Hayuning Ratri Hapsari | Siti Nuraida
Presiden Prabowo Subianto (Tangkapan Layar YouTube)
Siti Nuraida

Pidato Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-79 di Markas Besar PBB, New York, menjadi perhatian dunia internasional, Senin (22/9/2025).

Namun, sorotan bukan hanya karena isi pidatonya yang tegas menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina, melainkan juga karena insiden tak terduga: mikrofon yang digunakan Prabowo mendadak mati saat ia masih berbicara.

Peristiwa tersebut menimbulkan tanda tanya besar, terutama di kalangan publik Indonesia yang menonton melalui siaran langsung. Ada yang menduga adanya masalah teknis, bahkan tidak sedikit yang berspekulasi tentang sabotase.

Namun, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia dengan tegas memberikan klarifikasi: mikrofon mati karena aturan baku PBB, bukan hal lain.

Kronologi Insiden

Prabowo Subianto di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (ist)

Pidato Prabowo berlangsung lancar di awal. Ia menegaskan sikap Indonesia untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan pentingnya solusi dua negara sebagai jalan damai.

Namun, ketika pidatonya melewati batas waktu yang ditetapkan, tiba-tiba mikrofon yang ia gunakan berhenti berfungsi. Suaranya tidak lagi terdengar melalui pengeras suara di ruang sidang, meski Prabowo masih melanjutkan penyampaiannya.

Momen tersebut membuat beberapa delegasi sempat terkejut. Meski demikian, Prabowo terlihat tetap tenang dan terus berbicara sampai kalimat terakhir. Insiden itu tidak menghentikan pidatonya, hanya membuat sebagian kata tidak terdengar jelas.

Klarifikasi Kemlu RI

Spekulasi liar segera merebak. Ada dugaan mikrofon sengaja dimatikan karena Prabowo menyinggung isu sensitif. Menjawab hal ini, Kemlu RI bergerak cepat memberikan penjelasan resmi.

Juru Bicara Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan bahwa mikrofon mati bukan akibat masalah teknis, apalagi sabotase, melainkan aturan standar yang berlaku di PBB.

“Tidak ada unsur teknis atau disengaja. Itu murni aturan PBB. Ketika waktu pidato yang dialokasikan habis, sistem mikrofon otomatis dimatikan,” jelas Lalu Iqbal.

Sistem pengeras suara di ruang sidang PBB memang diprogram otomatis. Begitu seorang pembicara melewati batas waktu, mikrofon akan nonaktif.

Erdogan Alami Hal Serupa

Menariknya, insiden mikrofon mati tidak hanya menimpa Presiden Prabowo. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga mengalami hal sama. Saat pidatonya melewati durasi yang ditentukan, mikrofon di depannya otomatis berhenti berfungsi.

Fakta ini memperkuat bahwa prosedur berlaku untuk semua tokoh dunia tanpa terkecuali. Tidak ada yang mendapat perlakuan istimewa, sekalipun seorang kepala negara besar.

Reaksi Publik dan Spekulasi

Meski Kemlu sudah memberi klarifikasi, insiden ini sempat memicu perdebatan di media sosial. Beberapa warganet beranggapan ada upaya membungkam suara Prabowo saat menyinggung isu Palestina.

Sebagian masyarakat mengaitkan insiden tersebut dengan politik global. Mereka menilai, suara yang mendukung Palestina sering kali “tidak disukai” di forum internasional. Namun, narasi ini segera ditepis oleh Kemlu.

Isu sabotase tidak berdasar. Sistem mikrofon otomatis berlaku universal di PBB, tanpa memandang isi pidato maupun siapa yang berbicara.

Respons Prabowo dan Delegasi Indonesia

Prabowo tetap terlihat kalem meski mikrofon mati. Ia tetap menutup pidatonya dengan sikap tenang. Delegasi Indonesia yang mendampingi juga tidak merasa tersinggung, karena memahami aturan yang berlaku.

Bahkan menurut Suryamalang, sikap Prabowo yang tetap percaya diri meski tanpa mikrofon justru mendapat apresiasi. Beberapa delegasi memberikan tepuk tangan setelah pidato usai.

Aturan Waktu Pidato di PBB

Setiap pembicara di Sidang Majelis Umum PBB diberikan waktu terbatas, umumnya 15–20 menit. Sistem pengeras suara terhubung dengan timer otomatis. Begitu waktu habis, mikrofon otomatis berhenti bekerja.

Hal ini bertujuan agar semua negara memiliki kesempatan bicara secara adil, mengingat banyaknya jumlah anggota yang ingin menyampaikan pandangan. Oleh karena itu, kasus Prabowo maupun Erdogan bukanlah hal luar biasa, melainkan konsekuensi dari aturan yang ketat.

Sorotan terhadap Isu Palestina

Meski sempat terganggu oleh insiden mikrofon, substansi pidato Prabowo tetap mendapat perhatian luas. Prabowo menegaskan bahwa Indonesia konsisten mendukung Palestina dan menyerukan dunia untuk segera merealisasikan solusi dua negara.

Pidato tersebut juga menyinggung bahwa Indonesia akan mengakui Israel jika Israel terlebih dahulu mengakui kemerdekaan Palestina. Pesan ini dinilai tegas dan merepresentasikan sikap Indonesia di forum internasional.

Insiden mikrofon justru membuat pidato Prabowo semakin viral di media sosial. Banyak warganet menilai momen itu sebagai simbol bahwa suara tentang Palestina tidak bisa dibungkam, meski ada gangguan teknis.

Kesimpulan

Dapat dipastikan bahwa insiden mikrofon Prabowo mati di sidang PBB bukanlah sabotase, bukan pula masalah teknis. Hal itu semata-mata karena aturan durasi pidato yang diberlakukan secara universal oleh PBB.

Spekulasi yang muncul di publik segera terbantahkan oleh klarifikasi resmi Kemlu RI. Justru, insiden tersebut memperlihatkan ketenangan Prabowo menghadapi situasi tak terduga, serta konsistensi Indonesia dalam memperjuangkan Palestina di panggung dunia.

Dengan atau tanpa mikrofon, pesan yang ingin disampaikan Prabowo tetap tersampaikan: Indonesia berdiri tegak mendukung Palestina.