diduga merupakan kelompok anarko. Mereka inilah awalnya yang menutup jalan dan membuat blokade di Tamansari sambil anarkis," ucap Hendra, Selasa (2/9/2025).

Dilempari Bom Molotov dari Dalam Kampus?

Hendra melanjutkan, kelompok inilah yang memulai serangan. Mereka disebut melemparkan bom molotov dari dalam area kampus ke arah petugas dan kendaraan taktis (rantis) Brimob yang sedang patroli di jalan raya.

Karena diserang dengan bom molotov, aparat pun terpaksa mengambil tindakan untuk membubarkan kelompok tersebut dengan menembakkan gas air mata.

Plot Twist: Gas Air Mata 'Ketiup Angin' Masuk Kampus

Nah, di sinilah bagian paling kontroversial dari penjelasan polisi. Mereka bersikeras tidak pernah menembakkan gas air mata ke arah kampus. Semua tembakan diarahkan ke jalan raya, tempat kelompok berbaju hitam itu berkumpul.

Lalu, kenapa gasnya bisa sampai memenuhi lorong dan ruangan kampus?

"Tim kemudian menembakkan gas air mata ke jalan raya, namun tertiup angin hingga ke arah parkiran Unisba. Inilah yang kemudian dijadikan bahan provokasi oleh kelompok anarko untuk membenturkan mahasiswa dengan petugas," kata Hendra.

Ia juga dengan tegas membantah semua informasi yang menyebut aparat masuk ke kampus membawa peluru karet. Menurutnya, jarak petugas dengan kampus saat itu sekitar 200 meter.

Tudingan Adanya Skenario Adu Domba

Polisi bahkan menuding bahwa semua ini adalah skenario yang sudah dirancang oleh kelompok anarko. Tujuannya adalah untuk memancing petugas agar menyerang kampus, lalu merekamnya dan menyebarkannya untuk menciptakan narasi bahwa polisi menyerang mahasiswa.

"Mereka merancang skenario provokator di mana mereka memancing petugas dan mundur ke kampus Unisba dengan harapan petugas menyerang masuk kampus. Namun, kita tetap tenang, tidak terpancing dengan skenario mereka," jelas Hendra.

"Mereka membuat framming bahwa petugas masuk ke kampus, membawa senjata peluru karet dan menembakkan gas air mata, yang di mana semua itu hoax," tegasnya.

Dua Cerita yang Bertolak Belakang

Kini, publik dihadapkan pada dua cerita yang sangat berbeda. Di satu sisi, ada rekaman video, kesaksian puluhan korban, dan kecaman dari LBH yang menggambarkan sebuah "teror negara" di dalam institusi pendidikan. Di sisi lain, ada narasi resmi dari kepolisian yang mengklaim mereka adalah korban provokasi dan hanya "salah angin".

Jadi, siapa yang sebenarnya harus dipercaya? Apakah ini murni kesalahpahaman yang diperkeruh tiupan angin, atau ada cerita lain yang belum terungkap dari malam mencekam di Bandung?