Bimo Aria Fundrika
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Instagram/smindrawati)

Presiden Prabowo Subianto resmi merombak Kabinet Merah Putih dengan mengganti lima menteri. Salah satu nama besar yang ikut tergeser adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Keputusan ini sontak menjadi sorotan publik, mengingat posisi bendahara negara adalah salah satu kursi paling strategis dalam pemerintahan.

Namun, di balik kabar pencopotannya, perhatian publik juga kembali tertuju pada kekayaan pribadi Sri Mulyani yang terus mengalami lonjakan sejak pertama kali duduk di kursi menteri pada 2004 silam.

Kekayaan Sri Mulyani Tembus Hampir Rp100 Miliar

Menkeu Sri Mulyani Indrawati. [Antara/Muhammad Iqbal]

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), perjalanan kekayaan Sri Mulyani menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Pada awal kariernya sebagai Menteri Bappenas di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004, hartanya tercatat Rp4,5 miliar.

Setahun kemudian, saat dipercaya menjabat Menteri Keuangan, kekayaan Sri Mulyani naik menjadi Rp7,3 miliar dan melonjak drastis hingga Rp20 miliar pada 2009. Tahun 2010, sebelum meninggalkan kursi kabinet untuk berkarier di Bank Dunia, kekayaannya tercatat Rp21,8 miliar.

Saat kembali dipanggil Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Keuangan pada 2016, harta Sri Mulyani sudah menyentuh Rp45,8 miliar. Angka itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Hingga laporan terakhir pada 31 Desember 2024, kekayaannya tercatat Rp92,8 miliar.

Sebenarnya jumlah total hartanya mencapai Rp102,1 miliar, namun ia tercatat memiliki utang Rp9,3 miliar.

Aset Terbesar: Tanah, Bangunan, dan Surat Berharga

Harta paling dominan milik Sri Mulyani berada pada aset tanah dan bangunan, dengan nilai Rp49,5 miliar. Disusul surat berharga senilai Rp34,9 miliar. Sementara kas dan setara kas mencapai Rp16,5 miliar, serta aset transportasi senilai Rp782 juta.

Karier Panjang, Reputasi Internasional

Sri Mulyani dikenal sebagai sosok ekonom tangguh yang sudah dua dekade berkecimpung di panggung nasional maupun global. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia (2010–2016), sebelum akhirnya kembali dipercaya Presiden Jokowi, lalu bertahan hingga kabinet Presiden Prabowo.