Sebuah gestur tegas ditunjukkan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, saat ia berulang kali menghentakkan tangan ke meja mimbar dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, New York, Selasa (24/9/2025).
Aksi yang mengejutkan forum tersebut dilakukan untuk memberi penekanan pada pesannya di hadapan para pemimpin dunia.
Gestur ini muncul ketika ia menegaskan sikap Indonesia terhadap isu global, termasuk menyerukan keadilan untuk Palestina. Hentakan meja itu diikuti oleh delapan kali tepuk tangan meriah dari delegasi negara anggota. Bahkan, saat pidato usai, sejumlah perwakilan berdiri memberi standing ovation.
Momen ini juga sampai ke telinga Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam pertemuan dewan keamanan, Trump menyampaikan kekagumannya atas gestur hentakan meja dan menganggapnya sebagai gestur yang powerful.
Bagaimana Konteksnya dalam Komunikasi?
Dalam komunikasi non-verbal, gerakan fisik dapat memperkuat pesan verbal yang disampaikan oleh seseorang. Bahasa tubuh Prabowo bukan hanya ekspresi spontan, tetapi bagian dari strategi diplomasi yang tentunya mempunyai dampak signifikan.
Becker (2018) menekankan bahwa komunikasi diplomatik terdiri dari kombinasi elemen verbal dan nonverbal, dan bahwa gerak tubuh dapat menguatkan atau memodifikasi makna kata-kata.
Diplomasi tidak hanya berbicara lewat kata, “body language” dalam diplomasi bisa menyampaikan sinyal politik yang tak tersampaikan lewat teks formal.
Namun, harus diingat bahwa interpretasi gerakan non-verbal sangat bergantung konteks budaya dan persepsi audiens. Dalam kajian komunikasi lintas budaya, bahasa tubuh yang sama bisa diterjemahkan berbeda di tiap budaya.
Gestur yang terlalu agresif atau melampaui ekspektasi dapat memicu reaksi negatif dari pihak lain: strategi seperti ini dapat dianggap sebagai tindakan yang emosional atau dramatis. Untungnya respons forum menunjukkan sebaliknya, gestur itu dianggap autentik dan sejalan dengan pesan yang disampaikan.
Dari sisi diplomasi Indonesia, aksi ini membawa dampak simbolis. Pertama, memperlihatkan bahwa Indonesia tidak ragu menyuarakan keadilan di panggung global. Kedua, menegaskan bahwa gaya komunikasi diplomasi kini tidak lagi sekadar basa-basi formal, melainkan juga bisa dibumbui ekspresi nonverbal yang kuat.
Fenomena hentakan meja Prabowo pun menjadi pelajaran bahwa dalam forum internasional, kata-kata hanyalah satu sisi dari komunikasi. Cara menyampaikan pesan, termasuk ekspresi tubuh, bisa menentukan bagaimana dunia menafsirkan ketegasan Indonesia.
Baca Juga
-
Soft tapi Tetap Maskulin, Tiga Parfum Pria yang Wajib Kamu Coba Tahun Ini!
-
BYD M9 Siap Ganggu Pasar MPV Indonesia dengan Fitur AI Sekelas Mobil Mewah
-
Siapa Junko Furuta? Mengenal Kisah Tragis dari Kontroversi Nessie Judge
-
Takut Beli Mobil Bekas? 5 Mitos Populer yang Harus Kamu Coret dari Pikiran
-
Fitur Lengkap, Harga Nggak Bikin Nangis, EV Ini Siap Curi Perhatian
Artikel Terkait
-
Ketemu Prabowo di AS, Bos FIFA Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Sepak Bola Indonesia
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Prabowo Langsung Dapat Sapaan Spesial dari Trump
-
Prabowo Subianto bertemu Presiden FIFA di New York, Bahasa Apa?
-
Rizal Mallarangeng: Menelaah Pergeseran Geopolitik Global dan Posisi Krusial Indonesia
-
Trump Menggemparkan PBB: Pidato Satu Jam Tanpa Naskah, Kritik Pedas Migrasi dan Iklim
News
-
Lawan Honduras, Timnas Indonesia U-17 Wajib Pesta Gol Demi Lolos Fase Grup?
-
Andai Aku Tahu Sejak Jadi Maba: 6 Kebenaran Pahit Dunia Kuliah yang Jarang Dibilang
-
PSSI Tak Masukkan Laga Uji Coba Timnas U-22 ke Kalender FIFA: Konsistensi Dipertanyakan?
-
Review Anime The New Gate, Lebih Realistis Daripada Isekai Lain
-
Jadi Wali Kota Muslim Pertama di New York, Ini Fakta Menarik Zohran Mamdani
Terkini
-
Novel 'Ketika': Belajar Menerima Kekacauan dan Kerapihan Dalam Satu Rumah
-
Pengacara Kasus Narkoba Raffi Ahmad Beberkan Janji Honor, Belum Dibayar?
-
Film Janur Ireng, Prekuel 'Sewu Dino' Ini Awal Mula Kengerian Teror Santet
-
ASMR: Ancaman Tersembunyi di Balik Bisikan yang Menenangkan?
-
Ulasan Novel Cold Couple: Kisah Cinta Dingin yang Menghangatkan Jiwa